Argat membanting celananya dengan keras hingga membuatku terkejut. Dia memegang kepalanya lantaran sangat pusing melihat salah satu jam kesayangannya rusak. Kalau aku jadi dia, aku juga akan marah karena harga jamnya yang sangat mahal.
"Kenapa kau selalu mencuci? Apa kau tidak bisa diam saja dan membiarkan Bu Rima yang melakukannya?!" tanya Argat dengan nada suara yang meninggi.
Argat kemudian menunjukkan jam tangannya padaku. Dia menyuruhku untuk melihat jamnya dengan benar. Meskipun inilah yang kuinginkan, tetap saja aku jadi takut untuk menatap matanya. Kali ini sama saja aku sudah mengurangi sebagian hartanya, seperti itulah yang kurasakan.
"Aku tidak sengaja dan aku tahu kalau harganya sangat mahal," ucapku.
"Pertama kemejaku, lalu sopnya, karena masih emosional kau tidak ingin pindah ke kamarku dan sekarang kau merusak jam tanganku. Apa kau punya masalah denganku?" tanya Argat frustrasi.