Sampai pada akhirnya kebahagiaan mereka pun memudar, sebuah kejadian yang tak bisa di maafkan.
Bahkan hati yang mudah lunak itu tak bisa di mengerti sama sekali.
Dengan wajah lemas ia hanya berjalan dengan langkah gontai, dan baju urakan karena tak mengurus diri beberapa hari.
Wanita itu memeluk anak nya dengan seksama, Damar pergi keluar dari kamar itu. Iya turun ke lobby rumah sakit, ia berniat pulang untuk segera menemui Kania sebelum Dimas, ia tidak ingin Kania kaget dan terjadi apa-apa dengan kandungannya.
Namun begitu ia akan keluar dari sana, bi Ijah datang dengan membawa tas besar. "Bi, kenapa bibi disini?" tanya Damar bingung melihat asisten rumahtangga nya itu.
"Tuan, saya kira tuan di luar kota," jawab bi Ijah.
Damar tidak menghiraukan jawaban bi Ijah. "Sedang apa disini bi?" Damar melontarkan pertanyaan nya kembali.
"Nyonya sudah melahirkan, tadi pagi Tuan," jawab bi Ijah.