"Tidak, aku tidak bisa keluar dari sini Sinta, aku sangat ingin sekali menemui keluargaku di sana, tapi. Dia selalu melarang ku!" Niken mencoba tersenyum.
"Jika Nona ingin, aku bisa membantu nona." Sinta menatap Niken dengan tatapan serius.
"Tidak, aku tidak ingin mengajak kamu kedalam kesulitan, biarkan saja seperti ini, nanti aku akan pikirkan cara untuk keluar dari sini, ayo kita keluar, bukannya Tuan, sudah menunggu kita?" Ujar Niken sambil menarik tangan Sinta.
"Baiklah, tapi. Nanti jika nona sudah tak kuat. Nona harus bilang kepada saya, agar saya bisa membantu nona untuk keluar dari sini!" Sinta sekali lagi meyakini Niken.
Niken tersenyum dan mengangguk kan kepalanya.
Niken yang di bantu turun oleh Sinta, melihat ke arah lantai bawah yang sangat jauh itu.
Kepalanya seperti berkunang-kunang saat melihat ke arah lantai bawah.
"Nona, anda kenapa?" Sinta memegang tangan Niken yang sedang memegang kepalanya itu.
"Tidak apa, aku hanya merasa sedikit pusing saja, saat melihat ke arah bawah," Niken mengusap telapak tangan Sinta, agar Sinta tidak menghawatirkan Niken.
"Sungguh, kalo memang Nona tidak kuat untuk berjalan, biar saja beritahukan kepada Tuan, jika Nona masih sakit," Sinta menatap Niken dengan tatapan risau.
"Tak usah, aku kuat ko, udah ayo kita kembali jalan lagi, nanti. Kalo kita kelamaan di sini, nanti bisa-bisa Tuan Kenzo marah lagi!" Niken tersenyum
Benar saja, ternyata Kenzo sedari tadi sudah mulai merasa kesal, karena Niken terlalu lama untuk turun dari lantai bawah.
"Selamat pagi Tuan!" Ujar Niken sambil menggeser kursi di depannya.
Kenzo menatap Niken dengan tatapan datar.
Tapi, Niken malah menganggapnya tak ada, ia tak mau melihat ke arah Kenzo, karena Niken masih merasa takut.
"Apakah harus begitu lama, untuk turun. Dari lantai bawah Niken?" Kenzo menatap Niken tajam.
Niken mengigit bibir bawahnya. Karena ia tak ingin menjawab pertanyaan Kenzo, karena jika ia menjawab, pasti akan kena marah.
"Kenapa diam saja, apakah kamu sudah bosan memiliki mulut dan telinga?" Kenzo sedikit menggebrak meja makan yang terbuat dari kaca tebal itu.
Niken meremas ujung bajunya, sedangkan Sinta, ia merasa sedikit kawatir kepada niken.
Sinta memantau Niken dari dapur.
Niken mencoba mengangkat wajahnya dan menatap Kenzo
"Em, anu tadi, aku habis mengobati luka terlebih dahulu, maafkan aku jika aku pagi-pagi sudah membuat Tuan kesal," Niken menatap Kenzo sendu.
Kenzo yang tak tega melihat mata indah yang memerah itu pun, langsung memutuskan tatapannya.
"Sudah, lupakan. Lain kali kamu jangan pernah telat, aku tidak suka dengan orang lelet!" Kenzo menegakan duduknya.
Dengan gesit Niken langsung mengambil nasi yang ada di depannya dan menuangkan nya pada piring milik Kenzo.
Mereka makan dengan sangat tenang dan damai.
Tapi Niken, ia tak begitu berselera untuk menikmati bahkan menghabiskan makanannya.
Kenzo menatap istrinya itu dengan tatapan datar.
"Ada apa, kenapa kamu terlihat tidak bernafsu?" Kenzo menaikan satu halisnya.
Niken langsung menatap ke arah Kenzo dan tersenyum.
"Ah, tidak, aku hanya merasa sedikit tak enak badan saja," Niken tersenyum tipis.
"Selesaikan makan mu, kita akan pergi kerumah sakit setelah ini!" Ujar Kenzo sambil mengelap mulutnya menggunakan tisu yang sudah tersedia.
Niken menatap Kenzo dengan tatapan penuh tanya
"Kita mau kerumah sakit, memangnya ada apa? Aku hanya sedikit tidak enak badan saja, aku tidak perlu ke rumah sakit Tuan!" Niken mengikuti jejak Kenzo yang sudah beranjak dari kursi
Kenzo yang baru saja melangkahkan kakinya beberapa langkah pun, langsung membalikan tubuhnya dan melihat ke arah istrinya.
Dan Niken pun sontak langsung menghentikan langkahnya.
"Apakah kamu lupa, dengan apa yang kamu perbuat kepada Bella, kita akan kerumah sakit, agar kamu bisa meminta maaf kepadanya!" Ucap Kenzo dengan nada datar dan dingin
Setelah mengucapkan perihal tersebut, Kenzo Langsung menaiki anak tangga untuk pergi ke kamarnya lagi.
Sedangkan Niken, setelah kepergian Kenzo, ia memegang dadanya yang terasa sedikit ngilu saat mendengar nama Bella.
"Apakah dia pikir aku yang telah mendorong Bella, apakah dia akan berbuat sesuatu jika aku menolak ajakannya?" Niken mantap ke arah lantai atas.
Lain hal nya dengan Rian.
Ia sudah sangat siap untuk pergi ke rumah Kenzo, karena mulai hari ini ia sudah mulai kembali aktifitas ya g selama ini ia tinggalkan.
Sebenarnya rumah Rian tidak lah jauh dari rumah Kenzo, rumah Rian terletak di samping rumah Kenzo, karena Kenzo menugaskan Rian untuk tinggal di rumah fapiliun miliknya.
"Hey, sedang apa, kenapa kamu melamun di sini?" Rian menepuk pundak Sinta.
Sinta yang sedang melamun pun langsung terperanjat kaget.
"Ah, Tuan, maaf Tuan, saya permisi terlebih dahulu!" Sinta menundukan wajahnya.
Namun, saat Sinta akan pergi meninggalkan area dapur, tangannya malah di tahan oleh Rian.
"Ada apa Tuan?" Sinta menatap Rian dengan tatapan lembut.
"Kamu belum menjawab pertanyaan ku yang semalam, apakah menjawab pertanyaanku itu terlalu sulit bagimu?" Rian mengelus pipi Sinta.
Sinta memejamkan matanya untuk menikmati sentuhan Rian.
Namun, tiba-tiba ia tersadar, jika dirinya saat ini sedang berada di dapur. Yang tentunya nanti akan banyak pelayan yang berdatangan.
Sinta memundurkan langkahnya.
"Maaf, bolehkan saya bekerja terlebih dahulu, saya janji, nanti saya akan menjawabnya Tuan." Sinta menundukan wajahnya.
"Baik lah, kalo seperti itu, saya akan menunggunya!" Rian tersenyum tipis dan langsung meninggalkan Sinta.
Saat di ruang tamu, Rian menatap seseorang yang sedang berdiri di sana.
"Siapa gadis itu, kenapa dia terlihat sangat menyedihkan?" Ujar Rian.
Pasalnya ia melihat hanya dari arah belakang, bukan dari arah depan.
Rian berjalan mendekati orang tersebut dan menepuk pundaknya.
Sontak orang tersebut membalikan badannya sambil mengusap mata indahnya itu.
"Ah, maaf, anda siapa ya, apakah anda punya keperluan?" Ujar Niken dengan suara lembut namun sedikit serak.
"Nona, sedang apa anda di sini, bukanya Tuan menyuruh Anda untuk pergi bersiap?" Ujar Rian.
Niken mengangkat halisnya satu.
"Anda siapa?" Sekali lagi Niken menatap Rian dengan tatapan penuh tanya.
"Saya Rian, saya asisten nya Tuan muda, tadi sebelum saya datang kemari, saya sudah di beritahu, jika kita akan pergi kerumah sakit," ujar Rian menjelaskan kepada Niken.
"Oh, tapi. Kenapa kamu bisa tau saya?" Niken kembali bertanya.
"Saya tau anda, awalnya saya Tidak mengetahui nya, saat saya melihat anda dari arah belakang, namun. Setelah melihat wajah anda, saya langsung mengenal Anda!" Rian menatap Niken segan karena bagaimanapun Niken adalah nyonya nya, alias istri dari Tuannya sendiri.
Di kamar Kenzo.
Kenzo sudah sangat rapih, dan sangat siap untuk turun ke lantai bawah.
Namun.....