Baixar aplicativo
68.75% Sebuah Kebohongan / Chapter 33: 7

Capítulo 33: 7

***

Kami berdua berakhir di rumah kosong, tidak berpenghuni.

Kazuya menarik Hikaru ke belakang rumah, tempat dimana tidak ada siapapun. Hikaru terdiam, tertegun saat melihat pemandangan indah disana.

"Kau tidak pernah melihatnya bukan?" seru Kazuya mengambil tempat duduk acak yang sangatlah kotor.

Hikaru menatap dalam diam, hingga Kazuya menariknya begitu saja untuk duduk tepat di sebelahnya.

Padahal sangat kotor.

Kazuya menyeringai disana, "Jika kau terus bersembunyi seperti itu, kau tidak akan bisa menikmati hidup, Bodoh~"

"kau suka sekali mengejekku" kekeh pelan Hikaru, Kazuya yang selalu kasar, dan mungkin tidak disukai siapapun.

"Tentu saja, Karena aku membencimu! kau mengambil segalanya dariku, padahal aku lebih populer darimu.." seru Kazuya menatap dengan wajah amarah pada langit yang biru, hamparan halaman yang terlihat asri, Karena tidak dirawat. tumbuhan liar, dan bebungaan, yang menghiasi seluruh tempat ini.

Tanpa rumah. Tanpa manusia.

"Namun, kau terlihat selalu kosong, aku tidak suka melihat orang yang selalu berbohong sepertimu bisa populer..!" seru Kazuya dengan sinis menunjukkan terang-terangan ketidaksukaannya pada Hikaru, Hikaru hanya tersenyum tipis.

"Aku juga tidak ingin seperti ini, Kau tau. rasanya begitu menyenangkan, di kelilingi oleh banyaknya orang.." seru Hikaru menunduk. semuanya bohong.

Lebih baik tidak ada yang tau apapun.

"Aku senang seperti ini.."

Lagipula semuanya akan percaya.

"Bohong" seru Kazuya.

Deg!

Hikaru terdiam, menatap wajah Kazuya yang menatapnya dengan tajam.

"Berhenti berbohong bodoh, kau terlihat jelas tau.., asal kau tau aku ingin sekali menghancurkan mu!" serunya kasar.

Hikaru hanya tertawa. tawa yang begitu hambar, lagipula tidak ada yang berharga baginya. tertawa seperti ini, Selalu dilakukannya setiap saat.

"Kau benar, Kazuya" seru Hikaru. dengan kedua mata hitamnya menatap tanpa warna kearah rerumputan.

"Aku membencimu, Hikaru.." seru Kazuya dengan perasaan kebencian.

Hikaru tidak bisa merasakannya. Hikaru hanya mengerti bahwa kalimat itu mengandung arti yang menyakitkan, lagipula Hikaru sudah terlalu terbiasa.

"""Hancurkan lah aku.."""

"""Hingga tidak tersisa.."""

Kalau bisa hingga Hikaru benar-benar tiada dari dunia ini, Hikaru tidak ingin merasakan apapun. lebih baik Hikaru, tidak bisa merasakan dirinya sendiri, dan tidak menyadari kalau dunia dan kehidupan ini terasa begitu kejam.

begitu menyakitkan untuknya.

Langit terlihat begitu indah , namun tidak ingin Hikaru. Hikaru bukanlah cahaya, dan selamanya tidak akan pernah menjadi cahaya. Hikaru hanya akan terus bersembunyi dalam kebohongan nya. dan lagi Kazuya bukanlah temannya, dia hanyalah orang asing yang akan menghancurkannya.

"Aku mengharapkan itu Kazuya" seru Hikaru seraya tersenyum kepadanya.

dan Kazuya hanya diam, dengan wajah

datarnya tanpa berkata apapun.

***

lagi-lagi orangtuanya datang. untuk berfoto, hanya sekedar foto. karena Hikaru mendapatkan medali olimpiade matematika terbaik tahun ini.

mereka terlihat tersenyum.

padahal Hikaru tau, mereka tersenyum bukan karena Hikaru, melainkan karena penghargaan dan kehormatan yang di berikan. Hikaru tidak ingin bertemu dengan mereka, rasanya sesak. Hikaru seperti berjalan dalam lorong panjang.

lorong tanpa akhir.

Hikaru tersenyum, mengecup tangan ibu seperti memberikan penghormatan.

namun, nyatanya terasa hambar.

"kau benar-benar hebat nak" seru ibu nya dengan tangisan palsu.

"semuanya berkat ibu, ibu yang sudah membuatku berjuang seperti ini.." seru Hikaru seraya tersenyum, memeluk ibunya. semua foto di arahkan, semua orang terlihat terharu karenanya.

Padahal semuanya hanyalah akting.

Sebuah kebohongan, bahkan dirinya juga ikut berperan di dalamnya.

Ayahnya tersenyum disana, seperti tersenyum meremehkan. saat ayah mengarahkan tangannya, Hikaru tersentak membayangkan bahwa tangan ayahnya akan memukulinya.

Hikaru mengenggam erat tangannya, agar tidak ketakutan karenanya.

Kalau tidak semuanya akan tau.

"selamat nak, kau memang anak ayah yang terbaik. ayah menyayangimu..", Hikaru menengadah dan tersenyum tanpa perasaan sedikitpun, andaikan ada yang tau. senyuman hanyalah seperti lukisan yang dibuat oleh Hikaru.

semakin lama, senyuman itu akan semakin terlihat asli. karena Hikaru harus selalu menggunakannya.

"terima kasih ayah, atas semua kasih sayang yang selalu kau berikan padaku" seru Hikaru, semuanya terlihat terharu.

padahal semuanya kebohongan.

Kazuya hanya berdiri disana, hanya menatap dalam diam. semua akting dan kebohongan yang Hikaru buat.

Keluarganya buat selama ini.

hingga Kazuya mendekat, dan merangkul bahu Hikaru membuat semua orang terkejut disana, karena Hikaru dan Kazuya tidak pernah akur dan Kazuya sangat membencinya.

"Wah selamat Hikaru, apa kau bahagia?" tanya Kazuya seraya tersenyum.

Hikaru terdiam sejenak, sebelum memasang Senyuman lebar pada Kazuya. Kazuya berbisik padanya, dan membuat Hikaru tercekat.

"Berhenti berbohong Hikaru, kau terlihat sangatlah menyedihkan bodoh"

Siapa kau-?

beraninya mengatakan itu-?

apa yang kau ketahui-?

Kazuya hanyalah orang asing, kita berada dalam dunia yang berbeda.

Buk!

pertama kalinya Hikaru mendorong seseorang, Hikaru terdiam memegangi tangannya yang gemetaran.

Kazuya disana tersenyum.

Hikaru melirik ke arah belakang, tempat dimana orangtuanya. yang tadinya tersenyum kini memandangnya diam.

Hukumannya akan tiba.

dan Hikaru lah yang bersalah.

***


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C33
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login