Ia menjelaskan semuanya pada Alex. Tidak ada yang ia tutupi lagi karena ia tidak ingin menjadi pria pecundang walaupun ia sudah terlihat sangat pecundang.
Kedua rahang Alex terlihat menegang. Tatapannya begitu tajam dengan kedua tangannya mengepal.
Ia tentu tidak ingin Mayleen disakiti lagi oleh pria lain. Baginya, cukup dirinya saja yang terakhir kalinya menyakitinya dengan sangat. Apalagi mengetahui bahwa Mayleen sampai harus ke psikiater.
"Kau tahu, kau brengsek, Nathan," ucap Alex terdengar begitu tegas.
"Aku tahu. Malam ini adalah malam terakhirnya bersamaku."
"Jangan datangi Mayleen selama kau masih bersamanya. Atau setidaknya kau jujur pada wanitamu itu!"
"Alex-"
"Dengar ... aku tidak mau tahu! Selesaikan urusanmu dengannya, baru kau kuizinkan mendekati Mayleen!"
Alex berdiri meninggalkannya tanpa banyak bicara lagi. Nathan pun tidak berusaha mengejarnya atau memohonnya. Ia hanya menunduk dan menghela napasnya.