"Gila kamu! Masa ngapelin pacar ngajak aku? Ntar jadi obat nyamuk dong, aku?!"
Bambang sama sekali tidak merespon saat aku protes. Ia terus menyetir motornya menyibak jalanan kota Jakarta yang sangat ramai, dengan santainya.
"Mbang? Turun aja deh, aku! Males banget jadi obat nyamuk! Mau pamer kemesraan apa gimana, sih?" gerutuku.
"Yang mau pamer kemesraan juga siapa? Gak mungkinlah kalo gue ngajakin lo cuman buat mesra-mesraan sama Naca! Nggak asik, yang ada lo bakal ganggu!"
Ah iya, benar juga! Aku pasti akan mengganggu nanti! Karena sungguh, sebelum aku juga punya pacar, mereka tidak akan kubiarkan pamer kemesraan di hadapanku!
"Terus?" tanyaku setengah berteriak, karena kami mengenakan helm, dan angin bertiup cukup kencang, hingga suara kami terdengar pelan.
"Naca kan jadi saksi buat jeblosin berandalan yang nyerang lo itu di penjara, jadi gue pikir dia bakalan jadi incerannya anak Blackstone yang mau bales dendam!"