Acara makan siang berlangsung damai. Seakan kami telah menjalin kesepakatan tak tertulis mengenai wacana untuk saling diam, tanpa membahas hal-hal yang sekiranya memancing emosi. Pikiranku pun teralihkan pada hidangan lezat di depan mata. Tumpukan roti dengan daging asap beserta saus barbeque yang lumer sampai ke bagian luar. Perlu diketahui bahwasanya aku bukan penggilan hamburger. Nasi adalah makanan pokok yang selalu ku konsumsi alih-alih roti gandum. Tetapi aku harus mengakui bahwa perpaduan antara daging banteng bakar dengan lembaran roti gandum merupakan hal spektakuler lain yang ku temukan di negara bagian nan gersang ini.
Kebanyakan orang menganggap hamburger sebagai cemilan semata (termasuk diriku) tetapi sebagian lainnya makan siang dengan ini. Sebuah budaya yang terbentuk berkat kesenjangan ekonomi dan bagaimana suburnya wilayah tersebut, benar-benar berakibat pada apa yang mereka makan nantinya.