Elia sudah siap berlatih pagi itu. Dia tidak perlu dibangunkan oleh Azaila yang bertugas di hari ketujuh menjadi pendamping medisnya. Dia pergi ke kamar mandi untuk mandi pagi. Dia menemukan kebiasaan itu membawa kesegaran pada tubuhnya sehingga dia terus melakukannya. Di hari ketujuh ini, dia pikir akan melihat Azaila di ruangannya setelah selesai mandi. Akan tetapi, ketika keluar kamar mandi, sosok yang dijumpainya bukan seorang perempuan berwajah tirus berambut merah, berpakaian gaun terusan warna kopi di ruangannya seperti biasa. Dia adalah Theria.
"Sedang apa kau di sini?" Elia bertanya dengan mata bulatnya. Dia menggeser tatapannya keluar jendela, matahari sudah muncul dan tentu ini bukan mimpi.
"Tak suka melihatku di sini?" Theria menelengkan kepalanya. Dia mulai bersikap iseng.
"Hanya tak biasanya," sahut Elia. Ragu-ragu dia berjalan mendekat sambil mengikat rambutnya menjadi seperti ekor kuda.
"Bagaimana selama enam hari latihan? menyenangkan?"