Baixar aplicativo
95.65% Kompilasi {Empat Novel BL althafjr} / Chapter 22: Aku bahagia bersamamu

Capítulo 22: Aku bahagia bersamamu

Setelah melakukan chek in di bagian resepsionis, Redo dan Yohan jalan beriringan__diantar oleh petugas hotel, menuju kamar yang sudah mereka pesan.

Terlihat seorang FO sedang menatap punggung Redo dan Yohan, setelah mereka berlalu dari hadapannya. Merasa penasaran dengan apa yang baru saja ia lihat, petugas FO tersebut membuka HP, lalu melihat sebuah akun media sosial.

"Hah, bener ternyata!" Seru petugas FO tersebut, setelah ia melihat akun media sosial di HPnya.

"Benar apa?" Tanya teman yang ada di sebelahnya.

Petugas FO tersebut menunjukan HP miliknya kepada teman satu shift, yang bertanya barusan. "Liat deh, itu yang tadi, Redo sama Yohan kan? Yang video sama fotonya lagi viral itu."

"Oh... iya," ucap salah seroang FO, setelah melihat foto Redo dan Yohan di akun sosmed milik temannya. "Mau ngapain mereka nginep di hotel?"

"Kepo," ucap petugas FO itu, sambil mengambil HP miliknya, lalu menaruhnya di laci. Setelah itu mereka kembali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Ternyata memang benar, tanpa Redo dan Yohan sadari, mereka beruda sudah cukup terkenal di dunia maya. Hingga karyawan hotel pun sampai mengenali sosok mereka.

Yohan berjalan mendahului Redo, meninggalkan Redo yang sedang mengunci pintu kamar hotel. Langkah santainya membawa Yohan hingga sampai di tepi ranjang. Ia duduk di tepi ranjang, lalu brugh Yohan menjatuhkan tubuhnya, tidur telentang dengan posisi kedua kakinya masih menyentuh lantai.

"Aduh...!" Yohan mengaduh, lantaran Redo tiba-tiba saja naik ke atas ranjang lalu duduk di atas perutnya.

"Kangen," ucap Redo, kemudian ia menghamburkan tubuhnya, memeluk erat Yohan, sambil menenggelamkan wajahnya di leher Yohan. Ia Memejamkan mata, menghirup sambil meresapi aroma tubuh yang sangat ia rindukan.

Yohan tersenyum meringis, kemudian mengalungkan kedua tangannya di atas punggung Redo. "Kita mau kemana? Setelah ini."

"Kemana aja," jawab Redo, kemudian ia menatap lekat wajah Yohan. "Aku enggak mau pisah sama kamu. Biar kata mereka enggak bener, aku nggak perduli. Aku sayang banget sama kamu."

Kata-kata Redo membuat Yohan tertegun. Ia sangat terharu, dan membuat hatinya berdesir. Bibirnya tersenyum simpul, dan bola matanya menatap lekat-lekat wajah Redo.

"Aku juga nggak mau pisah sama kamu, Ay." Yohan keceplosan menyebut Redo dengan kaya 'Ay' panggilan sayang yang mereka buat sendiri. Biasanya mereka berdua berani menyebut kata 'Ay' hanya melalu pesan chating saja.

Hal itu lantas membuat Redo tersenyum nyengir. Ia merasa bahagia mendengarnya.

"I love you," ucap Redo dengan suara berbisik.

"Too," balas Yohan.

Keduanya tersenyum nyengir, dan pandangan mata mereka bertemu. Mereka terdiam, membuat suasana kamar menjadi hening. Datak jantung keduanya juga mulai berpacu lebih cepat.

Secara perlahan Redo menurunkan wajahnya, mendekatkan bibirnya dengan mulut Yohan yang sedikit terbuka. Sedetik kemudian, Redo berhasil mendaratkan mulutnya di bibir Yohan. Keduanya memejamkan mata, menikmati hembusan napas dari mulut masing-masing.

Beberapa saat kemudian, Redo melepaskan ciuman itu. Bibirnya tersenyum simpul, bola matanya menatap teduh wajah Yohan.

"Kangen," aku Redo kembali, sambil mengusap puncak kepala Yohan.

"Sama," balas Yohan. Jantungnya berdetak tidak karuan.

Dengan napas yang memburu, Redo kembali melabuhkan ciuman di bibir Yohan. Sedangkan Yohan langsung menyambutnya penuh kasih.

Tanpa mereka sadari, milik mereka yang masih berada di dalam celana mulai berkedut, menggeliat dan secara perlahan semakin mengeras.

Rasa rindu yang mendalam, juga membuat mereka semakin terlihat agresif. Yohan mengeluarkan lidahnya, lalu menerobos masuk kedalam mulut Redo. Di dalam mulut Redo, lidah mereka saling bertautan, saling menghisap air liur yang sengaja mereka keluarkan. Rasanya benar-benar nikmat sekali. Keduanya memejamkan mata, menikmati dan meresapi adegan ciuman itu.

Beberapa saat kemudian__masih dalam keadaan bibir mereka menyatu, terlihat telapak tangan Redo mulai beraksi melepaskan kancing kemeja Yohan satu persatu. Setelah semua kancing terlepas, Redo membuka kemeja Yohan, hingga terlepas dari tubuh Yohan.

Setelah melihat Yohan bertelanjang dada, Redo juga melepaskan pakainya sendiri. Hingga akhirnya ia pun sama seperti Yohan. Bertelanjang dada.

Terlihat Redo berdiri dari tubuh Yohan, kemudian ia melepaskan jeans, berikut celana dalamnya. Hal itu juga membuat Yohan reflek__masih dalam keadaan terlentang, Yohan menanggalkan semua celana dalamnya. Sehingga tubuh keduanya kini polos, tidak ada sehelai benang pun yang menutupinya.

Redo menjatuhkan lututnya, kemudian ia menarik bahu Redo mengajaknya supaya duduk. Setelah Yohan terduduk, Redo mendekatkan mulutnya di telinga Yohan, lalu membisikan sesuatu di sana. "Kulumin, mau nggak?"

Yohan tersenyum simpul, sambil menganggukan kepalanya satu kali, guna menyanggupi keinginan Redo. Tidak menunggu lama, Yohan langsung memegang benda tumpul yang sudah pernah masuk kedalam lubang miliknya. Bentuknya masih sama, besar dan panjang. Urat-urat yang menggaris di sepanjang batang kemaluan Redo, membuatnya semakin terlihat jantan.

Setelah penis milik Redo berada di genggaman Yohan, secara perlahan ia mendekatkan hidung tepat di ujung kepala penis milik Redo. Yohan memejamkan mata, setelah ujung kepala penis itu menempel, menutupi lubang hidungnya. Menarik napas, guna menghirup aroma kejantanan yang berasal dari selangkangan dan penis Redo.

Terlihat Redo merunduk__melihat penisnya yang sedang di cium sama Yohan, sambil telapak tangannya mengusap penuh sayang, puncak kepala Yohan. 

Puas dengan menciumi kepala penis milik Redo, tanpa ragu Yohan membuka mulut, lalu memasukan penis itu kedalam mulutnya.

"Eegh..." desa Redo saat ia merasakan mulut Yohan menghisap penisnya. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya suara desahan, yang mampu ia keluarkan untuk mengungkapkan kenikmatan yang tengah ia rasakan.

"Eegh, eegh... egeeghh..." suara desahan Redo seirama dengan gerakan maju mundur mulut Yohan__mengeluar-masukan batang penisnya.

Redo membasahi bibir bawahnya menggunakan lidah, kemudian ia menggigit bibir itu, sambil matanya melihat gerakan keluar masuk penisnya dari dalam mulut Yohan.

Yohan terlihat sangat begitu bersemangat, menikmati benda lonjong di dalam mulutnya. Sesekali ia menumpahkan ludahnya, membuat batang penis Redo menjadi basah dan terlihat licin.

Beberapa saat kemudian, Redo mencabut penisnya, setelah merasa puas dimanjakan oleh mulut Yohan. Kemudian ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah Yohan, lalu memberikan ciuman singkat di bibir Yohan.

"Mau gantian nggak?" Tawar Redo dengan suara berbisik.

Tawaran Redo membuat Yohan tersenyum nyengir, sambil mengangukan kepalanya.

Sejurus kemduian, secara perlahan, Redo mendorong tubuh Yohan hingga terlentang. Setelah itu ia mendekatkan kepala tepat di atas selangkangan Yohan. Lalu, tanpa ragu ia memegang penis Yohan, memasukan penis itu kedalam mulutnya.

"Ooohh..." Yohan mendesah, ia bisa merasakan seperti apa nikmatnya jika penisnya berada di dalam mulut, lalu dihisap, dan keluar masukan. "Ooh... oooh..." desah Yohan kembali, menikmati gerakan maju mundur mulut Redo yang sedang menelan penisnya.

Setelah puas memanjakan penis Yohan, kemudian Redo mendudukan dirinya tepat di selangkangan Yohan. Kedua tangannya mengangkat paha Yohan, lalu meletakan paha itu di atas pahanya.

Jantung Yohan kembali berdetak kencang saat ia sudah mengerti apa yang akan dilakukan oleh Redo kepadanya.

"Do, pelan-pelan ya," Pesan Yohan. Ia masih ingat betul bagaiman sakitnya saat pertama kali penis Redo memasuki lubang anusnya.

Redo tersenyum nyengir. "iyah..." ucap Redo ditengah detak jantungnya yang mulai berpacu kencang. "Cuuh," Redo meludahi telapak tangannya sendiri, lalu dioleskannya ludah itu secara merata di seluruh batang penisnya. Merasa alat vitalnya sudah cukup licin, Redo kembali meludahi ujung jemarinya, kemudian ia mengoleskan ludahnya si bagian bibir anus Yohan.

Selesai dengan urusan ludah, telapak tangan kiri Redo menggenggam batang penisnya, sementara tangan kanannya membelah belahan pantat Yohan. Dengan napas yang memburu, jantung yang berdebar-debar Redo mengarahkan ujung penisnya, lalu secara perlahan ia memajukan bokongnya hingga ujung kepala penisnya menempel tepat di lubang anus milik Yohan.

"Eegh..." desah Redo sambil mendorong pinggulnya, berusaha memasukan kepala penisnya.

Terlihat Yohan menggigit bibir bawahnya, matanya terpejam kala ujung kepala penis Redo sudah sedikit masuk di lubang pantatnya. "Aaakh..." rintih Yohan saat seluruh kepala penis Redo sudah masuk di dalam anusnya. "Pelan..."

Dengan posisi kepala penis yang sudah berada di dalam anus, Redo menghentikan aksi mendorong pantatnya. Ia menatap wajah Yohan yang sedang meringis, seperti merasakan sakit.

"Masih sakit?"

"Masih dikit, udah nggak papa." Aku Yohan.

Beberapa saat kemudian, setelah melihat Yohan sudah mulai rileks, Redo kembali mendorong pantatnya. Lubang pantat Yohan yang masih terlalu sempit, dan diameter penis Redo yang berukuran besar, membuat ia sedikit merasa kesulitan untuk memasukkannya lebih dalam.

Namun, sambil memegangi batang penisnya Redo mendorong pantatnya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya "aaaghh..." Redo mendesah lega saat seluruh batang penisnya berhasil masuk kedalam lubang anus Yohan.

Terlihat Yohan membuka mulatnya, membentuk huruf 'O' saat merasakan benda berbentuk lonjong itu, memenuhi lubangnya. Rasanya masih sama seperti saat pertama kali. Sakit. Namun ia berusaha untuk menahan, sambil enikmati rasa sakit.

Redo menghamburkan tubuhnya, memeluk erat Yohan sambil menekan penisnya, lebih dalam lagi.

Begitupun Yohan, kedua tangannya mengalung du pundak Yohan, lalu memeluknya erat. Ia juga meluk pinggang Redo menggunakan kedua kakinya. Mulut Yohan meringis, menahan perih saat Redo secara perlahan, menggerakan pantatnya maju mundur. Membuat penisnya mengesek-gesek selaput anusnya. Rasanya benar-benar perih, sakit. Hingga membuat penis Yohan perlahan mulai mengecil.

"Engh... engh..." Redo selalu mengeluarkan desahan tiap kali ia menekan, hingga ujung penisnya berhasil mencapai titik prostat milik Yohan. Sesekali ia menggoyangkan pinggul, kemudian maju mundur untuk mencari sela kenyamanan.

Gerakan Redo semakin membuat Yohan merintih, mereasakan perih hingga ia harus mencengkeram punggung Yohan.

Beberapa saat kemudian, bibir Redo mulai bergerilya, berjalan mencium leher, lalu turun di bagian dada kiri milik Yohan. Puting susu Yohan menjadi pilihan terhir, bagi Redo melabuhkan bibirnya__sambil terus memaju mundurkan pantatnya secara berima.

Tubuh keduanya mulai terlihat basah, akibat keringat dingin yang sudah merembes.

Terlihat lidah Redo menari-nari, di atas puting milik Yohan. Sesekali ia menyapu permukaan dada Yohan. Menggunakan mulutnya, Redo menghisap, dan menggit puting Yohan yang berwarna cokelat.

Apa yang dilakukan Redo membuat Yohan mendesah, merasakan nikmat. Rangsangan buatan itu mampu membuat penis Yohan yang sudah mengecil, kini lambat laut mulai menggeliat dan menegang keras.

"Do, engh... D-do..." panggil Yohan ditengah desahannya.

"Yah," balas Redo sambil menggoyangkan pinggulnya.

"Nanti, keluarin bareng ya." Pinta Yohan dengan suara lemah.

"He, eh..." jawab Redo sambil menikmati puting susu milik Yohan.

Beberapa saat kemudian, Redo mengurai pelukannya. Mengangkat tubuhnya, duduk di depan selangkangan Yohan. Kedua tanganya mengangkat paha Yohan, supaya melebar. Sehingga ia merasa lebih leluasa menggoyangkan pinggul sambil mendorong maju, dan menarik mundur pantatnya.

"Keluarin sekarang, ya." Pinta Redo yang sudah tahan, lantaran hampir mencapai klimaks.

"Iya," jawab Yohan.

Terlihat telapak tangan kakan Yohan mulai menggenggam penisnya yang sudah menegang. Kemudian perlahan mengocoknya.

Sementara Redo mulai mempercepat gerakan pinggulnya, sambil kedua telapak tangannya memegang kedua lutut Yohan.

"Agh... agh... agh..."

"Agh... agh... agh..."

Redo dan Yohan mendesah secara bersamaan, saat keduanya mulai merasakan tanda klimaks.

Gerakan kocokan Yohan pada penisnya mulai ia percepat, bersamaan Redo juga memepercapat dan menekan kuat tiap sodokannya.

"Agh... agh... agh..." keduanya kembali mendesah secara bersamaan.

Beberapa saat kemudian, keduanya mulai merasakan desiran hebat. Tubuh keduanya semakin mengejang, dan gerkan juga semakin mereka percepat.

Hingga akhirnya, "Aaaaaghhh...." Yohan mendesah panjang, merasakan nikmat yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, saat ia sudah mencapai puncak kenikmatan yang tiada tara. Cairan kental menyembur dari lubang penisnya, dan berakhir berceceran di perut dan dadanya Yohan.

Menyusul kemduian, "Aaaaghh..." desahan dari mulut Redo, saat sepermanya ia keluarkan di dalam lubang anus milik Yohan.

Redo terdiam, sambil sesekali menekan pantatnya, mengeluarkan sisa sisa kenikmatan. Sedangkan Yohan terkulai lemas, bibirnya tersenyum simpul menatap Redo yang masih menancapkan penis di lubang anusnya.

Melemaskan ototnya, kemudian Redo menjatuhkan tubuh, kembali memeluk erat Yohan__yang juga langsung memeluknya erat.

"Huuuuft," Redo menghembuskan napas lega. Kemudian ia menenggelamkan wajahnya di leher Yohan.

"I love you." Bisik Redo.

"Too," balas Yohan.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C22
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login