Baixar aplicativo
4.07% The Sexy Woman / Chapter 11: Hugo Melepaskan Seragam

Capítulo 11: Hugo Melepaskan Seragam

Hari berganti. Pagi datang dan siap membawa Illona untuk mengawali hari. Gadis yang sudah bersiap untuk sekolah, kini sedang menyisir rambutnya tanpa berdiri di depan cermin. Namun, tidak lama kemudian ia menghampiri benda yang dapat memantulkan bayangannya.

"Naikkan atau tidak?" gumam Illona sembari memegangi poninya. Hampir sepuluh menit gadis itu berpikir. Dia ingin, tetapi belum siap karena takut anak-anak lain akan menganggapnya semakin aneh.

Akhirnya, setelah lama menimbang, Illona tidak melakukan perubahan apa pun pada penampilannya. Gadis itu berangkat ke sekolah seperti biasa dengan rambut yang terurai panjang dan poni yang menutupi matanya.

Setibanya di sekolah, dengan cepat Illona melangkah ke ruang kelas. Namun, ia menghentikan langkah saat pintu belakang yang selalu ia masuki hanya terbuka sedikit. Gadis itu bingung karena tidak biasanya pintu hampir tertutup seperti itu. Terlebih lagi ia yakin ruang kelas tidak kosong karena waktu yang mendekati jam masuk.

Karena tidak ingin berpikir macam-macam, gadis itu membuka pintu dengan santai. Namun, apa yang terjadi setelah ia melangkah masuk? Tubuhnya basah karena ember yang tumpah ketika pintu terbuka.

Pintu yang sedikit terbuka itu menjadi pengganjal ember yang diletakkan di atasnya. Ketika pintu terbuka lebar, sudah jelas bahwa ember akan terjatuh karena tidak memiliki tempat untuk bertumpu.

Air yang mengguyur membuat rambutnya basah. Seragam putih yang Illona kenakan, terkena juga air hingga membuatnya tembus pandang. Wajah yang memerah karena malu mendorong wanita itu meneteskan air mata. Ia lantas mendekap tasnya di tubuh depan dan matanya pun mulai menangkap sosok Clara yang berdiri bersandar di hadapannya.

Beberapa anak ada yang tertawa. Ada yang terdiam, dan ada pula yang membicarakan pakaian dalam Illona. Anak lain yang melintas bahkan ikut menghentikan langkah melihat pemandangan yang jarang terlihat itu.

Rasa malu yang begitu memuncak, membuat Illona merasa lemas. Ia tidak sanggup melangkah pergi hingga akhirnya gadis itu justru terjatuh di lantai sembari terisak. Namun, ia menyandarkan tubuhnya di rak agar pakaian belakangnya tidak terlihat, sedangkan bagian depan ia tutup dengan tas yang masih dipegangnya dengan erat.

"Ada apa itu ramai-ramai? Bukankah itu kelasnya Illona?" tanya Andre yang baru datang bersama Hugo.

"Benar. Apa ada hal yang terjadi? Ayo kita lihat!" seru Hugo. Ia segera mengajak sahabatnya untuk pergi ke ruang kelas Illona dan melihat apa penyebab keramaian yang terjadi.

"Gila, tubuhnya seksi juga ternyata," ucap salah seorang siswa.

"Merah muda dengan bintik hitam," timpal yang lain.

Percakapan yang terdengar di telinga Hugo membuat pria itu bingung karena belum tahu apa yang terjadi.

"Permisi!" seru Hugo mencoba memecah kerumunan.

Suara Hugo terdengar di telinga Illona, gadis yang tengah menunduk malu pun sedikit mendongak hingga tanpa sengaja mata keduanya saling beradu.

Illona terkejut, begitu juga dengan Hugo. Laki-laki itu lantas meneriaki nama Illona dan bergegas berlari mendekat. Sedangkan Andre, ia mencoba membubarkan kerumunan dan meminta mereka untuk pergi.

"Huh, apa sih, enggak seru!" seru anak-anak yang tengah menikmati pemandangan memanjakan mata.

Di sisi lain, Hugo yang kini tengah berjongkok di samping Illona bertanya apa yang terjadi pada gadis itu. Namun, pertanyaan dan kehadiran Hugo membuat Illona yang sedikit tegar menjadi melemah. Gadis itu pun tanpa sadar menangis lebih kencang hingga membuat Hugo panik.

Saat Hugo hendak menenangkannya dengan menepuk pundak Illona, ia menyadari pakaian gadis di hadapannya tembus pandang. Seketika ia pun teringat dengan perkataan laki-laki yang ada di luar tadi. Mengingat hal itu Hugo geram, ia lantas dengan cepat melepas seragamnya dan menyelimutkannya ke tubuh Illona.

Tindakan Hugo membuat Illona dan siswa lain terkejut, begitu juga dengan Clara yang sejak tadi mengamati mulai merasa geram. Kini laki-laki berkaus putih itu membantu Illona berdiri dan memegangi lengan gadis itu.

"Tolong ijinkan Illona kalau dia sakit," ucap Hugo kepada anak-anak yang ada di kelas Illona. Tidak ada yang menjawab, akhirnya Hugo kembali mengatakannya dengan nada tinggi dan membuat beberapa anak tersentak.

Setelah mendapat jawaban bahwa mereka akan memintakan ijin Illona, Hugo langsung membawa gadis itu pergi, begitu juga dengan Andre yang mengikutinya. Ketiga remaja itu pun langsung melangkah pergi meninggalkan ruang kelas yang sempat hening karena kedatangan Hugo.

"Hei, Hugo! Kamu mau membawanya kemana? Sebentar lagi masuk kelas," ucap Andre yang berusaha menghentikan langkah Hugo.

"Kemana saja, menjauh dari tempat ini!" jawab Hugo tegas. "Apa kamu tidak lihat bagaimana keadaannya saat ini?"

Andre menghela napas. Ia melihat amarah di mata sahabatnya. "Ya sudah pergilah, jangan sampai ketahuan guru. Aku akan meminta ijin untukmu. Kalian jaga diri baik-baik!" ucap Andre. Ia juga tidak lupa meminta maaf pada Illona kalau dirinya tidak bisa ikut.

Gadis yang tengah berada di dekapan Hugo tidak menjawab. Bibirnya masih terasa kaku untuk terbuka. Akhirnya Hugo yang menjawab permintaan maaf Andre dan setelahnya ia berbalik meninggalkan sahabatnya itu.

Setelah keluar dari gedung sekolah, Hugo membawa Illona ke halaman belakang. Ia meminta gadis itu untuk duduk sejenak di saat dia berpikir harus membawa Illona kemana. Laki-laki tampan itu bingung karena selama ini dirinya sendiri belum pernah membolos.

"Argh! Kemana ya! Sebentaar lagi pasti ada guru berpatroli!" seru Hugo sembari mengacak rambutnya.

"Ke rumahku saja!"

Suara Illona yang tiba-tiba terdengar membuat Hugo menoleh. Untuk beberapa saat ia menatap gadis itu tanpa berkedip.

"Hah? Apa aku tidak salah dengar? Apa tidak apa-apa seperti itu?" tanya Hugo yang tidak percaya dengan apa yang Illona katakan.

Belum sampai gadis itu menjawab, suara petugas yang hendak berpatroli terekam di telinga Hugo. Laki-laki itu lantas dengan cepat menarik tangan Illona dan membawa gadis itu keluar melalui pagar belakang.

Pagar yang sedikit lebih tinggi dari orang dewasa sebenarnya tidak pernah dibuka. Jadi untuk melewatinya, para siswa yang membolos harus memanjat terlebih dahulu.

"Aku akan keluar lebih dulu, nanti lemparkan tasmu dan aku akan menangkapnya. Setelah itu giliran kamu yang naik, oke?" ucap Hugo terburu-buru sembari bergantian menatap Illona dan sekitar.

"Ta-tapi ... aku tidak bisa memanjat," jawab Illona gugup.

Hugo meminta Illona tenang karena ia berjanji akan menangkap gadis itu. laki-laki yang tidak mengenakan seragam juga berkata bahwa mereka tidak punya waktu untuk berpikir kalau tidak mau di seret ke ruang kedisiplinan.

Setelah sekali lagi meyakinkan Illona, Hugo langsung melompat dan meminta gadis di seberangnya untuk melempar tas miliknya.

Illona pun menurutinya dan ia merasa lega karena Hugo dapat menangkapnya tepat sasaran. Hal itu juga yang membuat Illona yakin kalau Hugo tidak akan membiarkannya terjatuh. Akhirnya Illona pun dengan cepat memanjat mengikuti cara Hugo.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C11
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login