Baixar aplicativo
17.39% Kompilasi {Empat Novel BL althafjr} / Chapter 4: Mungkin Cemburu

Capítulo 4: Mungkin Cemburu

Ozan menurunkan kaca jendela mobilnya dari pintu kemudi, saat melihat Redo mengetuk jendela, di dekat Yohan yang sedang duduk disampingnya.

"Hye... Do," Sapa Ozan setelah jendela kaca mobilnya terbuka.

Redo hanya sekilas melihat Ozan, "Hai Zan..." balas Redo, pandangannya langsung tertuju ke arah Yohan masih menatapnya heran. "Pulang bareng yuk," ajaknya.

"Bukannya kamu mau main futsal?" Tanya Yohan dengan kening yang ia kerutkan.

"Nggak jadi," Jawab Redo singkat. "Hayok," Ajak Redo kembali.

Yohan memutar kepalanya, menoleh ke arah Ozan yang juga masih menatap heran kepada Redo. "Zan... aku pulang ama Redo ya?"

Ozan menganggukan kepalanya, raut wajahnya menyemburatkan rasa kecewa yang berusaha ia tutupi dengan senyum yang tipis. "Yaudah, nggak papa."

Setelah mendapatkan ijin, Yohan membuka pintu mobil, menutupnya kembali saat Ia sudah berada di luar bersama Redo. Yohan membungkukkan badanya, melihat Ozan dari pintu mobil, "Zan... aku duluan, makasih sebelumnya." Pamitnya.

Ozan hanya tersenyum tipis, mengedipkan mata, dan menganggukan kepala secara bersamaan. Senyum Ozan memudar, saat ia melihat Yohan dan Redo sudah berjalan mendekati motor Ninja milik Redo. Dari dalam mobilnya, Ozan hanya bisa melihat ke'akrapan antara Yohan dan Redo. Mereka terlihat asik bercanda saat akan menaiki motor Redo. Rasa heran dalam dirinya muncul saat menyadari, jika Redo terlihat cuek, tidak berpamitan, seperti yang dilakukan Yohan kepadanya.

Meskipun Redo satu team basket dengan Ozan, tapi Redo tidak pernah simpatik dengan Ozan. Bahkan mereka hampir tidak pernah mengobrol.

"Huft...." Ozan mengehla napas, beberap saat kemudian Ia menjalankan mobil yang ia beli hasil dari jerih payahnya sendiri.

***

Rasa canggung yang dirasakan sama Redo dan Yohan saat tadi di Sekolah sudah hilang. Keduanya kembali terlihat akrab saat berada di atas motor, dalam perjalanan menuju pulang.

Redo menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, seperti biasa Yohan melingkarkan tanganya, memeluk erat pinggang Redo.

Canda dan tawa-pun mereka lakukan di atas motor, seiring dengan melajunya motor ninja Redo dengan kecepatan tinggi.

Tidak lama kemudian, motor yang di kendarai Redo telah sampai di pinggir jalan, di depan rumah Yohan.

Yohan melompat turun dari atas motor, Ia berjalan mendekati Redo yang masih nangkring di atas motor Ninjanya.

"Mau mampir dulu nggaj?" Tanya Yohan, setelah ia sudah berdiri di samping Redo.

Redo hanya tersenyum nyengir, sambil melepaskan tas gendong yang mencangklong di pundaknya, lalu menyodorkan pada Yohan. "Nggak, aku nitip tas aja."

Dengan wajah heran, Yohan meraih tas milik Redo yang disodorkan padanya. "Emang mau kemana kamu?"

"Main futsal lah..." Jawab Redo, kemudian memutar motornya yang masih menyala mesinnya. "Nanti malam aku ambil tasnya."

Redo menjalankan motor ninja kesayangannya, sementara Yohan melepaskan kepergian Redo sambil mengkerutkan keningnya. Bukannya tadi Redo mengatakan bahawa ia tidak jadi bermain futsal? Lalu kenapa setelah mengantar Yohan sampai ke rumah ia kembali lagi bermain futsal? entahlah.

"Ada-ada aja," Yohan menggelangkan kepalanya heran. Ia mengayunkan kakinya, berjalan ke arah rumah setelah Redo sudah menghilang di tikungan.

Hati dan Otak, adalah oragan tubuh yang saling melengkapi untuk bekerja secara beriringan. Sementara mulut adalah finishing untuk menyuarakan apa yang ada di dalam hati, dan di kendalikan oleh otak kita. Hidup akan terasa indah, dan tidak ada beban jika ketiga organ tubuh itu selalu berkerja secara kompak, dan sejalan.

Tapi apa jadinya jika ketiga organ tubuh itu, bekerja tidak sejalan?

***

Bandung adalah salah satu kota terbesar yang ada di negara Indonesia. Udaranya yang dingin dan sejuk, membuat kita nyaman saat berada di sana. Selain itu Bandung memiliki banyak tempat pariwisata. Bandung juga terkenal banyak wanita-wanita cantik di dalamnya, itu sebabnya Bandung dijuluki sebagai kota kembang. Tidak hanya wanita, banyak pria dari Bandung yang terkenal akan kegantengannya. Redo dan Yohan, adalah sedikit gambaran dari sekian banyaknya remaja ganteng yang ada di kota Bandung.

Bandung juga mendapat julukan sebagi kota mode, karena banyak sekali model pakaian terbaru berasal dari kota itu. Sehingga banyak sekali para remaja putra dan juga putri yang selalu berpenampilan modis.

Banyak sekali semua jenis fasion dengan kualitas terbaik berasal dari kota Bandung. Membuat banyak orang-orang berburu dan berbelanja kesana, bagi mereka yang ingin mendapatkan model dan kualiatas terbaik, dengan harga yang terjangkau tentunya. Mungkin karena itu juga, Bandung mendapat julukan paris van java.

Malam itu, setelah memarkirkan motornya, dengan gaya yang enerjik dan penampilan yang modis Redo berjalan menuju pintu masuk di rumah Yohan.

Redo menekan Bell, yang menempel pada tembok di samping pintu Rumah, setelah Ia berada di depan pintu.

Tidak lama kemudian pintu dibuka dari dalam. Dengan wajah ceria dan senyum mengembang, Redo menyapa orang yang sudah membukakan pintu untuknya.

"Malem Ma..." Sapa Redo pada Ibunya Yohan yang usianya juga tidak terlalu jauh dengan ibu sendiri.

Persahabatan antara Redo dan Yohan, yang begitu dekat, membuat Redo merasa lebih nyaman untuk memanggil 'Mama' dan 'Ayah' pada kedua orang tua Yohan. Begitu-pun sebaliknya, hal yang serupa Yohan lakukan untuk memanggil orang tua Redo. Tidak ada yang keberatan akan hal itu.

"Yohan ada Mah?" Tanya Redo.

"Ada tuh di kamarnya," Jawab ibunya Yohan. Senyum keibuan terbit dari bibir merahnya.

Redo masuk kedalam Rumah Yohan seraya berkata. "Kalo gitu, Redo ke kamar Yohan."

Ibunya Yohan hanya menganggukan kepala, kemudian Ia menutup kembali pintu rumahnya.

Sementara Redo berlari, melewati anak tangga karena kamar Yohan yang berada di lantai dua.

Di dalam kamar, Yohan sedang sibuk belajar, mengerjakan tugas dari sekolah. Kegiatan belajarnya terhenti saat telinganya mendengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.

Yohan beranjak dari duduk, ia berjalan melenggang, ke arah pintu guna membukakan pintu buat orang yang sudah mengetuknya.

Setelah pintu sudah terbuka, Ia melihat sahabatnya Redo, sudah berdiri dengan senyum nyengir, mempertontonkan gigi putihnya.

Tanpa berkata apapun, Yohan kembali berjalan ke arah meja belajarnya, sementara Redo mengekor di belakang.

Yohan mendaratkan bokongnya di kursi, melanjutkan kembali kegiatan belajarnya yang sempat tertunda. Sedangkan Redo, terlihat sudah tidur terlentang di atas ranjang milik Yohan, sambil memainkan HP miliknya.

"Kamu gak belajar Do?" Tanya Yohan di selah-selah kesibukanya yang sedang mengerjakan tugas. "Kita udah kelas XII lho..." Imbuh Yohan mengingatkan Redo.

"Gimana mau belajar?" Jawab Redo tanpa menoleh, matanya masih asik menatap layar HP canggih miliknya. "Tasku kan di kamu..."

Yohan mendengkus, ia beranjak dari meja belajarnya, sambil membawa tas milik Redo, dan buku pelajaran yang sedang ia kerjakan. Yohan berniat mengerjakan tugas bersama Redo, di atas ranjangnya.

Terlihat Redo langsung bangkit dari tidurnya, ia duduk setelah Yohan menjatuhkan tas berikut buku-buku pelajaran.

Tidak lama kemudian, mereka terlihat sibuk mengerjakan tugas bersama-sama. Di atas kasur Yohan.

Untuk pelajaran, Yohan memang lebih pintar dari Redo. Itu sebabnya Redo lebih banyak bertanya jika Ia tidak mengerti dengan tugasnya. Yohan pun dengan senang hati menjelaskan pada Redo.

Yohan mengajari Redo dengan sungguh-sungguh , sementara Redo memperhatikan dengan antusias. Namun ada yang sedikit berbeda malam itu. Manik mata Redo lebih asik menikmati wajah, dan gerak bibir Yohan yang sedang menjelaskan tugas, daripada melihat buku pelajaran yang sedang dijelaskan kepadanya. Hal itu membuat ia menjadi tidak fokus, dan tidak bisa menyerap penjelasan Yohan.

Redo menatap Yohan dengan tatapan yang berbeda. Ia merasa aneh pada dirinya saat melihat wajah Yohan. Perasaan aneh itu membuat Ia teringat akan kejadian tadi siang. Perasaan aneh yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya.

Cara pandang Redo yang berbeda, membuat Yohan tersadar, jika dirinya sedang di perhatikan dengan cara yang tidak biasa.

"Ada apa?" Heran Yohan saat ia reflek menatap Redo yang masih menatapnya tidak berkedip.

"Eh, enggak," Redo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu mengalihkan pandangannya ke arah buku di atas kasur.

Yohan hanya menggelengkan kepalanya heran, lalu melanjutkan belajarnya.

"Yoh..." panggil Redo ditengah kegiatan belajarnya.

"Hem..." Yohan mengakat kepalanya, menatap Redo yang juga sedang menatapnya.

Redo terdiam dan bingung harus berbicara apa, lantaran ia tadi tidak sengaja memanggil Yohan.

"Kenpa Do?" Tanya Yohan heran.

Redo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mulutnya tersenyum nyengir, "aku nginep sini ya?" Ucap Redo se kenanya.

Kening Yohan berkerut, menatap heran ke arah Redo. Tidak biasanya Redo minta ijin kalau menginap di rumahny. Dengan nada suara mengalun Yohan menjawab "Boleh...."

Yah memang, tidak biasanya Redo minta ijin untuk menginap. Karena sudah lumrah bagi mereka seorang sahabat untuk tidur bersama. Namun malam itu ijin Redo, membuat perasaan Yohan menjadi aneh.

Sementara Redo sendiri masih merasa gugup dengan kalimat yang baru saja ia sampaiakan.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C4
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login