DOK DOK DOK!
"Toloong ...!" jerit Jenna, berharap seseorang membuka pintu baginya. Namun tentu saja tak ada seorang pun yang mendengar suara ketukan yang beradu pada permukaan pintu setebal itu.
Siapa pula yang menutup dan mengunci pintu padahal belum saatnya menutup lokasi wisata tersebut.
Ryan menghela nafas, memerhatikan usaha Jenna, yang ia tahu pasti sia-sia.
"Percuma saja, Jenna. Mereka pasti sudah menutup lokasi," ujarnya, sembari mengintip jam yang melingkar di tangannya. Benar saja, sudah waktunya menutup lokasi.
Jenna terduduk lemas. Ia sungguh tak pernah membayangkan akan sesial ini terkurung di ruangan bersama pria yang berusaha ia lupakan selama beberapa waktu, dan berhasil. Kini ia muncul kembali dan mengatakan bahwa ia merindukan Jenna. Haruskah Jenna percaya begitu saja?