Baixar aplicativo
11.51% Who is a Psychopath? / Chapter 22: Marah Besar

Capítulo 22: Marah Besar

Kini Abi sudah berada di dalam kamar nya. Abi sengaja langsung masuk ke dalam kamar nya untuk menghindari Zion. Dia tidak ingin Zion melihat bekas luka di tangan nya. Abi tahu bahwa Zion akan marah besar saat Zion mengetahui nya.

Abi berusaha untuk bisa masuk ke alam tidur nya. Sudah beberapa jam Abi berputar putar di atas kasur milik nya namun semua itu sia sia. Nyata nya mata Abi masih terbuka lebar saat ini. Abi benar benar bosan.

Saat Abi masih berusaha untuk masuk ke dalam dunia tidur nya, tiba tiba terdengar suara mobil. Abi bangkit dari kasur nya dan membuka sedikit tirai jendela nya. Setelah Abi sadar bahwa itu adalah Zion, Abi langsung menutup kembali tirai jendela nya dan langsung melompat kembali ke kasur milik nya.

Abi menutup sebagian tubuh nya, dan menutup matanya. Setelah lima belas menit Abi pura pura tidur di sana, tiba tiba terdengar suara pintu. Abi berusaha semaksimal mungkin agar Zion tidak tahu, bahwa ia hanya pura pura tidur.

Abi bisa mendengar hentakan kaki Zion yang semakin mendekat ke arah nya. Bersamaan dengan hilang nya suara hentakan kaki itu, Abi merasakan goyangan pada kasur nya. Tak berapa lama, sebuah tangan besar melingkar mulus di perut Abi. Abi bisa merasakan bahwa Zion sudah membaring kan tubuh nya di samping Abi sambil memeluk nya.

Lima menit sudah berakhir, namun posisi Zion masih sama seperti yang tadi. Zion sama sekali tidak mengeluar kan suara nya sejak dia sampai di kamar Abi. Abi akhir nya memberanikan diri untuk membuka mata nya perlahan, saat Abi membuka mata, jantung nya terasa ingin meledak saat wajah Zion berada sangat dekat dengan nya.

Abi mengamati setiap lekuk sudut wajah di depan nya. Abi tersenyum kecil, lalu jari tangan nya ia arah kan untuk mengitari wajah Zion yang terlihat sangat manis. Abi mengitari wajah Zion dari ujung hingga berhenti di bibir milik Zion. Saat tangan Abi berada di bagian bibir Zion, Abi langsung teringat dengan apa yang mereka lakukan di mobil tadi pagi. Abi tersenyum kecil sambil terus mengamati wajah Zion.

Abi memajukan wajah nya, dan mengecup singkat pipi Zion. Saat Abi baru saja selasai mengecup pipi Zion, Zion langsung menarik tengkuk Abi dan kini bibir mereka saling bertemu. Zion memutar posisi mereka, kini Abi berada di bawah tubuh Zion.

"Ka.... kak... Kak Zion mau ngapain?" Tanya Abi gugup saat melihat wajah Zion berada tepat di atas nya. Zion tidak menjawab pertanyaan Abi.

Cup..... Zion mengecup bibir Abi sekilas. Setelah beberapa detik, Zion melanjut kan aksi nya dan kembali menempel kan bibir nya pada bibir Abi. Kali ini, ciuman itu bukan hanya sekedar kecupan, namun sudah beralih ke dalam lumatan. Zion terus memaksa Abi untuk semakin membuka mulut nya.

Zion memain kan lidah nya di dalam mulut Abi. Zion benar benar kalap kali ini, Abi hampir kehabisan nafas menghadapi ciuman yang di lakukan oleh Zion. Zion yang sadar akhir nya melepas ciuman itu, namun tidak beberapa lama setelah itu, Zion kembali melumat bibir Abi. Setelah puas bermain di dalam mulut Abi, Zion menurun kan ciuman nya ke dalam lekukan leher Abi.

Abi mendesah kecil menikmati sentuhan bibir Zion di dalam tubuh nya. Abi benar benar menikmati ciuman Zion kali ini. Abi menjambak kecil rambut Zion saat Zion masih bermain main dengan leher Abi.

Zion menghentikan aksi nya lalu beralih menghadap ka wajah nya pada wajah Abi. Mereka sama sekali tidak mengeluar kan kata apa pun. Namun dari pandangan kedua nya, seakan akan mereka saling mengerti maksud satu sama lain.

Tatapan Zion seakan akan memberikan isyarat pada Abi. Zion seakan bertanya pada Abi apakah dia bisa melakukan nya. Abi tidak membuka suara sama sekali, dia hanya tersenyum ke arah Zion. Zion yang merasa mendapat lampu hijau langsung melumat bibir Abi kembali.

Saat Zion masih bermain main dengan bibir indah Abi, salah satu tangan nya membuka kancing kemeja nya dengan kasar. Tangan Zion beralih ke baju milik Abi, namun saat menaikkan baju milik Abi, Zion langsung tersadar dan langsung menghantikan ciuman nya pada Abi.

Zion menghempas kan tubuh nya ke samping Abi. Abi yang merasa aneh, menatap Zion yang masih berada di samping nya. "Kak Zion kenapa?" Tanya Abi polos.

"Maaf kan aku Abi." Ucap Zion lalu memeluk tubuh Abi.

"Maaf kenapa?"

"Aku benar benar tidak bisa menahan hasrat ku, maaf kan aku."

"Ngak papa kak. Lagian kak Zion juga ngak ngapa ngapain Abi kan tadi." Jawab Abi. Zion langsung melepas pelukan nya pada Abi dan menghadap ke arah Abi.

"Tolong beri tahu aku, jika aku melakukan sesuatu yang melewati batas kepada mu. Aku belum seharus nya melakukan seperti itu tadi. Maaf kan aku Abi. Aku janji tidak akan melakukan nya lagi."

"Kak Zion ngak perlu minta maaf, kak Zion kan ngak ngelakuin apa apa sama Abi. Abi ngak papa kok kak."

"Aku akan menunggu hingga kau siap Abi." Ucap Zion lalu mengecup kening Abi. Saat Abi hendak memeluk tubuh Zion, tiba tiba Abi langsung mengerang kecil karena tangan nya terasa sakit saat dia mengangkat nya.

Zion langsung panik saat melihat Abi kesakitan. "Kamu kenapa Abi?" Tanya Zion panik.

"Aaaaa... Aku.. Aku ngak papa kok kak. Tangan Aku cuman pegel aja tadi." Ucap Abi gugup. Zion yang merasa ada yang di sembunyi kan oleh Abi, langsung merubah posisi nya menjadi duduk. Zion menatap tubuh Abi mulai dari atas hingga ke bawah, Zion merasa seperti ada yang aneh dengan Abi kali ini.

Abi yang merasa di perhatikan oleh Zion langsung salah tingkah, dia tidak tahu harus melakukan apa. Abi tidak henti henti nya berdoa agar Zion tidak mengetahui tentang luka di tangan nya atau Zion akan mengamuk seperti singa kelaparan di rumah ini.

Zion terus menaatap Abi, hingga dia sadar bahwa Abi berpakaian serba tertutup. Abi sebelum nya tidak pernah suka memakai baju lengan panjang saat tidur, apalagi itu adalah jaket yang lumayan tebal.

"Kenapa kamu tiba tiba pakai jaket saat tidur Abi?" Tanya Zion curiga.

"A.. A.. itu ... Apa.. Abi.. Abi tadi cuman kedinginan, iya.. Tadi Abi kedinginan jadi Abi pakai jaket." Ucap Abi berbohong. Zion yang tidak percaya mendekat ke arah Abi dan menempel kan telapak tangan nya di dahi Abi.

"Suhu kamu normal. Abi.. jujur sama Aku, kenapa kamu pakai jaket?" Tanya Zion semakin curiga saat gerak gerak Abi semakin aneh.

"Abi.. Abi ngak papa kok kak. Serius, Abi cuman pengen pakai jaket aja, udah lama juga Abi ngak pakai jaket ini, makanya Abi pakai."

"Saya yang membelikan jaket itu Abi. Dan saya tau kamu belum pernah memakai nya sebelumnya. Sekarang buka jaket nya." Perintah Zion dengan tegas.

"Ngak... Abi ngak mau." Ucap Abi sambil terus menggelang kan kepala nya. Zion mulai geram dengan sikap Abi. Zion mendekat dan menarik Abi agar berdiri di depan nya.

"Aku bilang buka Abi. Aku tidak suka jika kata kata ku di bantah." Ucap Zion dengan suara yang lebih tinggi dari sebelum nya. Abi yang mulai ketakutan perlahan membuka jaket yang ia kenakan. Dan saat Abi sudah berhasil membuka nya, Zion benar benar terkejut saat melihat memar memar ditangan Abi.

Terlihat dari raut wajah Zion yang di penuhi amarah. Zion langsung menarik kasar tangan Abi dan memperhatikan sati persatu luka di tangan nya.

"Siapa yang melakukan ini?" Tanya Zion dengan suara lantang.

"I.. Itu.. itu ngak papa kok kak. Tadi Abi ngak sengaja jatuh di kamar mandi sekolah, jadi tangan Abi memar karena terbentur ke lantai." Ucap Abi gagap. Zion yang tau Abi berbohong ke padanya menarik tubuh Abi agar semakin dekat dengan nya.

"Aku tanya siapa yang melakukan ini Abi. Kamu mengerti kan?" Bentak Zion dengan suara yang begitu kuat hingga memenuhi kamar Abi.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C22
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login