"Aku mencarimu sedari tadi dan ternyata kau ada di sini, kenapa kau tak menemui kami Diederick?" tanya Theo yang tiba-tiba datang menemui Diederick yang tengah duduk di sebuah kursi taman rumah keluarga Vandenberg.
"Saya ingin menemui kalian, tapi melihat kalian sesibuk itu, saya hanya bisa menunggu hingga acara pernikahan kalian selesai," balas Diederick dengan lesu. Ia sudah bosan menunggu sedari tadi pagi.
"Maafkan kami, Diederick. Seharusnya kau menemui kami, tak usah ragu. Lagi pula kau ini kan sahabatku, kenapa kau harus menunggu selama itu? Jika kau ingin, bisa saja kau langsung menemui kami dan membicarakan apa yang kau mau saat ini. Jika kau diam dan menunggu seperti ini, aku pun akan bingung dengan apa yang harus aku lakukan," ujar Theo. Ia merasa bersalah karena telah membuat Diederick menunggu, namun ia juga merasa sedikit kesal karena sikap Diederick yang tiba-tiba saja menjadi pemalu.
"Saya hanya ingin bertemu dengan gadis yang diceritakan Saartje kepada saya satu minggu lalu, tak mungkin saya memintanya kepadamu di depan semua keluarga dan teman-temanmu yang lainnya," jelas Diederick.
"Apa? Jadi kau hanya ingin bertemu dengan gadis itu? Apa kau tak sadar jika sedari tadi gadis itu terus berlalu lalang di hadapanmu? Haha…. Diederick, jika Saartje tahu hal ini, dia akan menertawakanmu," tanya dan ucap Theo dengan diiringi tawa kecil.
"Kalian tak pernah menceritakan bagaimana wajah dan bentuk tubuh gadis itu, jadi saya tak tahu jika memang dia selalu berlalu lalang di hadapan saya," balas Diederick dengan nada kesal.
"Baiklah, kau ikut denganku ke dapur, aku akan menunjukkan gadis itu kepadamu," ajak Theo.
"Kenapa harus ke dapur?" tanya Diederick heran.
"Kau tak usah banyak tanya. Ayo cepat, ikut denganku!" Theo pun menarik tangan Diederick dan mengajaknya ke dapur. Mereka mengintip kegiatan para bedinde yang bekerja di rumah keluarga Vandenberg. Theo pun menunjuk seorang gadis yang tengah membersihkan piring. Gadis itu adalah gadis yang hari ini tengah di cari Diederick. Diederick sedikit menyipitkan mata, mencoba mencari tahu bagaimana sosok wajah gadis yang saat ini tengah membelakanginya itu.
"KATHRIENA!" Tiba-tiba saja terdengar suara Saartje yang memanggil gadis itu. Gadis itu menolehkan wajah, mencari seseorang yang telah memanggil namanya. Suara teriakan Saartje juga membuat Theo dan Diederick terkejut. Istri Theo itu sengaja memanggil Kathriena agar ia menoleh dan dengan leluasa Diederick dapat melihat wajah cantik Kathriena.
Theo yang merasa jantungnya hampir copot pun langsung memarahi Saartje. Saartje yang memang sudah melihat tingkah Theo dan Diederick yang tengah mengintipi Kathriena hanya tertawa puas saat melihat raut wajah Theo dan Diederick yang terkejut. Sementara itu, Diederick dibuat terpaku karena kecantikan wajah Kathriena. Saat ini gadis itu tengah celingak celinguk mencari sosok Saartje yang tadi memanggilnya. Ia tak tahu jika saat ini Saartje tengah berdiri di balik tembok bersama Theo dan Diederick.
"Kau benar, Saartje! Dia bukan inlander biasa, dia memang gadis campuran," ucap Diederick tiba-tiba.
"Apa kau menyukainya, Diederick?" tanya Saartje.
"Natuurlijk!" balas Diederick tanpa ragu.
"Haha…. Lihatlah Theo! Sahabatmu ini sudah mendapatkan calon pendamping hidupnya," ujar Saartje senang.
"Kau betul, Saartje. Untuk pertama kalinya aku melihat Diederick seceria ini," balas Theo.
"Apa kau ingin berkenalan dengannya, Diederick?" tawar Theo.
"Natuurlijk, saya ingin mengenalnya lebih dekat," jawab Diederick sembari menatap Theo dengan tatapan penuh harap.
"Kau boleh berkenalan dengannya, tapi tidak hari ini," ujar Saartje.
"Memangnya kenapa?" tanya Diederick bingung.
"Aku dan Theo akan merencanakan pertemuanmu dengan gadis itu terlebih dahulu, agar kau dan gadis itu bisa merasa nyaman dan senang saat pertemuan pertama kalian nanti," balas Saartje. Theo hanya mengangguk, menyetujui perkataan istrinya.
"Baiklah. Saya akan menunggu lagi, tapi saya ingin kau melakukannya secepat mungkin," pinta Diederick.
"Apa kau sudah tak dapat menunggu lagi, Diederick?" goda Theo. Diederick hanya tersenyum malu di depan Theo dan Saartje. Sementara itu, Theo dan Saartje sama-sama tertawa puas melihat tingkah Diederick yang tak biasa itu. Untuk pertama kalinya, mereka melihat tingkah laku Diederick ketika sedang jatuh cinta. Di lain tempat, Kathriena yang mendengar suara tawa Saartje dan Theo merasa heran dengan apa yang mereka tertawakan. Ingin sekali Kathriena menghampiri mereka dan menanyakan apa yang terjadi, namun karena pekerjaannya belum selesai, terpaksa Kathriena harus mengurungkan keinginannya.
***
"Nona Saartje, apakah Nona bisa membantuku?" Aryanti bertanya kepada Saartje yang tengah membantunya membersihkan piring. Hari ini Saartje terlihat begitu bahagia, sampai-sampai ia mau membantu Aryanti dan pembantu lainnya untuk membersihkan rumah. Padahal selama ia tinggal bersama kedua orang tuanya, Saartje tak pernah mau membersihkan rumah, bahkan kamarnya pun tak pernah ia bersihkan. Selalu saja Bi Oni yang membersihkan kamarnya. Namun entah apa yang terjadi, Saartje benar-benar berubah.
"Bi Arya mau minta bantuan apa? Apapun yang Bibi perintahkan akan Saartje lakukan dengan baik," ujar Saartje sembari tersenyum manis kepada Aryanti.
"Tapi sebelumnya Bibi mau bilang terima kasih untuk bantuannya hari ini dan terima kasih juga sudah mau menjadi teman Kathriena," ucap Aryanti.
"Iya, Bi, sama-sama. Kalau untuk berteman dengan Kathriena, seharusnya aku yang bilang terima kasih sama Bibi karena sudah melahirkan anak yang begitu baik dan mengerti dengan perasaan orang terdekatnya. Aku sangat bersyukur bisa berteman dengan Kathriena."
"Iya, Non. Tapi sebenarnya ada hal yang ingin Bibi sampaikan sama Nona Saartje. Bibi mau Nona Saartje mencarikan lelaki yang cocok untuk Kathriena. Bibi juga ingin sekali melihat Kathriena menikah," pinta Aryanti. Saartje tercengang mendengar ucapan Aryanti. Baru kali ini Saartje membicarakan hal ini dengan Aryanti yang memang selama bekerja di rumahnya tak banyak berbicara dengannya.
"Bibi serius ingin meminta bantuan kepadaku?" tanya Saartje memastikan.
"Iya, Non. Bibi kan udah anggap Nona Saartje sebagai anak Bibi juga dan Kathriena pun sudah menganggap Nona sebagai adiknya. Tak ada salahnya kan seorang adik mencarikan pendamping hidup kakaknya? Sebenarnya Bibi membebaskan Kathriena untuk memilih lelaki idamannya, tapi Bibi takut Kathriena salah pilih lelaki. Makanya Bibi minta bantuan sama Nona Saartje. Tapi Bibi minta carikan dia lelaki pribumi," ucap dan pinta Aryanti.
"Lelaki pribumi? Aduh Bibi, bukannya aku tak mau, hanya saja aku tak punya teman seorang inlander. Kebanyakan dari mereka tak mau berteman denganku. Tapi bagaimanapun, aku akan mencarikan lelaki terbaik untuk Kathriena."
"Iya, Nona. Terima kasih banyak," balas Aryanti. Saartje yang mendengarnya hanya tersenyum. Mereka pun kembali terdiam sembari membersihkan piring-piring yang kotor. Dalam diam, Saartje berpikir tentang rencananya yang ingin menjodohkan Kathriena dengan Diederick. Ia harus membatalkan semua rencananya karena Aryanti lebih memilih Kathriena memiliki pasangan hidup seorang inlander, bukan seorang londo seperti Diederick. Padahal Saartje sangat yakin jika Diederick adalah lelaki yang baik dan tak akan mengecewakan Kathriena nantinya. Namun bagaimanapun, ia tak boleh memaksakan kehendaknya. Apa yang ia pikirkan belum tentu akan sejalan dengan apa yang dipikirkan Kathriena dan Aryanti.
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.