Baixar aplicativo
65.21% Kompilasi {Empat Novel BL althafjr} / Chapter 15: Perjuangan Cinta

Capítulo 15: Perjuangan Cinta

"APA?" ucap Redo, ia sangat terkejut saat ibu Eha memberitahunya__kalau Yohan sedang tidak berada di rumah. Yang membuat ia mendadak panik__lantaran Yohan pergi bersama Ozan. "Sudah dari tadi Ma?"

"Belum lama sayang, Kenapa? Ada apa?" Heran Ibu Eha, karena melihat Redo begitu sangat terkejut.

"Nggak pa-pa ma, yaudah kalo gitu Redo jemput Yohan dulu."

Redo tidak ingin ibu Eha ikut-ikutan panik. Oleh sebab itu ia tidak ingin banyak bercerita kepada ibu Eha. Setelah berpamitan, Redo langsung berjalan cepat, meninggalkan ibu Eha yang masih terlihat bingung.

"Sial!" Umpat Redo, setelah ia sudah nangkring di atas motor Ninjanya. Beberapa detik kemudian, Redo menghidupkan mesin motor, lalu meluncur dengan kecepatan tinggi.

Meski tidak sempat menemui Ema, namun di hatinya, Redo tetap di selimuti perasaan bersalah. Harusnya malam ini ia langsung ke rumah Yohan, dan mengabaikan Ema. Redo juga curiga jika semua sudah direncanakan sama Ozan. Perasaannya mendadak cemas dan khawatir, jika Ozan akan berbuat nekat kepada Yohan.

Sesampainya di Rumah Ozan, Redo menggedor pintu sambil berteriak memanggil nama Ozan. Rumahnya terlihat sepi karena kedua orang tua Ozan kebeteluan sedang berada di Luar Negeri.

"Maaf A'a ini siapa?" Tanya seorang asisten rumah tangga, setelah ia membuka pintu.

"Ozan ada Bi?" Tanya Redo tanpa menjawab pertanyaan wanita paru baya, itu.

"Tuan Ozan sedang keluar." Jawab assiten rumah tangga Ozan.

Sial! Redo kembali mengumpat geram. Tanpa berpamitan dengan wanita yang ada di hadapanya, Redo berjalan cepat, menuju motornya.

Sedangkan pembantunya Ozan, hanya memandangnya heran, sambil menggelang-gelengkan kepalanya.

Sesampainya di dekat motor, Redo mengambil HP yang ia simpan di saku celana jeansnya. Dengan wajah panik, Redo mencari menu montak lalum menyutuh angak 1, yang langsung menampilkan kontak bertuliskan, Ay Yoh.

Redo menempelkan benda persegi itu di kupingnya. Wajahnya terlihat sangat panik.

Tuut... tuut... tuut...

Redo semakin menjadi gelisah, lantaran Yohan me-reject panggilannya.

"Kenapa di reject sih?" Kesal Redo di tengah rasa paniknya. Perasaannya langsung tidak enak. Kemungkinan-kemungkinan buruk tentang Yohan, langsung melintas di kepalanya.

Terlihat Redo mencari kontak salah satu temannya, mencoba menghubunginya untuk meminta bantuan. Tidak menunggu lama, panggilannya langsung tersambung.

"Halo Do. Ada apa?" sapa seseorang dari seberang sana.

"Halo, Win. Tolongin aku ya. Kayaknya Yohan dalam bahaya. Temui aku di tempat biasa Ozan nongkrong. Cepetan aku tunggu."

Tanpa menunggu jawaban dari temannya, Redo langsung memutuskan panggilannya. Setelah memasukan HP kedalam saku celana, Redo langsung naik ke atas motor, melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Malam itu firasat Redo sangat tidak enak sekali. Redo dan team bermain futsalnya sangat tahu bagaimana Ozan. Untung ia dan teman-teman futsalnya pernah diajak ketempat dimana biasa Ozan nongkrong. Sehingga Redo merasa yakin kalau Ozan pasti membawa Yohan ke sana.

Redo berharap Ozan tidak melakukan apapun kepada Yohan. Redo tidak ingin Ozan menyentuh Yohan sedikitpun. Karena Yohan adalah miliknya.

***

Ozan menuang minuman yang mengandung alkohol kedelam gelas kecil. Lalu Ozan mencoba untuk membujuk Yohan, agar mau meneguk minuman itu.

"Cobain deh Yoh," ucap Ozan sambil mengarahkan gelas yang berisi minuman itu ke mulut Yohan.

Yohan melihat isi dalam gelas kecil yang ada di depan mulutnya. Setelah mengendus aromanya, Yohan menjauhkan wajahnya dari gelas tersebut. "Nggak akh," tolak Yohan seraya menggelengkan kepalanya.

"Nggak pa-pa Yoh, dikit aja. Kamu bakal enakan kalo_"

Ozan menjauhkan gelas__yang sedang ia pegang, dari wajah Yohan. Ia mendengkus kesal, lantaran ada bunyi suara panggilan masuk dari HP Yohan.

Setelah Yohan berhasil mengambil HP di saku jeansnya, keningnya berkerut saat melihat layar HPnya tertera di sana.

Ay Do.

Memanggil....

Membaca nama Redo, wajah Yohan semakin terlihat kesal. Membuang napas kasar, mulut Yohan memicing. Tanpa berpikir panjang, Yohan menolak panggilan masuk dari Redo, lalu memasukan kembali HP itu kedalam saku celananya.

Melihat itu senyum Ozan menyeringai, rasanya puas sekali. Sorot matanya menatap Yohan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Sekarang Redo pasti lagi seneng-seneng sama Ema." Ozan menegug minuman yang tadinya akan ia berikan untuk Yohan. Ia sudah terbiasa dengan minuman yang mengandung alkohol, sehingga ia mampu menghabiskan minuman itu dalam sekali tegug. "Makanya aku minum ini. Biar lupa."

"Emang bener? kalo minum itu bisa lupa semuanya." Tanya Yohan, tiba-tiba saja ia merasa penasaran.

"Kalo nggak nyobain mana tau. Enak kok rasanya. Badan kita juda jadi anget, trus kerasa enteng."

Ozan kembali menuang minuman kedalam gelas kecil. Setelah gelas itu terisi penuh, ia mendekatkannya gelas itu di bibir Yohan, sementara tangan satunya memegang bagian belakang kepala Yohan.

Dengan perasaan ragu, Yohan menempelkan mulutnya di bibir gelas. Ozan sedikit mendorong gelasnya, suapaya minuman beralkohol itu bisa masuk kedalam mulut Ozan.

Namun karena Yohan sama sekali tidak pernah meminum-minuman yang mengandung alkohol, sehingga ia merasakan getir, saat lidahnya merasakan minuman laknat tersebut.

"Nggak enak Zan! Rasanya aneh." Keluh Yohan. Kemudian ia berkecap untuk menghilangkan rasa getir di lidahnya.

"Kalo sedikit emang nggak enak Yoh," Ucap Ozan. "Liat nih."

Ozan kembali meneguk minuman itu hingga tandas, Yohan melihatnya dengan mengerutkan wajah karena heran. Setelah itu Ozan kembali menuangkan minuman kedalam gelas, lalu mencoba membujuk Yohan supaya mau mencontoh seperti apa yang ia lakukan barusan.

"Cobain lagi," titah Ozan sambil menempelkan bibir gelas itu kembali ke mulut Yohan.

Masih dengan perasaan ragu, Yohan memegang gelas berisi alkohol itu. Ia membuka sedikit mulutnya setelah gelas itu menyentuh bibirnya, Yohan mengerutkan wajah, menolak bau alkohol yang menyengat.

Lantaran tidak sabar dengan Yohan yang masih belum meneguk minuman itu, kemudian Ozan menarik bagian belakang kepala Yohan hingga mendongak__sambil tangan satunya mendorong gelas yang sudah menempel di mulut Yohan. Hingga akhirnya, dengan hitungan detik, minuman dalam gelas itu berhasil masuk kedalam mulut Yohan, hingga masuk ke tenggorokannya.

Ozan berhasil membantu Yohan, meneguk minuman itu hingga tandas.

"Gimana? Enakan?" Tanya Ozan dengan senyum yang menyeringai.

Yohan hanya diam, ia sedang merasa perubahan dalam tubuhnya, setelah air beralkohol itu memasuki tubuhnya. Ternyata Ozan tidak bohong. Meski awalnya Yohan merasakan aneh, namun sesaat kemudian ia merasakan hangat, dan enak pada dirinya.

"Mau lagi?"

Tanpa menunggu jawaban dari Yohan__Ozan kembali menuang minuman itu, lalu memberikannya kepada Yohan.

Perasaan ragu dalam diri Yohan menghilang. Yang ada kini, justru ia berani meminum alkohol itu tanpa bimbingan dari Ozan.

Satu gelas, dua gelas, tiga gilas, empat gelas, dan akhirnya entah sudah berapa gelas, minuman laknat itu berhasil masuk kedalam tubuh Yohan.

Melihat Yohan yang terlihat begitu bersemangat, senyum Ozan semakin mengembang. Akhirnya, tinggal beberapa langkah lagi membuat Yohan berhasil masuk kedalam perangkapnya.

Pengaruh alkohol itu begitu kuat, tidak menunggu waktu lama Yohan terlihat seperti kehilangan kendali. Ia merasa lebih percaya diri, hingga ia mulai berani mengeleng-gelengkan kepala mingikuti suara musik disko. Tubuhnya juga terasa sangat ringan. Tanpa sadar, Yohan berdiri dari duduknya, tubuhnya seperti tidak mau diam, terus bergerak menari-nari mengikuti alunan musik.

Ozan berdiri dari duduknya, tangannya mengalung di pundak Yohan, "gimana?! Enak kan?" Ucap Ozan. Ia juga ikut menari sambil merangkul tubuh Yohan__yang sedang dalam pengaruh mabuk.

Mendekatkan wajahnya ke wajah Yohan, Ozan mengulas senyum penuh kemenangan. "Kamu tau nggak?! Ema pasti lagi seneng-seneng sama Redo!"

"Jangan sebut-sebut Redo. Aku benci ama dia." Ucap Yohan, ia berbicara di luar kesadarannya, lantaran keadaannya yang sudah mabuk berat.

"Benci? Sama Redo?'' Heran Ozan. "Kok bisa?"

"Iya aku benci sama dia, dia udah bohong sama aku." Jelas Yohan.

"Bohong gimana Yoh?" Pancing Ozan.

"Dia bilang sama aku, katanya dia nggak suka sama Ema. Dia cuma sayang sama aku."

Deg!

Pengakuan Yohan membuat Ozan terngangah, mulut dan bola matanya melebar secara bersamaan. Sepertinya Yohan memang sudah mabuk berat, sehingga tanpa sadar ia berbicara terang-terangan.

"Sayang? Kalian kan teman?"

Tangan Yohan mengalung di pundak Ozan, kemudian ia menariknya, hingga jarak wajah Ozan sangat dekat dengannya. "Denger ya Zan. Aku sama Redo bukan temen lagi. Tapi kita pacaran!"

"Hah?"

Ozan semakin terkejut dengan pengakuan Yohan barusan.

"Aku benci sama Redo, dia berengsek!" Setelah itu Yohan mendorong tubuh Ozan hingga menjauh darinya. Kemudian ia kembali menari, sambil menggelang-gelengkan kepalanya.

Ozan terdiam sambil memikirkan sesuatu_tatapan matanya menatap Yohan dengan antusias. Setelah menemukan ide, senyum Ozan menyeringai. Ia mengambil HP di dalam saku celannya, ia menyentuh menu rekam di layar HPnya, lalu diarahkannya ke arah Yohan.

"Maksudnya gimana sih Yoh? Aku nggak ngerti." Pancing Ozan setelah waktu dalam rekaman mulai berjalan. "Masak sih kalian pacaran? Kalian kan sama-sama cowok."

"Emang kenapa kalo cowok sama cowok pacaran?" Tanya Yohan sambil menatap lampu kamera di HP Ozan. "Aku emang pacaran sama dia. Aku sayang sama dia, tapi dia bohong. Brengsek."

Dalam keadaan mabuk, dengan lancarnya Yohan menceritakan semua yang sudah terjadi antara Redo dengan dirinya. Sesekali ia terisak__sakit hati, lantaran mengetahui kalau ternyata Redo menjalin hubungan dengan Ema.

Senyum Ozan semakin mengembang, akhirnya rasa penasaran terjawab sudah.

"Wau...! Apa jadinya kalo semua temen sekolah tau. Ternyata dua cowok yang jadi idola anak-anak adalah homo, dan mereka pacaran." Gumam Ozan dengan senyum penuh kemenangan.

Ozan buru-buru memasukan HPnya kedalam saku, saat ia melihat Ozan sedang memegangi kepala sambil mulutnya meringis. Beberapa detik kemudian, Yohan menghamburkan tubuhnya, memeluk Ozan.

"Yoh," panggil Ozan sambil menepuk-nepuk pipi Yohan. "Yoh... Yoh..."

"Hem..." Yohan hanya bergumam setelah Ozan memukul pelan pipinya berkali-kali.

"Kamu nggak papa kan?"

"Nggak papa, aku nggak kuat. Anterin aku pulang." Ucap Yohan dengan kondisi mata masih terpejam.

"Jangan pulang Yoh, kalo kamu pulang kayak gini, mami kamu bakal marah. Kita tidur di sini aja. Jangan khawatir di sini ada hotelnya kok."

"Yaudah... terserah," ucap Yohan. Suaranya terdengar lemah.

Senyum Ozan menyeringai.

***

Setelah memarkirkan motornya, Redo berlari cepat masuk kedalam club malam__dimana ia pernah diajak Ozan ke situ. Ia yakin sekali Ozan membawa Yohan ketempat itu. Sesampainya di dalam club, dengan wajah panik, Redo mengedarkan  pandangan ke penjuru ruangan.

Suasana yang remang-remang, dan padatnya orang-orang, membuat Redo sedikit kesulitan menemukan keberadaan Ozan dan Yohan.

"A," panggil Redo pada sala seorang bartander yang kebetulan lewat di depanya.

Untung saja nama Ozan sudah banyak dikenal, sehingga pelayan yang ditanya sama Redo barusan, bisa tahu di mana Ozan.

"Tadi sama temennya yang lagi mabuk berat. Trus masuk ke ruangan itu." Jawab pelayan itu sambil menunjuk ruangan yang bertuliskan 'room private' di atas pintu. Ada seroang pria seperti algojo__juga sedang menjaga pintu tersebut.

"Apa?! Mabuk?" Redo memukul pelan pundak pelayan laki-laki itu, dengan wajah panik, ia berjalan cepat menuju ruang yang ditunjuk sama pelayan barusan, seraya berkata, "Oke. Makasih."

"Hye, mau kemana kamu?" Tegur seorang penjaga sambil mencekal lengan Redo, lalu menariknya.

"Saya mau masuk pak." Ucap Redo sambil kembali melangkahkan kakinya.

"Enak aja. Nggak boleh sembarangan orang masuk." Penjaga itu meraih kerah jaket Redo__dibagian belakang, lalu menariknya kembali.

"Tapi saya masuk pak, temen saya di dalam." Mohon Redo. "Dia dalam bahaya."

"Emangnya kamu siapa? Enak aja. Pulang saja sana."

"Tapi temen saya dalam baya pak."

"Kamu pikir saya peduli?!"

"SAYA MAU MASUK!!"

Lantaran geram sama penjaga yang menghalanginya, Redo menaikan nada suaranya. Kemudian ia kembali mendekati pintu, sambil menyingkirkan tubuh algojo yang menghalanginya.

Hal itu tentu saja membuat seorang algojo naik pitam, tangannya yang kekar menarik kera pakaian Redo lalu..

Bugh!

Algojo itu memberikan hadiah pukulan kuat di perut Redo. "Berani-beraninya kamu," geram algojo. Kemudian ia mendorong tubuh Redo hingga jatuh tersungkur.

Terlihat Redo memegangi perutnya, sambil mulutnya meringis menikmati rasa sakit akibat pukulan yang terlalu kuat. Dengan sisa tenaga yang masih ada, Redo bangkit susah payah. Sorot matanya menatap tajam ke arah algojo yang sedang tersenyum meremehkan nya.

Meski tubuh algojo itu jauh lebih besar, namun bayangan Yohan membuat Redo__sedikitpun tidak mempunyai rasa takut. Ia berlari membungkuk, lalu menabrakan dirinya ke tubuh algojo itu.

Baku hantampun terjadi antara Redo dengan penjaga pintu.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C15
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login