Dua bulan telah berlalu dan ini semua orang sudah bersiap untuk perang besar yang akan terjadi. Ouryne memimpin pasukan dengan anggun, dalam hati ia menggerutu pelan karena ternyata Ansel tidak mau ke pengungsian dan memilih menjadi healler di barisan belakang.
“Aku akan mengakhirinya hari ini juga,” tekad Ouryne dalam hati.
Pasukan Orlando mulai terlihat dan Ouryne bisa melihat Orlando yang tersenyum angkuh sembari menatapnya. Ouryne mengangkat sudut bibirnya, ia tersenyum sinis melihat keangkuhan Orlando.
“Keangkuhanmu itu akan musnah hari ini, bersamaan dengan musnahnya kamu dan kaummu!” desis Ouryne dalam hati.
Orlando sampai di hadapan Ouryne dan sedikit membungkukkan badannya dengan tujuan mengejek.
“Hallo tuan putri, selamat malam,” sapa Orlando.
Ouryne berdecih kesal, “apakah kaummu itu sangat lemah ketika siang hari hingga memilih untuk menyerang di tengah malam seperti ini?” ejek Ouryne.