Kini Niken sudah mulai tersadar dari pingsannya.
Ia meraba keningnya dengan sangat pelan.
"Ah, sakit sekali, lukanya sudah di perban, tapi siapa, apa mungkin Kenzo, tapi. Tak mungkin, apa Sinta?" Niken mengangkat tubuhnya sendiri agar bisa duduk.
Niken bersandar di tepi ranjang miliknya.
Ia melihat ke arah baju yang ia pakai.
"Sudah di ganti ternyata!" Niken tersenyum miris.
Tiba-tiba tenggorokannya terasa sangat kering, mungkin sedari pagi ia tak meminum apapun.
"Haus, tapi. Tidak ada air," Niken menatap ke arah teko gelas yang ada di samping tempat tidur.
Dengan terpaksa ia harus turun dari tempat tidurnya untuk mengambil air minum di dapur bawah.
Dengan perlahan Niken menurunkan kakinya.
Sebetulnya ia bisa memanggil Sinta dari kamarnya, namun, ia takut jika teriakannya bisa mengganggu Kenzo yang ada di depan kamar Niken, karena kamar mereka berdua berhadapan.
Saat Niken berjalan tertatih, ia tak sengaja melihat pintu kamar Kenzo yang sedikit terbuka.
Ia sebenarnya tidak ingin tau apa yang sedang di lakukan oleh Kenzo di dalam sana, tapi. Saat Niken ingin melangkahkan kakinya untuk menjauh, ia malah mendengar suara yang sangat tak asing baginya.
Suara lenguhan seseorang di dalam sana.
Kening Niken mengkerut mendengar suara itu, pasalnya siapa yang berada di dalam sana.
Ragu-ragu Niken mencoba melangkah kan kakinya ke arah pintu Kenzo.
Dengan meremas ujung bajunya ia mengintip di balik pintu kamar Kenzo.
Saat Niken melihat, betapa terkejutnya ia melihat Kenzo yang sedang di tindih oleh seseorang.
Bahkan Kenzo sangat menikmati permainan itu.
Niken tak sanggup melihat pemandangan itu, entah kenapa hatinya sedikit ada rasa perih, saat melihat Kenzo yang sedang bermain gila dengan wanita lain.
Niken menempelkan tubuhnya di samping pintu Kenzo.
Tak terasa, air matanya sedikit menetes, padahal Niken tak ingin mengeluarkan air mata itu.
"Hiks, kenapa rasanya sedikit perih di dalam sini, apa yang sedang terjadi kepadaku?" Niken memejamkan matanya.
Setelah itu, karena ia merasa jijik dengan suara yang di keluarkan oleh dua orang tersebut, Niken pun langsung memutuskan untuk pergi dari sana dan turun untuk mengambil secangkir gelas.
Niken perlahan-lahan menuruni anak tangga, karena ia masih sedikit pusing dan juga sedikit lemas.
Tapi, saat pijakan terkahir dirinya di anak tangga.
Sinta langsung menghampiri dirinya dengan wajah yang sangat kawatir.
"Nona, anda kenapa turun, bukanya anda masih sakit?" Sinta mengambil gelas yang di pegang oleh Niken.
Niken tersenyum, melihat Sinta yang menghawatirkan dirinya.
"Aku tak apa, aku hanya sedikit haus saja, tapi. Di dalam kamar tidak ada air, mangkanya aku turun kesini!" Niken menatap Sinta dengan lembut dan lemah.
"Tapi, Nona bisa memanggil saya dari atas bukan, tidak perlu sampai turun ke sini!" Sinta menuntun tangan Niken, untuk duduk di sofa yang ada di ruang dapur.
Niken mendudukkan tubuhnya dengan secara perlahan.
"Em, sin. Apakah kamu tau siapa wanita yang ada di atas?" Niken menatap Sinta yang sedang mengambil minum di dalam kulkas
Seketika wajah Sinta menjadi muram.
Sinta meletakan gelas tersebut di hadapan Niken.
"Dia, dia adalah wanita penghibur milik Tuan, namanya Bella, dia yang sangat terobsesi kepada tuan Nona, apakah nona melihat sesuatu di atas sana?" Sinta menatap Niken dengan tatapan datar.
Niken hanya menganggukan kepalanya saja.
Sedangkan di atas sana.
Sebenarnya Kenzo sudah mengetahui jika Niken keluar dari kamarnya.
Mangkanya Kenzo sengaja untuk membuka sedikit pintu kamarnya.
Saat Niken mengintip di balik pintu, Kenzo pun juga tau itu.
Ia ingin menyiksa hati Niken dengan cara melihat dirinya yang sedang beradu kasih dengan orang lain.
Tapi, saat Kenzo melihat Niken pergi meninggalkan depan kamarnya, ia dengan segera menurunkan Bella dari atas tubuhnya.
Wajah Bella berubah merah, karena sedang berada di puncaknya, namun. Kenzo malah menghentikannya.
"Loh, kenapa Tuan?" Bella menatap Kenzo dengan tatapan masih bergairah.
"Tak apa, aku hanya lapar saja," Kenzo menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.
"Tapi, ini masih tanggung, sebentar lagi kita akan sampai puncak Tuan!" Bella memegang tangan Kenzo.
Namun, oleh Kenzo di hempasan dengan begitu saja.
"Saya bilang saya lapar, sudah pakai baju kamu dan tinggalkan kamar ini, saya butuh istirahat!" Kenzo berucap dengan nada datar.
Dengan wajah yang cemberut, Bella akhirnya menuruti perintah Kenzo untuk berpakaian dan pergi meninggalkan kamar tersebut.
Saat, Bella turun dari anak tangga.
Ia kembali tak sengaja berpas-pasan dengan Niken yang akan kembali ke lantai atas
Bella menatap Niken dengan tatapan tajam dan juga jahat.
Beda dengan Niken, ia tak menghiraukan tatapan dari Bella.
Saat Niken bersebelahan dengan Bella, Bella malah mendorong tubuh Niken, untung saja, Sinta dengan sigap menahan tubuh lemah Niken, kalau tidak, sudah pasti Niken akan terjatuh dari atas tangga.
"Nona, anda tidak apa-apa?" Ujar Sinta.
"Tidak, aku tidak apa-apa sin, terimakasih!" Niken menatap Bella dengan tatapan tajam.
"Kenapa, tak terima?" Ujar Bella sambil tersenyum meremehkan.
"Sin, bantu aku untuk naik ke atas ya!" Niken memegang tangan Sinta.
Karena saat Bella mendorong tubuhnya ia merasa sangat amat pusing.
"Heh, mau kemana, pasti mau kabur, dasar wanita tak tau malu!" Ujar Bella dengan percaya diri.
Sinta menghentikan langkahnya, sedangkan Niken, menggelengkan kepalanya untuk tidak menggubris ucapan Bella.
"Nona, apakah anda tidak sadar diri, di sini, siapa yang tidak tau malu, bukanya nona sendiri, lihat lah sekarang, bahkan anda bukan siapa-siapa, tapi. Malah menganggu suami orang, bahkan dengan bangga menggodanya, apakah anda tidak punya kaca Nona?" Ujar Sinta sambil tersenyum miring.
Bella menatap Sinta dengan tatapan tajam dan meremas tangannya sendirian.
"Kurang ajar, apa maksud kamu bilang seperti hah?" Bella berteriak di hadapan sinta.
"Kenapa nona, anda tidak terima, duh kasihan wanita lacur yang hanya di jadikan pemuas nafsu oleh lelaki yang sudah memiliki istri, tapi gayanya selangit, gak malu tuh mbak?" Sinta kembali tersenyum miring.
Karena Bella merasa terpojokkan, Bella berniat untuk menampar Sint, namun. Ternyata keburu di tahan oleh si ya.
Tangan Bella di remas kencang oleh Sinta, sampai Bella meringis kesakitan.
"Aws, lepaskan, sakit!" Ujar Bella mencoba membuka cengkraman tangan Sinta.
"Dengarkan saya baik-baik nona Bella yang terhormat, jangan pernah anda berniat untuk menyakiti nona Niken, karena apa, karena akan ada saya yang selalu menjaganya dan malasnya, ngerti kamu!" Sinta menyingkirkan tangan Bella dan mendorongnya.
Otomatis, Bella terhuyung ke belakang dan terjatuh dari atas tangga yang sangat tinggi.
Niken menatap pemandangan itu dengan sangat panik.
Pasalnya ia tak ingin jika Sinta sampai melakukan hal itu, karena Niken takut jika Sinta akan di hukum oleh Kenzo.
Niken berteriak saat terjatuh dari tangga.
Hingga secara perlahan ia tak sadarkan diri, karena dari celah kakinya mengeluarkan darah dan juga dari keningnya.
Dan kebetulan, saat Bella terjatuh, Kenzo berada di dekat tangga.
Karena saat Kenzo mendengar suara Bella yang berteriak, Kenzo langsung berjalan keluar dari kamarnya.
Dan betul saja, apa yang ia lihat....