"Wow, dia pasti buta karena memilih orang sepertimu untuk dijadikan pacarnya," sahut Lucas yang mana berhasil memancing emosi Davis.
"Hoy, jangan berkata yang tidak-tidak tentang pacar lelaki ku!"
Mendengar kata 'pacar lelaki' terlontar begitu mudahnya dari mulut Davis, membuatku bertanya-tanya tentang seberapa fleksibelnya ekosistem kampus ini. Suasana kafetaria ini tak cukup sepi untuk kami bisa mengobrol seenaknya, membahas hal-hal bersifat privasi misalnya. Tak ada jaminan bagi orang lain untuk tak mendengar setiap percakapan yang kami lakukan. Tetapi Davis dengan leluasa berkata tentang pacar lelakinya di tempat umum seperti saat ini.
"Davis, kau bicara terlalu keras," kataku nyaris berbisik. Tindakanku semata-mata untuk mengingatkan kepada Davis.