Baixar aplicativo
36.84% Icewind Dale / Chapter 7: After Hunting

Capítulo 7: After Hunting

Ruangan yang ditutup oleh dinding batu itu berisi harta Karun, setidaknya bagi gadis yang kulawan tadi.

Ruangan itu hanya berisi sarcophagus yang di dalamnya terbaring mayat seorang gadis kecil yang sudah diubah menjadi mumi.

Pantas saja dia sangat membenci pemburu.

Sial, bukankah sekarang aku jadi terlihat seperti orang yang jahat?

Saat aku keluar dari reruntuhan, aku bisa melihat kereta salju yang ditarik oleh 6 ekor rusa, tidak jauh disana, aku bisa melihat Fiona, Delta, dan dua orang asing sedang mencoba menyeret mayat rusa putih.

"Hey! Disini!" Fiona berteriak sambil melambaikan kedua lengannya ke arahku. "Lihat! Rencanaku berhasil!"

Tanpa berteriak-pun aku bisa tahu.

"Iya,iya kau hebat" aku tersenyum kecil ke arah Fiona.

Jadi rencananya, membuat para penebang kayu datang kesini karena sihir dari Fiona yah... Tidak buruk.

Kedua penebang itu yang pertama berumur cukup tua dengan janggut putihnya yang panjang layaknya santa claus, dan yang satunya lagi sangat muda, mungkin sekitar umur 18.

"Gil, sepertinya kita akan membutuhkan bantuan. Panggilan Sero di tempat biasa"

"Baik, ayah"

"Aku bukan ayahmu"

Pria muda itu kemudian melepas satu rusa itu kemudian menaikinya dan berlari menuju barat.

"Jadi apakah ada hal seru disana?" Ucap Delta.

"Tidak ada apa-apa disana kecuali jebakan"

"Mungkin disana ada pintu rahasia, atau jembatan tidak terlihat, atau mungkin hewan legendaris yang bersemayam disana, kau mungkin hanya melewatkannya" setelah menatap dengan antusias, Delta sedikit terkejut "tunggu, kau terluka?"

"Ini hanya luka kecil karena jebakan, lagipula lukanya sudah kututup supaya tidak pendarahan"

"Coba kemari aku ingin lihat" ucap Fiona

"Sudah kubilang ini hanya luka kecil"

"Lukanya tidak cukup fatal karena terhalang oleh mantel yang kau pakai, tapi lukanya cukup dalam" Fiona diam sejenak lalu menatapku dengan curiga "apa benar luka ini karena jebakan?"

"Ah-h -uhmm, iya jebakannya... jebakannya cukup berbahaya"

"Benarkah?" Tatapannya membuatku terpojok sampai membuatku berkeringat. "Terserah, jika kau tidak ingin bicara. Ini minum ini" Fiona memberikan botol kaca berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat cairan berwarna hijau.

Ramuan itu mengeluarkan aroma yang tidak mengenakkan.

"Hueekk... Menjijikkan, cairan apa ini?"

"Dasar tidak sopan! Ini ramuan obat herbal!"

"Tapi lihat cairan menjijikkan ini" aku memasang ekpresi jijik.

"Hooo, jadi kau ingin dipaksa minum obat ini? Delta, bisakah kau pegang Zero"

"Baiklah"

Hei, kenapa kau menuruti perintahnya dengan mudah kepada gadis itu?"

"Hei, lepaskan kampret! A-ahh jangan mendekat! Aku sudah memperi-"

Botol menjijikkan itu tiba-tiba masuk kedalam mulutku. Saat cairan itu masuk kedalam mulutku, rasa asam seperti susu basi memenuhi mulutku, ditambah dengan bau menyengat dari obat itu terasa sangat menjijikkan.

"Huekkk" aku menarik kerah Delta " beri aku... Beri aku minum... Tolong, aku bisa mati"

"Hei, kenapa kau minum obat malah menjadi sekarat?"

"Kenapa tidak mencoba minum ini" seorang kakek-kakek melempar botol minuman yang terbuat dari tanah liat.

Aku mengambilnya dan minum layaknya orang yang sedang sangat kehausan.

Saat air masuk ke dalam tenggorokanku, aku sadar kalau ini bukan air biasa. Aku terbatuk-batuk saat menyadarinya.

"Kampret! Ini kan arak!"

"Hahahaha, enak bukan?"

"Ini cukup enak.... Tapi ini bukan saatnya, dasar tua Bangka!"

Tubuhku terasa panas, kepalaku terasa pusing, ditambah perasaan gembira ini...

"Oh iya, aku baru ingat" mataku sedikit berat, jalanku sedikit sempoyongan "apakah Santa Claus akan datang?"

"Apa yang kau bicarakan?"

"Itulah akibatnya mengejek obat ramuanku"

Mataku mulai kabur.

"Salju ini cukup menyebalkan.... Ah ayolah... Kapan Santa akan datang?"

Aku mulai mengantuk, mataku sudah berat.

"Kau baik-baik saja?"

.....

Brughh

X--X

"Setidaknya, kau akan kubawa ke neraka bersamaku"

Satu kalimat itu membuatku terbangun, memori yang kupendam dalam-dalam kini terbuka kembali.

Pandangan mataku kini dipenuhi oleh langit biru gelap yang tertutup oleh rintik salju yang berterbangan kesana kemari.

Hah, apanya yang pergi ke neraka? Sekarang aku malah berada di tempat paling dingin di dunia.

Benar juga... Saat kejadian itu terjadi.... Bukankah langit yang kulihat saat ini sama seperti waktu itu?

"Pahlawan kota ternyata sudah bangun" Ucap sorang pria yang suaranya terdengar asing.

"Sial, ini semua karena arak sialan itu" Aku mencoba untuk duduk sambil menyentuh kepalaku yang masih sedikit pusing.

"Rasakan itu" ucap Fiona sambil menjulurkan lidahnya.

Aku penasaran apa yang terjadi setelah aku mati pada waktu itu... Apakah dia baik-baik saja?

"Hey, kenapa kau malah melamun? apakah kau masih sakit?" Fiona melambaikan tangannya di depan mataku.

"Aku sudah lebih baik, ngomong-ngomong kapan kita akan sampai ke kota Lonelywood?" Kataku sambil melihat sekitar "tunggu, tua bangka itu mana?"

"Dia di belakang" Ucap seorang pria asing itu.

Setelah beberapa saat, kamipun sampai di kota Lonelywood

Setelah dilihat lagi, bangunan kota Lonelywood sangat unik, di setiap bangunan terdapat berbagai macam ukiran, entah itu kambing, naga, dan singa, mungkin ketiga hewan itu mempresentasikan sesuatu.

"Setelah dilihat-lihat bukankah kota ini cukup indah?"

"Memang, jika kau kesampingkan masa lalunya" Ucap Fiona sedikit acuh.

"Pasti sulit yah, berada di lingkungan ini dulu? Masa kecil yang cukup sulit..."

"Siapa yang masa kecil cukup sulit? Aku bukan berasal dari kota ini!"

"Jadi kotamu lebih buruk dari ini? Kasihan sekali" aku memasang wajah sedih.

Tatapan dingin menusuk tubuhku.

Well, selanjutnya hal yang terjadi adalah pipiku ditarik oleh seorang gadis brutal dan membuat pipiku memerah.

Akhirnya kami sampai di pintu masuk kota Lonelywood.

"Terimakasih sudah mengalahkan rusa putih itu. Sepertinya kota ini akan menjadi damai kembali" Ucap seorang pria asing itu.

"Senang mendengarnya" ucap Fiona

"Terimakasih atas tumpangannya dan Terimakasih juga Gil"Delta melambai-lambai ke belakang, ke arah kereta salju yang menarik rusa putih.

Seorang kakek yang memberiku arak itu datang ke arah kami sambil membawa botol arak yang kuminum tadi.

"Ngomong-ngomong mayat rusa itu mau kau apakan?" Ucap seorang kakek yang menyeka mulutnya setelah minum arak.

"Kami hanya membutuhkan mantel yang terbuat dari kulitnya saja, jika kau bisa mengurusnya, sisa dari mayat itu akan kuberikan pada kalian"

"Benarkah?"

"Benarkah?"

Kedua orang itu berbicara berbarengan.

"Yap, jika Zero berkata seperti itu, kami akan menurutinya, lagipula itu sebagai tanda terimakasih dari kami atas tumpangannya" Ucap Fiona.

"Aku merasa tidak enak" orang asing itu menggaruk-garuk kepalanya.

"Tidak, kamipun ikut senang telah membantu... Iya, kan?" Kata Fiona sambil menatap Delta.

"Yap, kau benar, itu tugas yang menyenangkan"

"Terserah" Kataku bernada sinis.

"Jika kau ingin membuat mantel untuk 3 orang, sepertinya akan memakan waktu 3 hari"ucap seorang kakek.

"Tidak masalah, kami akan berada disini dan menunggu sampai selesai" Ucap Fiona.

"Baiklah kalau begitu"

Setelah berpisah dengan orang yang mengantar kami, kami memutuskan pergi ke tempat kepala desa untuk melaporkan tentang rusa putih itu, dan menjelaskan kalau kita akan berada disini selama 3 hari. Kepala desa itu dengan senang hati meminjamkan lotengnya untuk kami tempati selama 3 hari.

"Ayo kita keliling kota!"

"Ayoo!"

"Bersemangat sekali kalian?"

Saat kami keluar dari kediaman kepala desa, cuaca dingin seketika menerpa kami.

"Sepertinya berkeliling kota adalah ide yang cukup buruk, aku tidak mau jalan-jalan sambil menggigil. Aku lebih suka menunggu di tavern saja"

"Dasar pemalas" ucap Fiona.

"Baiklah, jangan menyesal karena tidak ikut kami

Aku memisahkan diri kemudian melambaikan tanganku "jika kau butuh sesuatu panggil aku seperti biasa"

"Aku mengerti"

Setelah sosok mereka hilang di hadapanku, aku masuk kedalam Tavern.

Pada awalnya mereka menatap kepadaku dengan tatapan yang aneh, tetapi seaat kemudian mereka semua memasang wajah bahagia dan berteriak sangat keras.

"Whoaa itu dia pahlawan kita!"

"Terimakasih bantuannya bocah!"

""Ayo kita rayakan hari ini!"

"Kemari kau bocah, biar aku yang traktir" salah satu orang merangkul bahuku dan menarikku duduk dekat bersamanya.

Apa yang sebenernya terjadi?

Aku hanya membalas perlakuan mereka dengan tersenyum canggung.

"Hahaha, pertama pembunuh berdarah dingin dan sekarang rusa putih, kejutan apa lagi yang akan kau lakukan?"

Jadi mereka sudah tahu... Pantas saja...

"Ah tidak, ini bukan apa-apa"

"Ayo bersulang!" Seseorang mengangkat tangannya keatas.

"Bersulang!" Semua orang yang berada disini bersulang terkecuali diriku.

"Ayo bocah, kau juga"

"Ah, aku tidak kuat minum alkohol" aku menolak dengan memberi gestur melambai-lambai tanganku.

"Ayolah, tidak usah sungkan begitu" orang tersebut memberikan gelas penuh berisi alkohol "ayolah, hanya sekali saja. Ini kan untuk merayakan pencapaian kalian"

"Iya,iya baiklah" aku mengambil gelas itu.

"Hei, Danae! Ambilkan gelas lagi!"

"Baik, tunggu sebentar" sebelum dia pergi mengambil minuman, dia sekilas menatap ke arahku.

"Siapa dia?" Ucapku

"Dia hanya seorang pelayan disini, yang lebih penting" orang itu berdiri dan naik keatas meja "ayo kita berpesta!"

Semua orang yang disini serentak berkata "hooooo"

Meski terdengar sangat berisik entah kenapa terasa menyenangkan dan tanpa sadar aku tersenyum kecil.

Mungkin aku akan menikmati momen ini.

Akupun meneguk minuman beralkohol itu.

Suasana disini terlihat cukup meriah. Ada seorang penyair yang sedang memainkan lagu, dan ada yang sedang adu panco, lomba menghabiskan minuman, dan berdansa tidak jelas, tapi yang pasti semua wajah disini terlihat sangat bahagia.

Entah sejak kapan aku jadi ikut bersenang-senang, tapi ini cukup menyenangkan!

"Ayo! Ayo! Ayo!"

"Ayo bocah! Kau pasti bisa!"

"Ayo kalahkan juara bertahan itu!"

Semua sorak tersebut ditujukan padaku yang sedang bersiap melakukan pertandingan adu panco dengan juara bertahan adu panco di kota ini.

Badannya cukup besar, lebih besar dariku, otot-otot terlihat sangat kekar, mungkin profesinya sebagai penebang kayu yang membuat otot-ototnya begitu besar

"Ayolah bocah, beri aku pertandingan yang menarik"

Meski badanku lebih kecil tapi aku percaya diri terhadap kekuatanku.

"1...2...3, mulai!"

Kekuatan kami beradu satu sama lain membuat kedua lengan kami bergetar.

Cukup kuat...tapi masih belum cukup kuat untukku.

"Ayo kalahkan!"

"Ayo bocah!"

"Aku bertaruh padamu bocah!"

"Sepertinya juara bertahan kita akan menang!"

Ini saatnya.

Aku menarik nafasku.

Sensasi ini...

Aku tersenyum.

Brughhh!

Suara itu membuat semua orang yang berada disini terdiam dan tidak lama kemudian suasana menjadi ricuh kembali.

"Boleh juga kau bocah!"

"Juara bertahan bukan tandingan bocah ini!"

"Kau hebat bocah!"

Aku merasa senang sekali saat ini.

Aku naik keatas meja dan mengangkat kedua tanganku.

"Victory!"

Semua orang yang berada disini ikut mengucapkan kalimat "victory" bersamaan.

"Hei, berikan aku minuman lagi!"

"Hahaha, minum lagi? Kau kan baru minum sekali!"

Sudah lama aku tidak merasakan perasaan semacam ini!

Apa ini rasa bahagia karena sudah lama aku tidak berpesta?

Saat aku melihat kedepan, ke bagian pintu masuk, aku bisa melihat dua orang yang familiar sedang menatap aneh kepadaku dengan mulut terbuka.

Aku menyipitkan mataku dan sosok tersebut terlihat dengan jelas.

"Ayo kemari Delta! Fiona! Kau juga!"

Semua orang yang berada disini menatap ke arah Delta dan Fiona.

Fiona terlihat memerah sambil menunjuk ke arahku.

"Hei! Apa yang kau lakukan!?"

"Bersenang-senang?" Aku menaikkan bahuku.

Tiba-tiba sebuah gelas kayu melayang ke arah kepalaku.

Plakk!

X--X

Saat aku membuka mataku aku melihat langit-langit ruangan yang terbuat dari kayu.

Dimana aku?

Saat aku menoleh kesamping, aku bisa melihat Delta sedang makan di meja makan, dia menatap ke arahku dan melambai.

"Yo... Kau sudah bangun?"

"Ah sial, aku sedikit pusing, apa yang terjadi?"

"Kau mabuk dan aku terpaksa melemparmu menggunakan gelas" Ucap Fiona dengan nada jengkel.

"Jadi aku pingsan 2 kali dalam hari ini? Ah sial, hal buruk apa lagi yang akan menimpaku?"

"Yang tadi sudah jadi yang terburuk! Kau membuat kami malu dengan tingkahmu!"

"Aku?"

"Setelah dilempar oleh gelas, kau diam untuk sejenak tapi setelahnya, kau berteriak tidak karuan dan berkata hal-hal aneh!"

"Benarkah?" Aku menatap Delta, saat mata kami bertemu, Delta hanya mengangguk setuju.

"Baiklah, kali ini aku yang salah, maaf"

"Kukira kau akan keras kepala" Fiona menatap heran ke arahku "ah ya, permintaan maaf saja tidak cukup"

"Apa yang kau mau?"

"Hehe" Fiona memasang senyum jahat.

Sial, apa yang dia rencanakan?


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C7
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login