Para tamu undangan sudah banyak berdatangan. Ada yang dari Kitten Group, ada juga dari instansi yang lain. Mereka terbentuk seperti kelompok. Ada yang berdiri sambil berbincang-bincang bersama kolega, ada juga yang sedang duduk menikmati makanan pembuka.
Di sisi lain Dean sedang berdiri di dekat pagar, tepatnya di mana meja minuman berada. Ia menatap wajah-wajah yang hadir di pesta malam ini.
Kitten Group bukanlah perusahan biasa, perusahan yang bergerak di bidang properti itu memiliki cabang yang banyak di berbagai daerah dan itu berkat kerja sama antara para karyawan-karyawan itu bersama Dean. Ia sangat bersyukur memiliki karyawan seperti mereka. Karena biar bagaimana pun, tanpa kerja keras mereka Kitten Group tidak akan menjadi perusahan besar dan terkenal di seluruh Amerika dan Eropa.
Lelaki yang sering di sapa Dean atau Bernar itu melirik jam tangan. "Matt, suru mereka menutup gerbangnya." Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. "Kau standbye dulu di sana. Cegah siapa yang ingin masuk saat gerbang sudah tutup. Dan pastikan semua tamu yang datang sudah menulis nama di buku tamu."
"Baik, Bos."
"Ingat, Matt, siapa pun dia, jangan berani-berani membukakan gerbang untuknya. Terlambat tetaplah terlambat."
Matt menunduk hormat. "Siap, Bos!" Dia pun pergi menghampiri satpam di depan gerbang.
Dean menyeringai licik sambil menatap Matt yang sedang berdiri bersama dua orang penjaga keamanan. Dilihatnya laki-laki itu sedang berbincang dengan tamu yang baru saja tiba. Mata Dean kemudian menyapu semua sudut. Namun karena merasa sosok yang dicari tidak ada, ia pun ikut berbaur bersama relasinya yang kebetulan baru tiba.
Drtt... Drtt...
Dering ponsel membuat Dean menghentikkan langkahnya. Tangannya pun dengan cepat merogoh ponsel dari saku celana, sementara tangan yang satunya memegang gelas minuman yang kadar alkoholnya tinggi. "Ada apa, Matt?"
"Bos, di sini ada Miss Oxley dan Mr. Hans. Mereka tiba saat security hendak menarik gerbang."
"Miss Oxley? Siapa namanya?"
Suara Matt terdengar sedang bertanya. "Nona Kensky Oxley, Bos."
Wajah Dean yang tadinya mengerut kini berubah cemerlang. "Suruh mereka masuk."
"Baik, Bos."
"Matt?" panggil Dean dengan suara parau.
"Ya, Bos?"
"Arahkan wanita itu ke dalam mension bersama Mr. Hans. Bawa mereka ke ruangan bar."
"Baik, Bos."
"Katakan pada mereka aku akan segera ke sana setelah menyapa tamuku."
"Baik."
Dean memutuskan sambungan lalu menatap tajam. Diteguknya minuman beralkohol itu sampai habis. "Kita berdua akan pesta malam ini, Sky. Hanya kita berdua." Dean melapaskan gelas kosong itu di atas meja lalu berjalan di keramaian para tamu-tamunya.
Setelah menyapa mereka sebentar saja, ia pun langsung berpamitan untuk menemui tamu spesial. Dengan langkah cepat dan panjang ia melewati halaman luas itu lalu masuk ke dalam mension dan melewati beberapa ruangan yang luas.
"Oh, begitu? Baiklah, kami akan menunggu," kata Mr. Hans pada Matt. Mereka langsung duduk.
"Selamat malam, Mr. Hans," sapa Dean begitu memasuki ruangan yang dipenuhi berbagai jenis minuman bermerek.
"Malam, Pak Dean." Ia berdiri berjabat tangan. Kensky pun demikian.
"Apa kalian sudah lama menunggu? Ayo silahkan duduk lagi," kata Dean.
Setelah mereka bertiga duduk kembali, Dean menatap Kensky. Wajahnya yang begitu cantik dan lembut membuat Dean sempat terdiam sesaat.
Make-up Kensky tipis dan natural. Dres panjang yang terbuka di bagian atas menampakkan leher putihnya yang mampu membuat lelaki mana saja ingin menikmatinya. Rambut yang sengaja disanggul asal membuatnya terlihat anggun. Dean terpesona.
"Pak Dean?" panggil Mr. Hans.
Pria itu tersentak. "Oh, iya. Maaf! A-aku ... " Ia menjadi kikuk, "Maaf, apa yang Anda tanyakan tadi, Mr. Hans?"
Mr. Hans menahan tawa. "Maaf, Pak, tapi saya tidak bertanya apa-apa. Saya hanya menjawab pertanyaan yang Anda lontarkan tadi. Kami belum lama di sini."
"Oh, maaf, kalau begitu lupakan saja. Ngomong-ngomong kenapa kalian berdua bisa terlambat?" Ia melirik Kensky hingga wajah gadis itu memerah akibat lirikan mautnya.
"Saya tadi ada urusan sebentar, Pak. Tapi aku dan Miss Oxley bertemu saat kami tiba di sini."
Saat itulah Dean benar-benar menatap Kensky. "Bisa dijelaskan kenapa Anda bisa terlambat, Nona?"
Mr. Hans menyadari ketertarikan Dean pada asistennya itu. Sambil tersenyum ia menatap Matt yang sedang berdiri di belakang Dean sambil menahan tawa. Sikap Dean yang gugup membuat mereka merasa lucu.
Kensky menunduk. Ia hendak menjawab, namun Dean mencegahnya dan berkata, "Mr. Hans, apa Anda ingin minum anggur?"
Mr. Hans berubah senang. "Tentu saja, Pak. Aku dengar Anda mengoleksi berbagai anggur tua, ya?"
Dean balas menatapnya. "Tentu saja. Apa Anda ingin mencobanya?"
"Tentu saja, Pak. Tentu saja."
Dean menyuruh Matt untuk mengambilkan salah satu anggur terbaik dan tertua yang ia miliki. "Nona, kau sendiri ingin minum apa?" tanya Dean saat menatap wajah cantik Kensky.
Kensky bersyukur karena ternyata Dean bisa menjaga sikapnya. Ia pikir lelaki itu akan bersikap kurang ajar seperti yang biasanya dia lakukan meski di hadapan Mr. Hans, tapi ternyata tidak. Tapi di satu sisi ia merasa tidak nyaman berada bersama mereka, apalagi hanya ia sendiri perempuan, sementara Dean dan Mr. Hans adalah atasannya. "Aku mau minum___"
"Kau harus mencoba anggurnya, Miss Oxley," sergah Mr. Hans. "Bos kita ini jarang sekali menawarkan minuman kesayangannya pada karyawan. Jadi bersyukurlah kita malam ini mendapatkan kesempatan. Bukan begitu, Pak Dean." Mr. Hans tersenyum lebar.
"Tentu saja, Mr. Hans."
Saat itulah Matt muncul sambil membawa botol anggur. "Ini, Bos."
Dean meraihnya, membukakan tutup botol, lalu menuangkan sedikit ke dalam dua gelas kristal kosong yang sudah disediakan sebelumnya. "Cobalah, kalian pasti akan ketagihan."
Mr. Hans-lah yang lebih dulu meneguk isi gelasnya sampai habis. "Ini benar-benar nikmat, Pak Dean. Kau harus mencobanya, Miss Oxley, anggur ini sangat enak. Bisa aku tamba lagi?"
"Tentu saja!" Dean menuangkan lagi anggur itu ke dalam gelas Mr. Hans. Jika tadi ia menuangkan hanya seperempat dari gelas berukuran sedang itu, kini Dean menuangkan anggur itu hingga memenuhi gelasnya. "Minumlah sampai puas, Mr. Hans."
Matanya cemerlang. "Terima kasih banyak, Pak Bernar."
Kensky tampak ragu-ragu, tapi demi menghargai Dean sebagai atasannya, ia terpaksa menyesap sedikit dari isi gelas itu.
"Bagaimana rasanya?" tanya Dean. Wajah gadis itu terlihat kusut dan Dean ingin tertawa. Tapi demi menghargai Kensky, ia memasang wajah datar, padahal dalam hati ia tarhaha-hihi.
"Enak. Ini pertama kalinya aku minum anggur." Merasa minuman itu aman karena manis, ia menenggak isi gelasnya sampai habis.
Dean menyeringai. "Mau lagi?" tanya Dean. Kensky mengangguk dan pria itu pun langsung mengisi kembali gelas itu lebih banyak dari sebelumnya. "Sudah, cukup, nanti kau akan mabuk kalau terlalu banyak."
"Terima kasih, Pak." Kensky tersenyum manis dan senyuman itu mampu membuat hati Dean berbunga-bunga.
Setelah pembahasan mengenai anggur bersama Mr. Hans selesai, mereka mengangkat topik lain tentang omset perusahan.
Kensky yang merupakan karyawan baru dan belum tahu segalanya hanya bisa menatap Dean dan Mr. Hans yang sedang berbincang-bincang sambil menikmati anggur. Dilihatnya wajah tampan Dean yang sedang duduk di depannya. Dalam hati ia bertanya-tanya, "Apa benar lelaki tampan ini adalah calon suamiku? Ya Tuhan, betapa senangnya diriku jika demikian," katanya dalam hati. Ia menunduk malu, sementara Mr. Hans yang duduk di sampingnya tak bisa menangkap ekpresi gadis itu.
Tapi Dean bisa. Meski sedang fokus mendengarkan penjelasan Mr. Hans, matanya sesekali melirik Kensky. Dan ia yakin kalau rona merah di wajah wanita itu pasti karena terpesona.
Dilihatnya gelas Mr. Hans sudah kosong. "Apa Anda ingin anggur lagi, Mr. Hans?" tanya Dean begitu topik mereka selesai. Ia menatap Kensky dengan alis berkerut. "Ada apa?"
"Maaf, Pak. Bisa aku pinjam toilet sebentar?"
Dean memanggil Matt. "Tolong antarkan Miss Oxley ke toilet."
"Baik, Bos."
"Gunakan toilet di kamarku saja, Matt."
"Siap, Bos. Mari, Miss. Ikut saya."
"Tidak usah, Pak, toilet yang lain saja." Ia segera berdiri. "Aku hanya .... " Rasa mual tiba-tiba menyerang Kensky. Dengan cepat ia menutup mulutnya dengan tangan. Anggur yang dituangkan Dean untuk kedua kalinya ternyata membuat dirinya mabuk.
Dean segerah berdiri dan memegang tangannya. "Apa kau mual?"
Kensky nyaris saja menumpahkan semua isi perutnya, tapi ia menelannya kembali karena malu jika isi perutnya itu tumpah di hadapan bosnya. "Ya, sepertinya anggur itu membuatku mabuk."
"Matt, tolong antarkan dia ke kamarku. Nona, setelah dari toilet, sebaiknya kau istirahat di kamarku saja."
Kensky menggeleng. "A-aku, aku tidak apa-apa, Pak." Ia cekukkan. "Aku hanya .... "
"Sebaiknya kau jangan dulu banyak bicara. Matt, ayo antar dia sebelum dia mengeluarkan isi perutnya di sini."
"Ayo, Nona, ikut saya."
Kensky akhirnya menurut lalu berjalan meninggalkan Mr. Hans dan Dean. Karena efek anggur yang cukup membuatnya pusing, ia nyaris saja terhujung dan jatuh, tapi Matt segera menahannya. "Aku tidak apa-apa, Pak Supir."
Dean masih berdiri sambil menatap dan memperhatikan Kensky. Pria itu bahkan tahu kalau Kensky baru saja mengeluarkan cekukkan. Sambil menggeleng kepala ia lalu menatap Mr. Hans. "Wanita memang payah dalam urusan alkohol."
Mr. Hans menatapnya. "Apa Anda menyukainya?" tanyanya jujur.
Dean mengerutkan alis tanpa menatap Mr. Hans. "Maksud, Anda?"
Mr. Hans terkekeh. "Saya sangat mengenal Anda, Pak. Ini pertama kali bagi saya melihat Anda gugup begitu melihat Nona Oxley tadi."
Ia menunduk sesaat. "Dari mana Anda bisa berasumsi seperti itu, Mr. Hans?" Dean menuangkan sedikit anggur ke dalam gelas kristalnya kemudian menuangkan lebih banyak lagi ke dalam gelas Mr. Hans.
"Saya juga pernah jatuh cinta, Pak. Meski sudah tua dan belum menikah, tapi saya tahu bagaimana ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta."
Dean berdecak lidah. "Ternyata Anda sangat pintar menganalisis, ya? Memang tidak salah aku memeberikan Anda jabatan sebagai kepala divisi."
Mr. Hans menenggak semua isi gelasnya. Setelah berhasil menelannya dengan susah payah, ia cekukan. "Jangan mengalihkan pembicaraan, Pak. Lagi pula aku rasa tidak ada salahnya Anda menjalin hubungan dengannya. Dia cantik dan kalian sama-sama single. Umur Anda memang sudah sepantasnya memiliki pasangan."
Dean tahu jika Mr. Hans sudah mabuk. Tak ingin berlama-lama dengan pria itu lagi, Dean langsung menawarkan makanan untuk kepala divisi itu. "Mr. Hans, sebaiknya Anda menikmati menunya dulu. Makanannya sangat lezat. Sayang kalau Anda tidak mencicipinya sebelum pulang. Lagi pula Anda pasti sudah lapar, bukan?"
Mr. Hans tertawa. "Ternyata Anda juga pintar menebak, ya? Aku mememang sudah lapar, Pak. Saat datang tadi aku sebenarnya ingin langsung makan, tapi Matt langsung mengarahkan kami ke sini."
Dean terbahak lalu berdiri. "Ayo, silahkan. Akan kuantar Anda sampai ke meja hidangan," kata Dean.
"Tidak usah, Pak, saya bisa sendiri." Mr. Hans mencoba berdiri, tapi efek dari anggur terakhir itu membuatnya terhuyung hingga nyaris terduduk lagi.
"Tuh, kan. Anda harus dibantu." Dean menawarkan diri. Sambil menahan tawa ia pun mengantarkan Mr. Hans untuk berbaur dengan tamu yang lain. Setelah melihat Mr. Hans sudah mendapatkan kursi di meja makan, ia pun segera kembali ke dalam mension.
Drtt... Drtt...
Getaran ponsel membuat Dean menghentikan langkahnya. "Ada apa, Matt?" sapanya dengan nada khawatir.
"Nona Kensky tertidur di dalam bath-up, Bos. Sepertinya anggur itu membuatnya mabuk."
Dean terkekeh. "Aku akan segera ke sana." Dengan cepat ia memutuskan sambungan lalu melangkah masuk ke dalam mension. Sambil berlari kecil Dean menaiki tangga menuju lantai dua tepat di kamarnya.
Setelah masuk ke kamar ia langsung menuju kamar mandi. "Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?" Dean terkejut melihat tubuh Kensky yang tertidur dalam posisi menyamping. Untung saja tempat itu kering.
Matt menahan tawa. "Aku tidak tahu, Bos. Saat Miss Oxley sudah cukup lama berada di dalam, aku segera mengetuk pintunya. Karena tidak ada jawaban, aku pun segera mendorong pintunya dan menemukan Miss Oxley dalam keadaan seperti ini."
Dean tersenyum lebar. "Kembalilah bertugas, Matt. Biar aku yang akan mengurusnya."
"Baik, Bos."
Saat lelaki itu hendak keluar kamar mandi, Dean menahannya. "Matt?"
"Ya, Bos?"
"Kunci pintu depan dan pastikan tidak ada yang berani mengganggu malamku bersama wanita ini."
"Siap, Bos. Ada lagi?"
"Tolong bawakan anggur tadi ke kamarku. Aku ingin mabuk bersamanya malam ini."
"Baik, Bos." Matt pun keluar dan meninggalkan Dean dan Kensky di dalam kamar mandi.
"Ayo, Sky, malam ini kau harus menjadi milikku."
Continued___