"Papa!" Aku menolehkan kepalaku saat seseorang memanggil Papa. Ku kira Holland yang memanggilku, namun ternyata Marysa. Tentu saja aku terkejut karena ini kali pertamaku dipanggil seperti ini oleh anak mendiang Albert dan Evelien Schyler itu.
"Papa?" tanyaku bingung.
Dengan wajah yang senang, Marysa menjawab, "Kata Holland, aku boleh memanggil Tuan dan Nyonya dengan kata Papa dan Mama."
Aku membelalakkan mata karena terkejut dengan ucapannya. Aku tak menyangka jika Holland memperbolehkan Marysa memanggil kami seperti ia memanggil orang tua kandungnya. Padahal aku sendiri tahu bahwa Holland sudah merasa cemburu dengan kehadiran Marysa di rumah ini. Aku tahu hal itu dari gelagat tubuh yang selalu terlihat jelas. Aku pun tersenyum dan mengusap puncak kepala Marysa dan berkata, "Aku akan senang jika kau terus memanggilku dengan kata Papa." Marysa hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.