Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan bersama abang ojek online, aku akhirnya sampai juga di sekolah.
"Tumbenan lo naik ojek? Supir lo mana?" celetuk Bambang yang baru saja meninggalkan tempat parkir dan berlari menghampiriku.
"Panjang ceritanya! Nggak usah tanya!"
"Dih, jutek amat, lo?! Kenapa nggak nelepon gue sih, pasti gue jemput entar!"
"Nggak mau, nanti Naca cemburu!"
"Halah, kurang kerjaan banget dia cemburu sama lo!"
"Kok gitu? Aku cantik, pinter, baik hati, nggak sombong, suka menabung, suka menolong, pokoknya aku itu perempuan idaman banget! Bisa aja kamu terbutakan oleh kesempurnaanku, terus naksir aku!"
Bambang hanya menggelengkan kepalanya pelan melihatku.
"Kepala lo abis kebentur ya?" tanya Bambang dengan santainya.
"Kok kamu tahu?" pekikku tak percaya.
"Habis kebentur apaan lo?"
Aku pun menghela napas berat. Mengingat kejadian pagi tadi sungguh membuatku malu.
"Malah ngelamun lagi, kebentur apaan lo?"