Papa mengajak aku dan Mama untuk pergi ke tempat terakhir Tuan Albert. Kata Papa, Marysa lah yang memaksanya untuk membawa kami semua ke sana. Kami pun pergi ke sebuah tempat di samping rel kereta. Ku lihat dengan jelas ada nama Tuan Albert di salah satu nisan yang berbentuk salib. Marysa berlari menghampiri nisan itu dan bertelut di dekatnya.
"Papa jangan pergi tinggalkan aku. Aku tak ingin sendirian di sini. Papa tahu sendiri kan jika aku ini tidak bisa hidup tanpa Papa," ujar Marysa sembari menangis haru. Sedari masih di rumah, ia terus menangis tanpa henti. Aku terus berusaha membuatnya berhenti menangis, tetapi percuma saja. Ia terus menangisi Tuan Albert.