"oke mbak...,apa yang harus kami lakukan." tanya Dion dengan lembut lagi.
"minta maaf saja." jawab wanita itu dengan cepat.
"hah...,cuma minta maaf dong ternyata." ucap Naura sehingga membuat wanita itu melihat kearah Naura.
"mbak...,jaman sekarang gak banyak ada orang yang ingin mengakui kesalahannya." kata wanita itu sehingga membuat Naura diam.
"oke saya minta maaf..." ucap Naura dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"oke..., oh iya perkenalkan nama saya Rani." kata wanita itu memperkenalkan dirinya kepada Naura.
"oke...,saya Naura. salam kenal." sambut Naura dengan hangat.
"sama mbak satunya gak mau minta maaf ya." tanya Rani dan melepaskan jabatan tangan mereka.
"gak...,bukan saya yang salah." kata Naura dengan judes.
"sayang..., apa susahnya sih minta maaf." kata Dion sehingga membuat Naura melihat kearah pacarnya itu.
"aku kan gak salah..." jawab Naura.
"itu menurut kamu gak salahnya,tapi menurut orang lain kamu salah." ucap Rani sehingga membuat Dion kagum.
"oke...,oke...,gue minta maaf." kata Naura dan langsung mengulurkan tangannya kepada pelayan itu.
"minta maaf." ucap Naura.
"maafkan saya juga ya mbak." ucap pelayan itu juga.
"yes..." jawab Naura dengan lesu.
setelah itu mereka menyudahi salaman itu dan langsung menuju ke tujuan mereka masing-masing.
sedangkan Naura dan Dion dia langsung menuju meja yang mereka pesan tadi.
"sayang...,kamu marah." tanya Dion kepada Naura.
"no..." jawab Naura singkat.
"kalo gak marah kenapa diam." tanya Dion lagi.
"stop Dion..." ucap Naura dengan kesal.
"ya maaf...,maaf karena udah bikin kamu marah." ucap Dion dengan tulus.
"aku itu gak marah hanya kesal aja sama kamu dan ya sama hari ini." jawab Naura.
"namanya juga sudah takdir." ucap Dion.
"udahlah,jangan bahas itu lagi. aku gak mau mengingat pelayan kurang aja itu." kata Naura.
"kamu yang salah sayang..." ucap Dion dengan lembut.
"iya aku tau aku salah...udah jangan di bahas lagi." kata Naura dan langsung melihat kearah luar jendela.
kebetulan mereka mendapatkan tempat duduk di samping jendela sehingga Naura bisa melihat keramaian di luar sana dengan menikmati makanan mereka nantinya.
sedangkan di tempat lain Bima sedang menunggu Rani di depan restoran yang mahal itu sehingga membuat Bima harus sedikit berjemur demi menunggu pacarnya berjalan menuju dirinya.
"itu kan Bima..." ucap Naura dari dalam restoran itu sehingga membuat Dion melihat kearah pandangan Naura juga.
"kamu kenal dia sayang..." tanya Dion yang membuat Naura kaget.
"gak...,itu cewek tadi maksudnya." ucap Naura dengan mengalihkan pandangannya dari jendela itu.
"ah iya...,mungkin dia menuju laki-laki yang di sana." ucap Dion dan menunjuk kearah Bima.
"sudah lah...,bukan urusan kita." kata Naura dengan tidak suka.
Bima saat Rani sudah sampai di depannya dengan cepat dia membuka pintu mobilnya dan langsung masuk lagi kedalam mobil agar mereka cepat sampai di rumah Rani.
"sayang...,kamu janjian sama siapa sih." tanya Bima sehingga membuat Rani melihat kearah Bima.
"bukan urusan kamu." jawab Rani dengan jutek.
"kok gitu...,kan aku cuma nanya." kata Bima sehingga membuat Rani tersenyum.
"maaf...,aku hanya kesel aja sama temen aku. kita janjian udah dua jam yang lalu dan dia tadi baru kasih kabar kalo dia gak bisa datang,ya aku kesel dengan sama dia." ucap Rani.
"oh gitu...,ya udah sekarang mau langsung pulang atau mampir dulu kerumah aku." tanya Bima.
"boleh mampir dulu." ucap Rani.
"oke..., terimakasih sayang." kata Bima dan langsung menggenggam tangan Rani.
"aw...,sakit." kata Rani dan langsung melepaskan genggaman tangan Bima.
Bima yang mendengarkan Rani kesakitan langsung menghentikan mobilnya dengan dadakan sehingga membuat Rani kaget.
"kok berhenti." tanya Rani.
"kamu kenapa..." tanya Bima dan langsung melihat tangan Rani.
"ih...,aku nanya. kok malah nanya balik sih." kata Rani sehingga membuat Bima menggelengkan kepalanya.
"tangan kamu kenapa sayang...." tanya Bima dengan lembut.
"gak papa." jawab Rani dan langsung sembunyikan tangannya.
"bohong...,ayo jawab." kata Bima dengan tegas.
"nanti aku ceritakan, sekarang kita langsung kerumah orang tua kamu. terus kamu antar aku pulang. sebelum mama sama papa balik,kamu tau kan konsekuensinya kalo kita ketahuan jalan." kata Rani sehingga membuat Bima mengangguk-anggukkan kepalanya.
"maaf..., harusnya aku gak bahas hal yang gak penting." kata Bima dan langsung menjalankan mobilnya.
"maaf ya Bim, maaf karena keluarga aku masih belum bisa terima kamu." kata Rani yang merasa bersalah dengan Bima.
"gak papa...,wajar orang tua kamu gak setuju. mana ada orang tua mau anaknya nikah sama orang yang hidupnya susah." kata Bima sehingga membuat Rani meneteskan air matanya.
"kamu jangan berkata seperti itu,kamu percaya kan sama aku. aku gak pernah pandang materi jadi kamu sama aku pasti akan bersatu. hanya tunggu waktunya saja,dan aku juga yakin kalo kamu pasti akan bisa meyakinkan orang tua aku." kata Rani dan langsung menggenggam tangan Bima.
"iya..." jawab Bima dan tersenyum kepada Rani.
setelah itu mereka diam dan Bima fokus sama jalan, sedangkan Rani dia menikmati suasana sore kota Jakarta dan dia juga tersenyum karena malam ini mereka akan makan malam bersama.
"oh iya...,aku mau bilang. kalo malam ini kita tunda dulu ya makan malamnya." kata Bima dengan tiba-tiba sehingga membuat Rani melihat kearah Bima dengan tatapan penuh tanda tanya.
"kok gitu..." kata Rani dengan nada yang tidak terima.
"maaf karena malam ini aku harus bertemu dengan CEO perusahaan Frandika grup." kata Bima dengan hati-hati.
"ngapain." tanya Rani.
"mau membicarakan masalah pengajuan lamaran aku." kata Bima dan langsung membuat Rani tersenyum lebar.
"kamu di terima..." tanya Rani dengan antusias.
"sepertinya begitu..." jawab Bima.
"Alhamdulillah..., akhirnya...,aku yakin papa sama Mama akan terima kamu jadi menantu mereka." kata Rani dengan antusias.
"aamiin...,moga aja sayang. tapi jangan kasih tau papa sama Mama kamu dulu. aku kan masih belum kerja dan aku juga masih banyak utang." kata Bima dan langsung di angguki oleh Rani.
"siap sayang...,aku akan tunggu kamu datang kerumah untuk bilang itu semua ke mama dan papa." jawab Rani dengan bahagia.
"b
terimakasih sayang..." kata Bima dan tersenyum kepada Rani.
saat mereka sudah sampai di depan rumah Bima,Rani langsung mengucapkan salam dan langsung menghampiri orang tua Bima.
"Rani...,kok gak bilang-bilang mau ke sini." tanya Sarah.
"dadakan soalnya buk. jadi gak sempat bilang." jawab Rani.
"ya udah...,kamu makan di sini gak. ibu masak banyak loh." kata Sarah.
"maaf buk...,Rani gak makan di sini. karena mama sama papa balik dari Malaysia jadi Rani harus pulang." kata Rani dan langsung di angguki oleh Sarah.
"ya udah deh...,lain kali aja. kalo gitu mau minum apa dulu." tanya Sarah lagi.
"gak perlu repot-repot buk, Rani juga udah mau pamit. soalnya mama sama papa kayaknya udah mau sampai." kata Rani.
"oh ya udah...,kalo gitu hati-hati ya." kata Sarah.
"baik buk...,kalo gitu Rani pergi dulu ya. assalamualaikum."
"waalaikumussalam." jawab Sarah dan Ardiansyah.
bersambung