Baixar aplicativo
5.92% BELIEVE IN LOVE / Chapter 17: PENOLAKAN

Capítulo 17: PENOLAKAN

Melihat Kiara hanya berdiri saja, Leo kembali mengajaknya. "Ayo, Kiara. Nanti kamu terlambat."

"Tidak, aku tidak mau!" Kiara menolak.

Leo tidak kehabisan akal, dia terus saja mengajak Kiara agar mau ikut dengannya. "Kiara, di sini jarang ada taksi yang lewat."

"Bukan urusanmu!" ketus Kiara menjawab.

Leo hilang kesabaran, akhirnya dia ke luar dari dalam mobil. Dengan perasaan yang menahan kesal, Leo mencoba untuk membujuk Kiara.

"Kiara, sampai kapan kamu akan menunggu taksi? Yang ada nanti kamu kesiangan ke Sekolah. Bukankah tadi kamu bilang ada ulangan?"

"Jangan ikut campur urusanku, aku tidak butuh simpatimu! Pergi, jangan ganggu aku!" Kiara berusaha mengusir Leo.

Kiara beranjak dari tempatnya berdiri untuk menjauh dari hadapan Leo, tapi yang terjadi di luar dugaannya. Leo menarik pergelangan tangannya dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.

"Lepaskan! Apa yang kamu lakukan!" teriak Kiara, mencoba melepaskan pergelangan tangannya dari pegangan tangan Leo.

Bukannya melepaskan, Leo semakin kuat memegang pergelangan tangan Kiara.

"Kalau kamu tidak mau jadi artis dadakan di sini dan menjadi tontonan orang-orang, segera masuk ke dalam mobil!" Leo berbicara pelan tetapi penuh dengan penekanan, matanya tepat menghujam ke dalam iris coklat mata Kiara.

Entah apa yang dirasakan Kiara, di saat matanya bertemu dengan iris mata Leo, ada perasaan bergemuruh dihatinya. Desiran asing dan perasaan takut seketika menguasai hatinya.

"Lihat sekelilingmu, orang-orang melihat kita. Cepat masuk!" Leo mengulang kembali ucapannya.

Kiara mengalihkan pandangannya dari Leo dan melihat sekelilingnya, orang-orang melihat mereka berdua.

"Masuk atau aku akan menggendongmu!" ucap Leo mengancam.

Untuk sesaat Kiara terdiam, memikirkan keputusan apa yang harus di ambil. Bola matanya menatap tajam ke arah Leo, mencoba mencari jawaban.

"Baiklah, aku ikut denganmu." Akhirnya Kiara memutuskan untuk ikut.

Leo melepaskan pegangannya ditangan Kiara kemudian membukakan pintu mobil. "Masuklah."

Dengan ragu-ragu Kiara masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Leo, yang masuk lewat pintu yang lain.

"Pasang sabuk pengamannya," pinta Leo yang sedikit melembutkan suaranya.

Kiara terdiam tidak mendengarkan Leo apalagi menurutinya. Melihat Kiara hanya terdiam, Leo akhirnya mencoba memasangkan sabuk pengaman Kiara.

Harumnya minyak wangi beraroma maskulin ciri khas laki-laki menyeruak masuk ke dalam penciuman Kiara. Wajah yang hanya berjarak beberapa centi saja sesaat saling menatap, mengalirkan perasaan yang aneh di antara keduanya. Hati keduanya berdegup kencang.

Berbeda dengan Leo, Kiara dengan cepat bisa menguasai dirinya. "Minggir!" Kiara menatap tajam Leo yang ada didepannya.

Leo tersadar, dengan cepat menarik tubuhnya dan duduk kembali di belakang setir. "Ada apa dengan diriku? kenapa dada ini berdebar kencang?" Leo berbicara sendiri di dalam hatinya.

Setelah menguasai dirinya sendiri agar kembali tenang, Leo menjalankan mobilnya, membelah jalanan yang ramai.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan di antara mereka. Dua-duanya diam membisu.

"Kiara," panggil Leo yang mulai membuka suara. Leo berusaha membuka kecanggungan di antara mereka. "Kiara," panggil Leo ulang.

Tidak ada reaksi atau jawaban dari Kiara, membuat Leo mulai kesal. Kesabarannya benar-benar di uji oleh anak ingusan. Leo meminggirkan mobilnya ke tepi jalan raya di tempat sepi.

"Kenapa berhenti?" tanya Kiara.

"Kita harus bicara!" tegas Leo.

"Bicara apa?" tanya Kiara melihat Leo.

"Masalah kita. Bisakah kamu melupakan kejadian tempo hari itu?" tanya Leo yang berusaha menahan kekesalannya.

Kiara terdiam, pandangannya kembali menatap lurus ke depan.

"Kamu benar-benar menguji kesabaranku, lihat aku! Kiara, aku sedang bicara denganmu!" Rasa kesal yang di tahan dari tadi akhirnya tidak terbendung lagi.

"Kalau kamu tidak mau mengantarku ke Sekolah, aku turun di sini!" Kiara bukannya menjawab malah mengancam akan turun.

Leo yang sudah hilang kesabaran, tiba-tiba saja mencium bibir Kiara. Entah apa yang ada dipikiran Leo sehingga membuatnya sampai mencium Kiara.

Kiara yang mendapat serangan mendadak, tentu saja sangat terkejut. Iris mata Leo tepat menghujam ke dalam matanya, dirinya seperti terhipnotis. Hembusan napas Leo, menerpa hangat wajahnya. Bibirnya bisa merasakan betapa lembut dan hangat bibirnya Leo.

Mendapat reaksi Kiara yang hanya terdiam, membuat Leo menginginkan lebih. Bibir Kiara yang tertutup, Leo gigit sedikit. Kiara yang awalnya terbuai pesona Leo, tiba-tiba saja tersadar, mendorong tubuh Leo yang berada dekat dengan tubuhnya. Leo yang tidak siap menerima dorongan tangan Kiara, tentu saja membuat kepala belakangnya kejedot dashboard.

"Apa yang kamu lakukan!" teriak Kiara.

Leo meringis mengusap kepala belakangnya yang sakit. "Aku mencium kamu! Seperti baru di cium saja, kamu pasti sering melakukannya dengan pacarmu."

"Kurang ajar! Kamu mengambil ciuman pertamaku!" sewot Kiara dengan wajah yang memerah.

"Benarkah? Itu ciuman pertamamu?" Leo bertanya dengan memasang wajah tidak percaya. "Tidak mungkin, kamu punya pacar pasti sering melakukannya. Tetapi melihat ekspresi kamu tadi, sepertinya itu memang ciuman pertamamu."

"Dasar otak mesum, aku mau turun di sini!" Kiara buru-buru membuka sabuk pengaman tetapi usahanya sia-sia karena pintu mobil tetap terkunci. "Tuan Leo yang terhormat, tolong buka pintu mobilnya," pinta Kiara menahan amarah.

"Aku sudah bilang akan mengantar kamu ke Sekolah. Pakailah sabuk pengamannya, aku janji tidak akan menyentuhmu lagi," kata Leo. "Jangan takut." Leo menghidupkan kembali mobilnya dan perlahan masuk ke jalan raya, menembus kemacetan yang rutin setiap hari. Hanya hitungan menit, mereka berdua sudah sampai di depan gerbang Sekolah.

"Kiara," panggil Leo melihat ke arah Kiara. "Apa benar? Tadi itu ciuman pertama kamu?"

Kiara wajahnya langsung memerah. "Bukan!" jawabnya ketus.

"Bohong," jawab Leo dengan mata berbinar dan senyum lebar yang memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Buat apa aku bohong?" Kiara mencoba mengelak.

"Wajahmu, wajahmu memerah karena malu," kata Leo menahan tawa.

"Bukan urusanmu, Tuan Leo," ucap Kiara membuka sabuk pengaman. Beberapa kali pintu mobil Kiara dorong, tetap tidak terbuka.

Leo pura-pura tidak tahu, matanya melihat lurus ke depan.

"Buka Tuan Leo!" pinta Kiara menatap tajam. "Aku sudah sangat terlambat!"

"Kiara, apa benar itu ciuman pertamamu?" Lagi-lagi Leo bertanya hal yang sama.

Kiara menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan emosinya. "Tuan Leo yang terhormat, apa tidak ada pertanyaan yang lain?"

Leo tersenyum. Pandangannya yang tadi melihat ke depan, sekarang menatap tajam ke iris mata coklat Kiara. "Kiara Larasati Darwanto, apa kamu mau menjadi pacarku?"

Kiara terdiam, dalam mimpi sekali pun dia tidak pernah menyangka, akan mendengar Leo mengatakan itu. Meminta dirinya menjadi kekasihnya.

"Kenapa diam?" tanya Leo. Tak lama kemudian Leo tertawa. "Ha ... ha ... ha ... lihat wajahmu, merah sekali. Dasar bocah ingusan."

"Aku tidak sudi menjadi pacarmu! Aku punya kekasih yang sangat aku cintai. Menjadi temanmu saja aku tidak sudi, apalagi menjadi kekasihmu!" jawab Kiara sewot menatap tajam Leo. "Sekarang, buka pintunya. Aku tidak mau berurusan denganmu lagi!"

Leo melihat ada amarah dimatanya Kiara. Terdengar kunci pintu mobil terbuka, Kiara buru-buru ke luar dari dalam mobil. Tanpa menoleh sedikit pun ke belakang, Kiara terus berjalan masuk ke Sekolah.

"Kiara Larasati hanya akan menjadi milik Leonardo." Leo berbicara sendiri di dalam mobil sambil mengelus bibirnya. "Manis sekali."


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
lyns_marlyn lyns_marlyn

Jangan lupa tinggalkan komentar atau vote di setiap chapter

Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C17
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login