Hazel masih tepekur sendiri memikirkan bagaimana nasib Blake setelah pergi dari rumahnya. Apakah pria itu patah hati? Ataukah hanya sedikit terluka. Sedikit. Mungkin saja.
Ia tak ingin gegabah mengambil keputusan, karena ada banyak hal yang ia pikirkan. Ia ingin kalau pun dirinya harus menjalin hubungan dengan Blake, tidak dalam keadaan hati yang ragu. Tidak seperti saat ini. Mana mungkin ia bisa menjalin hubungan dengan pria yang telah menodainya, lalu berhubungan dengan banyak wanita, terlebih bukankah Blake sudah melakukannya dengan Falla?
Mengingat apa yang ia lihat di sana, membuat hatinya sakit. Dan Blake pun tak menjelaskan apa pun. Ia hanya fokus dengan apa yang baginya penting, yaitu hazel seorang. Bahkan ia hiraukan kehadiran Tamara.
Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Hazel. Ia enggan untuk bernjak dari tempatnya saat ini. Namun, jika ia tak membuka pintu, pintu itu tak akan membuka sendiri.