"Cukup. Aku tak kuat."
Itulah hal pertama yang Honey ucapkan sesampainya mereka di kamar kontrakannya. Gadis itu kini tampak duduk lemas di tepian tempat tidurnya, terlihat benar-benar lesu dan tak bergairah setelah diajak melakukan perjalanan ajaib tadi. Terlebih lagi dia juga sangat terkejut dengan kenyataan soal Jessica.
"Tapi kan tadi kau bilang masih ada temanmu dua lagi. Kita seharusnya memastikannya secara bersamaan untuk mengetahui mereka manusia atau bukan," sahut Night datar yang kini mendudukkan diri dengan santai di atas meja belajar Honey.
Sebenarnya sebelum ini mereka berdua sempat mendatangi kamar Shaena juga. Namun mereka berdua langsung memutuskan pulang ketika Honey tiba-tiba merengek padanya. Paham kalau gadis itu masih syok dengan kejadian tadi, sang vampir memutuskan untuk memenuhinya.
"Tidak. Aku sungguh tak kuat begini. Mendengar hal seperti itu dari Jessica saja sudah menyakitiku. Aku tak akan mampu mendengarnya lagi dari sahabatku yang lain."
"Kadang yang pahit memang harus ditelan, karena begitulah hidup," gumam Night dengan nada pelan. "Lagipula bukankah memang lebih baik begitu daripada terus ditipu?"
"Hidup? Mahluk sepertimu tahu apa soal hidup? Kalian kan tak perlu bekerja keras layaknya manusia. Karena hanya dengan membaca mantera saja, kalian bisa melakukan dan mendapatkan apapun yang kalian inginkan tanpa berusaha. Bisa-bisanya kau membandingkan hal itu dengan kami para manusia ini!" seru Honey tak terima dengan ucapan sang vampir yang menurutnya sok tahu.
"Kau tak perlu marah juga," sahut Night sambil masih saja tersenyum kecil. "Tapi ada yang salah. Kami tak pernah membaca mantera saat hendak melakukan sesuatu. Karena kami bukan nenek sihir, Nona Honey."
Perempuan itu malah lebih mendengus sebal.
"Masih saja sempat-sempatnya kau melucu. Menyebalkan sekali," sambar Honey ketus. Terlihat masih emosi.
"Lalu sekarang bagaimana? Kau sungguh tak ingin mencari tahu identitas dari dua temanmu yang lain? Bukankah sayang? Aku bahkan bersedia memeriksa semua temanmu kalau kau mau," kata Night kembali ke fokus cerita.
"Entah. Kasih aku waktu. Sekarang sudah terlalu melelahkan. Hatiku sakit karena Jessica. Aku tak bisa melanjutkannya sekarang." Honey menunduk dalam-dalam. "Bahkan mungkin… aku hanya perlu mencari tahu sendiri. Siapa tahu ada petunjuk yang kuabaikan selama ini.
"Apa yang bisa kaulakukan memangnya? Kaukan tidak bisa membedakan mereka tanpa bantuanku?" Night tak setuju.
"Pokoknya itu urusanku. Lagipula selama ini gue baik-baik saja. Tak pernah ada masalah seperti ini, dan selalu rukun dengan siapa saja." Honey memandang Night tajam "Hanya sejak kehadiranmu semuanya jadi berantakan begini. Gara-gara kau datang hidupku jadi kacau."
Night tak menyahut. Dia hanya melayangkan pandangannya dari Honey walau jelas ia tak suka disalahkan. Sampai sekarang ia belum mengetahui apapun mengenai semua ini sehingga itu sebabnya ia juga tak bisa membela diri.
"Sekarang terserah kau. Aku lelah, aku sudah tak mau membicarakan ini lagi. Jadi sebaiknya kau pergi karena akum au beristirahat."
Honey masih terus menggerutu sebal. Gadis itu langsung membaringkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Night. Berharap mahluk itu akan meninggalkannya.
"Melarikan diri dari masalah tidak akan pernah membuatmu menemukan jalan keluar," Night lagi-lagi kembali dengan hobinya berpepatah. "Tapi kalau memang itu kemauanmu, aku hanya bisa menurutinya. Kalau begitu istirahatlah. Aku juga harus pergi mencari buruan."
"Buruan?" Honey kaget. Melirik Sang vampir melalui bahunya. "A-Apa kau bener-bener akan nyari seseorang untuk kau hisap energinya?"
Night mengangguk cepat. "Begitulah."
"Itu kejam, tahu. Sampai kapan kalian hidup dengan cara mencuri kehidupan orang lain? Kami manusia juga berhak hidup!"
"Setiap pribadi memiliki takdirnya sendiri." Night menyahut acuh. "Lagipula kami juga tak punya pilihan. Kami juga harus hidup. Bukan salah kami kalau manusia diciptakan lebih lemah sehingga bisa dimangsa, bukan. Sama halnya binatang seperti ayam dan sapi untuk kalian semua."
Honey tak bisa membalikkan ucapannya itu.
"Lagipula kupikir aku lebih menyukai cara ini menghisap darah seperti dulu. Setidaknya saat pemangsaan terjadi, mereka tidak harus mati dengan ketakutan seperti waktu kami harus mengoyak kulit leher mereka—"
"Stop." Honey lagi-lagi refleks melindungi lehernya begitu mendengar ucapan itu. Tiba-tiba merasa ngeri membayangkannya. "Jangan dibahas di depanku. Menakutkan tahu."
Night hanya mengangkat bahu cuek.
"Omong-omong… karena mulai sekarang aku bersahabat denganmu, seorang manusia, mungkin aku bisa sedikit berbaik hati. Aku akan lebih pemilih dalam menentukan mangsaku. Bukan manusia yang berbuat baik pada sesamanya, aku akan memilih mereka yang rendahan. Bagaimana?"
"Terserah kau." Honey hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Tapi kau punya saran? Apa di dunia ini ada orang yang begitu kau benci sehingga kau ingin dia mati? Aku akan ambil nyawanya buatmu, Nona Honey."
"A-Apa maksudnya? Jangan menyeretku dalam rencana jahatmu!" Honey berseru histeris. "Lagipula berhenti mengakuiku sebagai teman – apalagi sahabat. Sejak kapan aku setuju penawaranmu—"
"Tom Herald? Apa perlu kubunuh dia untukmu?"
Night kembali menyela ucapannya dengan tak peduli.
"A-Apa?" Honey benar-benar tersentak. Langsung bangun kembali dan menghadap sang vampir. Perasaan terkejut benar-benar tak bisa disembunyikan dari wajah itu. "Apa maksudnya?"
"Kau pernah menyumpahinya, bukan? Empat tahun yang lalu? Katamu daripada dia terus hidup dengan korusi, komusi, atau apapun yang laki-laki tua bangka itu lakukan terhadap negara ini, maka dia lebih baik mati saja. Benar begitu bukan?"
Honey menutup mulutnya takjub. Selama ini dia sudah tahu bahwa Night bisa membaca pikirannya, tapi dia tak menyangka kalau Night bahkan mengetahui apa yang diucapkannya beberapa tahun yang lalu. Mahluk ini benar-benar luar biasa.
"A-Aku tak bersungguh-sungguh. I-Itu hanya ucapan iseng."
Night hanya membalas dengan seringaian.
"Baiklah. Berkat dirimu, sepertinya target sudah ditentukan. Sekarang aku harus menemuinya dan menguras energinya. Sekarang tidurlah, Nona Honey. Sementara aku harus pergi."
"T-Tunggu!!"
Honey tak bisa melanjutkan ucapannya ketika mahluk itu kembali menghilang dari hadapannya begitu saja. Menyisakan Honey yang tampak celingukan menatap di sekitar kamarnya ini.
"H-Hey, jangan bilang kalo kau bener-bener akan membunuhnya? A-Aku cuman asal bicara, tahu!" seruanya pada ruang kosong di sekitarnya. Namun hal itu percuma karena sang vampir tak menampakkan dirinya lagi. "Hey, jangan lakukan itu!"
Namun Night benar-benar tak mendengarkannya lagi.
***
Keesokan harinya.
Breaking: Mantan Menteri Tom Herald Ditemukan Meninggal di Sel Akibat Serangan jantung.
Honey sangat syok membaca berita yang paling heboh pagi ini.
"Astaga, aku tak percaya kalau vampir bodoh itu benar-benar ngebunuh Tom Herald? Apa-apaan sih? Aku jadi merasa bersalah."
Honey membaca artikel itu dengan lebih seksama. Berharap firasatnya ini salah, namun ternyata memang benar-benar terjadi. Sukses membuatnya merinding.
"Sepertinya aku harus berhati-hati dalam berucap untuk ke depannya. Jangan sampai ucapan iseng malah berakhir petaka seperti ini."
***
Creation is hard, cheer me up!