Ia terasa terhimpit, karena kepalanya sangat pusing dan perkataan orang lain memenuhi kepalanya membuat ia sangat ketakutan.
Kini mau tidak mau akhirnya semuanya terjadi, ia butuh dukungan.
Merasa dalam keadaan terancam dan tidak baik-baik saja, membuatnya harus meminta pertolongan sang Ayah.
Selin tak usai menangisi kenyataan ini, ia menelpon Ayah nya, ia ingin Ayahnya membereskan ini, namun jelas nasi sudah menjadi bubur. Adi pun sudah tau kenyataannya, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah cukup kesalahannya 7 tahun lalu pada pemuda itu, Ayah Selin tidak ingin melakukannya lagi.
Hari yang tidak diharapkan Selin itu tiba, Adi benar-benar menemui keluarga Eza, ia membawa Selin dan Denzel kesana.
Adi duduk di ruang tamu milik keluarga Eza, mereka juga orang kaya dan Eza adalah putra semata wayang keluarga itu.
"Denzel, apa Denzel anak baik?" tanya Adi pada anak itu.
"Iya, Denzel anak baik dan anak papa!" Jawab Denzel dengan wajah imutnya.