"EN,KITA TELAT!!!" aku menepuk nepuk kedua telingaku yang terasa sakit karena suara itu.Sungguh benar benar mengganggu saja,apa gadis itu tak tau kalau ini adalah tempat makan,seharusnya orang orang bisa damai istirahat dan memakan makanan mereka.Tetapi suara gadis ini malah membuat keributan di tempat ini.
Aku meletakkan sendokku di piring setelah dua suapan.Aku merasa ada sesuatu yang seperti baru saja kulewatkan.Tetapi,aku pun tak tahu apa yang kulewatkan.
Aku coba mengingat ngingatnya,pertama aku sudah mulai makan sarapan pagi,kedua aku juga sudah memesan minum,ketiga aku sudah berdoa sebelum makan,lalu apa yang kulewatkan?
"Cepet En!" mendadak tubuhku seperti tersengat listrik,leherku bergerak menoleh dengan gerakan yang cepat.Tetapi,karena begitu reflek itu membuat seorang pelayan yang berjalan melalui ku kehilangan keseimbangan karena gerakanku yang tiba tiba.
"Aduh,maaf mas maaf" pintaku seraya membantunya merapikan kekacauan karena ulahku.
"Sekali lagi maaf ya mas,gara gara saya jadi begini"
"Iya,mas gak papa"
Pelayan itu pun pergi,dan aku kembali melihat ke tempat gadis tadi berada.
Sekarang mereka sudah pergi,dengan perasaan kecewa aku duduk lagi ke tempatku.Aku merenung,apa mungkin yang dipanggil gadis tadi adalah En? Orang yang sama yang dulu selalu bersamaku.Gadis unik dengan keistimewaan yang tidak banyak dimiliki orang lain.Apakah benar itu En?
Aku mengetuk ngetuk gelasku hingga tiga kali ketukan,kemudian aku memutuskan untuk melanjutkan makanku.Sayang juga jika tidak dihabiskan.
***
Hari ini hari Selasa,tapi itu tak membuat taman ini menjadi sepi.Masih ada banyak anak anak kecil dan beberapa orang yang datang kemari,sekedar bersantai ataupun urusan yang lain.Begitujuga aku,hampir setiap ada waktu luang aku akan datang kemari hanya menjernihkan pikiran.Istirahat sejenak dari banyaknya kesibukan kan juga perlu.
Lagu "Sendiri", Giring Ganesha mengalun dari ponselku.Aku sengaja tak memakai earphone,aku lebih memilih mengeraskan volumenya dan membiarkan semua orang dapat mendengarnya.
Hanya lima menit waktu yang ku habiskan di taman,setelah itu aku segera bergegas ke kantor,sekarang sudah pukul delapan seharusnya aku sudah tiba di sana,tetapi bukankah bos juga boleh sekali kali terlambat?
Aku mempercepat untuk menyalakan mesin mobilku,walau terburu-buru aku tak mengemudi dengan kencang,sehat itu mahal harganya!
Tapi,hari ini sepertinya tak mendukung niatku untuk berhati hati.Dari kejauhan aku melihat seorang gadis tak waras menghalangi jalan,coba pikirkan mana ada gadis waras yang mau berdiri di tengah tengah jalan menghalangi lalu lalang kendaraan,bukannya berhenti nyawanya yang melayang.
Sebisa mungkin aku menginjak pedal rem mobilku dengan gerakan cepat.
"BERHENTI! BERHENTI!" sepertinya dia berucap begitu ketika depan mobilku hampir saja menghantam tubuhnya.Setelah itu dia berjalan mendekati ku,dengan ketukan pelan dia mengetuk kaca mobilku.
"Maaf,bisa turun sebentar?"
"Buat apa!?" jawabku ketus.
"Sekali lagi maaf,saya mau minta tolong buat-"
"Jangan suka bohongin orang bisa?" aku menyela perkataannya yang belum sempat diselesaikan olehnya.
Tak tau kenapa,aku berpikir kalau ini hanya tipu muslihat yang biasanya dilakukan oleh beberapa perampok.Sekarang memang marak terjadi perampokan dengan dalil meminta bantuan seperti ini, menggunakan seorang gadis polos agar orang orang merasa iba dan tergerak menolong.Setelah target turun pasti beberapa preman yang sudah menunggu akan menyerang dan mengambil semuanya.Benar tidak?
"Maaf,bohong gimana ya? Saya bener bener mau minta tolong ini!"
"Kok kamu marah marah!?" balasku tak terima.
"Ya jelas saya marah,orang saya mau minta tolong,malah dikira bohong.Bohong dari segi apa sih!?"
"Kalo gak mau nolongin ya udah gak usah! Maaf,udah ganggu waktunya!!!" kesalnya seraya mengetuk kaca mobil dengan sangat keras,berlalu begitu saja tak peduli mataku yang melotot karena ulahnya.
"Eh,kamu!!" aku yang tadi tak berniat turun pun mendadak reflek keluar dari mobil dan mengejarnya.
"Kenapa lagi!!?" kini ganti dia yang bertanya dengan ketus padaku.
"Kamu itu minta tolong sama saya,jangan judes judes kayak gitu" keluhku tak suka,seraya mendorong pelan kepalanya dengan jari telunjukku.
"Jadi,ini mau nolongin saya atau gak!?" sungutnya kesal menepis tanganku yang masih menempel di dahinya.
"Iyaa"
"WAHHH,BENERAN PAK!!!" mirip seperti kera ia meloncat tiba tiba ke arahku,hampir membuatku terjungkal belakang karenanya.
"SAYA BUKAN BAPAK KAMU!!!" aku menyingkirkannya jauh jauh karena membuatku kesusahan bernapas dan seperti tercekik.
"Maaf Pak" kini ia kembali seperti gadis normal yang terlihat anggun dan sopan,badannya sedikit membungkuk ketika mengucapkan kata maaf barusan.
Sebenarnya melihatnya bertingkah seperti itu malah membuatku ingin tertawa,gadis ini benar benar labil.Dalam hitungan tak sampai sedetik ia bisa memerankan beberapa karakter dengan apik.Mungkin,dia cukup berbakat dalam dunia akting.Aku terkesan.
"Jadi.....,ini saya nolongin apa ya?' tanyaku mencoba memecah keheningan,setelah ucapan minta maaf,dia benar benar tak berulah lagi ataupun berucap,dia hanya diam sambil menunduk seperti anak anjing yang patuh akan tuannya.
"Oh,iya!! Sepupu saya Pak! Tadi-"
"Berhenti panggil saya Pak,bisa?" tanyaku masam.Lagi lagi ia membungkuk sedikit badannya,seraya berbisik kata maaf.
"Saya boleh bicara sekarang?" tanyanya seraya mendongakkan kepala.
"Iya boleh"
"Sepupu saya...,tadi ditabrak tapi yang nabrak gak mau tanggung jawab! Sekarang sepupu saya gak sadarkan diri di sana!!!!" gadis itu mencak mencak gak jelas seraya menunjuk ke arah seberang,dan benar di sana ada seorang gadis lagi yang tergeletak tak sadarkan diri.Aku pun bergegas berlari menghampirinya.
"Linda!" aku memanggilnya demikian setelah melihat wajahnya dengan jelas,Linda adalah seketarisku di kantor,mana mungkin aku tak mengenalinya.
Tanpa disuruh lagi aku langsung menggendong tubuhnya menuju mobilku.Tentunya gadis yang mengaku sepupu Linda pun juga ikut.
***
Aku meremas ujung bajuku,saat ini aku benar benar merasa tak nyaman.Ingin rasanya lari dan pergi saja dari sini.Tapi,mengingat keadaan Linda barusan mana mungkin aku akan meninggalkannya sendirian.Sebisa mungkin aku berusaha nyaman,walau terpaksa.
"Apa masih lama?" tanyaku kepada lelaki di sebelah,dia yang sudah mau menolongku dan Linda tadi.
"Kenapa? Kau mau pergi?" tanyanya balik dengan sangat tidak ramah.Aku membalasnya dengan gelengan singkat.
"Kenapa kau kenal dengan Linda? Kau ini siapa?" sejak tadi, pertanyaan itu saja yang terus bertebaran memenuhi kepalaku.Sebenarnya siapa lelaki ini?
"Aku bosnya Linda,kau sendiri benar benar sepupunya?" mendengarnya aku langsung membelalakkan kedua mataku lebar lebar,lelaki di sebelahku mengatakan kalau dia itu bosnya Linda!
Berarti dia lah yang nantinya akan menjadi calon bosku,secara aku akan melamar di kantornya.
"Pemilik perusahaan Wijaya Company?" tanyaku gugup.
"Iya" dia menjawab dengan ekspresi yang begitu tenang,aku semakin serba salah sekarang.Tadi,aku memperlakukannya dengan tidak baik, kemungkinan aku diterima kerja pun juga bisa setipis kertas tisu.Kepalaku rasanya pusing memikirkan hal itu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku" aku menoleh pelan ke arahnya.
"Pertanyaan apa?"
"Kau itu benar benar sepupunya Linda?"
"Iya" jawabku seraya menundukkan kepalaku dalam dalam.
"Siapa namamu?" aku menegakkan kepalaku untuk menatapnya,ragu ragu aku menjawabnya,
"Saya En"
***
Lagi lagi tubuhku seperti teresengat listrik hebat,mendadak bibirku juga terasa kelu,tak sanggup berkata apa pun.Kedua mataku seperti memanas mengeluarkan air mata,pandanganku kabur.Apa benar dia En,orang sama yang ku kenal dulu?
"Ka...lau.... nama lengkapmu si.....apa?" bibirku bergemetar,dadaku terasa nyeri mengingat perkataan sama yang kutanyakan kala pertama kali kami bertemu.Seakan aku dibawa kembali ke masa itu sekarang.
"Afsheen" lagi lagi dan lagi aku merasa tubuhku disambar petir hebat, sesuatu di dadaku pun terasa sangat hancur,aku tak peduli dengan keadaan sekitar aku langsung menangis sesenggukan di sana.Dadaku begitu sesak, kepalaku pusing,dadaku pun juga sangat nyeri.
Aku bingung,haruskah aku senang sekarang bertemu dengan En setelah bertahun tahun lamanya atau sedih karena ketakutanku sendiri?
Bahkan sampai saat ini aku belum bisa menghadapi dan menerima semua ini.Aku ingin kembali sama seperti diriku yang dulu.Aku merindukan aku yang dulu serta semua orang yang kutemui di masa lalu.
"Kau,kenapa menangis?" tanyanya seraya mengusap bahuku pelan.
Aku menghentikan tangisanku,menyeka kedua pipiku dengan kasar.Pelan pelan aku menarik napas kemudian menghembuskannya,"Maaf,tiba tiba kepalaku terasa sangat sakit"
"Sesakit itu kah? Sampai sampai kau menangis?" tanyanya heran.
"Iya" jawabku singkat.
"Emm, aku panggilkan dokter dulu ya?"
"Gak usah!" sergahku seraya menariknya untuk duduk kembali.En menatapku bingung, matanya bergerak mengamatiku dari ujung kaki sampai atas kepala.
"Kenapa?" tanyaku karena merasa risih diamati olehnya.
"Emmm,di belakangmu...." dia menunjuk nunjuk ragu sesuatu.
"Apa?" tanyaku tak tertarik.
"Apa sebelumnya kita pernah bertemu?" jawab En dengan bertanya balik padaku.
"Enggak,kenapa?" jawabku berbohong.
"Emmm, entah kau percaya atau tidak,seorang anak laki laki terus mengawasimu di belakang" aku terkejut mendengarnya,kali ini aku yakin anak itu bukanlah manusia melainkan hantu yang bergentayangan.
Sepertinya anak yang dimaksud En adalah hantu anak yang waktu itu ingin mencelakaiku dengan vas bunga.Bahkan,sampai sekarang pun dia masih di sekitarku?
Apakah selama ini dia mengikuti kemanapun En pergi?
"Kau jangan asal bicara,lagipula untuk apa seorang anak kecil mengawasiku?" ucapku mengelak agar terkesan seolah tak percaya apa yang dikatakan En.
"Jujur,aku bisa melihat mereka"
"Mereka apa?" tanyaku pura pura acuh.
"Mereka yang tak bisa kau lihat,aku bisa melihatnya" jawab En dengan wajah horornya.
"Jadi,kau bisa melihat orang yang berdiri di balik dinding ini?" tanyaku meremehkan sambil menunjuk dinding di dekatku.
"Bukan be-"
"AWASSS!!!" En berteriak histeris seraya menarik tubuhku ke arahnya,aku yang tak begitu siap dengan gerakan tiba tiba ini pun reflek memeluk erat tubuh En,karena hampir kehilangan keseimbangan.
Berselang satu detik aku mendengar suara pecahan kaca yang sangat nyaring di telingaku.Aku tak tahu apa yang terjadi di belakang,aku sama sekali tak menoleh,karena tubuhku yang sepertinya enggan untuk lepas dari pelukan singkat ini.
Perlahan aku memejamkan mataku,menyandarkan kepalaku di bahu milik En.Sebentar saja aku ingin memuaskan rasa rinduku kepada gadis ini.Meski sekarang dia ada dihadapanku pun,aku tetap tak bisa melepas rinduku ini.
En juga sama sekali tak menyuruhku untuk melepaskan dekapanku,tak tahu dia masih begitu terkejut atau mungkin dia juga merasakan perasaan sama yang kurasakan.En,hanya diam.
"Maaf,Pak" kedua mataku langsung terbuka garang mendengar panggilan En,aku menjauhkan pelan tubuhnya dariku,menatap tampangnya yang sedikitpun tak merasa bersalah.
"Bukankah aku tadi sudah bilang? Jangan panggil saya Pak!" peringatku penuh penekanan.
"Kalau saya gak panggil Pak,pasti Bapak gak akan ngelepasin pelukan Bapak barusan.Iya kan Pak?"
"Berhenti panggil saya Pak!!" geramku.Bukannya takut En malah terkekeh pelan melihatku yang geram akan tingkahnya.
"Permisi" baik aku dan En menoleh bersamaan ke pemilik suara yang tiba tiba datang.
"Maaf,ini ada apa? Kenapa vas bunganya bisa sampai pecah?" aku melihat ke arah yang ditunjuk orang itu,dan benar di sebelahku sudah berserakan pecahan pecahan kaca yang sepertinya memang benar dari pecahan vas bunga.Seketika aku mengingat apa yang barusan En peringatkan padaku,pasti ini perbuatan anak itu.
"Mungkin tadi ada orang aneh aja yang tiba tiba ngelempar vas ke sini"
"Permisi,kalian keluarganya mbak Linda?" seorang pria berjas putih ganti yang menghampiri kami,melihatnya saja En langsung bergerak berdiri menatap fokus pria itu.
"Iya dok,bagaimana keadaannya sekarang? Gak papa kan dok?"
"Iya,mbak gak usah khawatir.Mbak Linda cuma mengalami keretakan di kaki kirinya dan tenang aja beberapa bulan mbak Linda bisa sembuh dan berjalan seperti semula kok"
"Setelah ini mbak Lindanya gak boleh beraktivitas dulu ya mbak,harus Istirahat total.Takutnya kalau beraktivitas nanti malah menambah parah lukanya"
"Iya dok" ucap En mengangguk anggukan kepalanya patuh.
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação