***
Hikaru menatap kosong ruangan kamar yang menjadi kembali sepi. Kazuya tidak datang, karena sedang ujian dan Hikaru menyadari kalau suasananya menjadi lebih sepi dari sebelumnya. Dan seharusnya Hikaru sudah terbiasa dengan semuanya, Hikaru hanya diam. tidak ada yang bisa di ajak bicara, dan tidak ada siapapun di sekitarnya. Hikaru memegangi matanya yang tertutup perban, dan rambut hitamnya yang mulai memanjang. Hikaru menatap datar dengan kedua mata hitamnya ke arah bawah, dimana selimut putih yang selalu menutupi sebagian tubuhnya.
"...". Keseharian yang biasa, tidak ada yang tau betapa kesepiannya saat tidak ada seorangpun yang mengingatmu.
kau seperti dilupakan semua orang, dan tidak ada yang menginginkan mu.
Hikaru mengalami nya sejak Hikaru mulai menyadari, kalau kesehariannya selalu sama. berada di kamar yang sama, dan kecil. rumah sakit begitu hening, padahal kamar lainnya penuh dengan orang-orang yang berkunjung, dan Hikaru... sama sekali tidak ada.
tidak ada yang mengunjunginya. kamar yang selalu sepi. dan Hikaru sendirian.
hanya Kazuya yang terkadang mengunjunginya. itu pun hanya sebentar, karena Kazuya punya urusan lainnya. bukan hanya Hikaru. Hikaru hanyalah urusan sampingan, Hikaru tau dan Hikaru tidak mengatakan apapun. lagipula perlahan Hikaru terbiasa dengan semua kesendirian, dan selalu berbohong kepada Kazuya. bahwa dia baik baik saja, bahwa Hikaru seperti namanya adalah seorang yang ceria.
padahal Hikaru bahkan tidak merasakan apapun saat tersenyum. Hikaru tidak dapat merasakan apapun, seolah Hikaru mati rasa oleh kebahagiaan dirinya.
Hikaru kehilangan dirinya sendiri.
dalam kesendiriannya.
***
Hikaru membaringkan tubuhnya lagi, dengan rasa bosan yang seakan menyelimutinya. Hikaru menutupi dirinya dengan selimut putih, dan hanya menatap kosong ke arah jendela.
melihat ribuan burung yang berterbangan, dan orang-orang yang bercanda ria dengan yang lainnya.
sangat berbeda dengan dirinya.
srek...
pintu terbuka. Hikaru hanya menutup matanya, berharap waktu akan segera cepat berlalu. waktu yang seakan terhenti begitu lambat, Hikaru ingin waktu bergerak, dan kesehariannya akan berubah. Hikaru ingin bebas dari sini, dari kamar yang selalu sama. baju yang selalu sama, makanan yang selalu sama dan suasana yang selalu sama.
Suster datang. suster yang selalu diam, seolah menyembunyikan segalanya.
dibalik masker putih, dan rambut pirang nya yang menutupi semua wajahnya.
seolah dirinya tidak pantas untuk di lihat. Hikaru mengabaikannya. karena sejak awal Hikaru tidak punya hak untuk mengetahuinya, dia hanyalah suster.
tidak ada hubungannya dengan Hikaru.
namun Hikaru hanya diam, mungkin hanya dia yang mengetahui bahwa Hikaru tidak pernah tersenyum, tidak pernah sekalipun merasakan kebahagiaan. bahwa semua yang di tunjukkan nya hanyalah sebuah kebohongan belaka, kebohongan untuk membuat dirinya lebih baik. sebenarnya, Hikaru bahkan tidak mengetahui dirinya sendiri. sebenarnya siapakah dia-?
jawaban yang tidak akan terjawab.
Hikaru menyangka kalau suster itu sedang mengeceknya, memperbaiki infus yang menusuk tangan nya. rasanya sakit, mungkin tidak ada yang tau selain yang mengalaminya. saat jarum menusuk tangan, berhari-hari tanpa bisa sekalipun di lepaskan, saat bergerak jarum yang juga ikut bergerak dan membuat seluruh tangannya terasa sakit. mungkin tidak ada yang tau, selain yang mengalaminya. infus itu menyakitkan, Hikaru ingin lepas darinya. tapi tidak mungkin, sejak awal rumah sakit. Hikaru selalu memakai infus, yang awalnya terasa menyakitkan dan pada akhirnya Hikaru harus membiasakannya dan merasakan rasa sakitnya. padahal rasanya begitu sakit, hingga Hikaru ingin segera memotong tangannya agar tidak perlu memakai infusnya kembali.
agar tidak merasakannya lagi.
Hikaru membulatkan matanya saat merasakan tangan yang perlahan mengelus kepalanya dengan lembut.
"maaf Hikaru...maaf" seru suster itu, suara perempuan yang terdengar begitu merindukan dan sangat sendu.
terdengar suara isakan, Hikaru meliriknya, suster yang perlahan menunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya yang ber teteskan air mata. Hikaru merasakan nafasnya yang seolah mulai tercekat.
"kau ..siapa?" seru Hikaru. membuat suster itu terhenti, dia menatap ke arah Hikaru dengan wajahnya yang pucat.
Deg!
"kenapa kau menatapku seperti itu-?" seru Hikaru bangkit perlahan. mengabaikan rasa sakit ditangannya setiap kali dia bergerak.
suster itu mengeleng, mundur ketika Hikaru hendak menyentuhnya.
Bruk!
dia terjatuh, menabrak vas bunga hingga terjatuh. dengan wajah penuh ketakutan, kenapa dia takut padaku-?
"ke-", Deg! Deg!
mendadak nafasnya tercekat, rasanya begitu susah untuk bernafas sejenak.
pandangannya mengelap, dan mendadak semua rasa sakit seolah menyiksanya untuk segera hancur.
Hikaru gantian memegangi kedua sisi kepala nya yang terasa mau pecah.
Hikaru hanya bisa membuka mulutnya, tidak mengucapkan sepatah kata pun saat rasa sakit menyerangnya, seperti ada lelehan asam yang melelehkan kepalanya. Hikaru merapatkan kedua matanya, berusaha menahannya, semua ingatan yang semula hanya hitam.
mulai menghujaninya seperti sebuah suntikan yang tidak berakhir, Tangannya mencengkram erat kepalanya membuat infus yang menusuk tangannya mulai remuk dan melukai tangannya, Hikaru mengabaikannya. Baginya rasa sakit di kepala yang dirasakannya terasa jauh lebih menyakitkan. Hikaru merasa kepalanya akan meledek, Hikaru merasakan nafasnya yang mulai tidak teratur menunggunya untuk berhenti bernafas dan menyerahkan semuanya.
"Hikaru!, Hikaru!" panggil suster berusaha menyadarkan Hikaru, namun Hikaru tidak dapat melakukan apapun. dalam kesakitan itu, sebuah ingatan. bayangan hitam perlahan terlihat kepadanya, bayangan hitam yang sangat cantik dengan rambut panjang yang begitu mempesona. tersenyum kepadanya sebelum mendorongnya.
dia tersenyum kepada Hikaru. yang perlahan jatuh bebas dari ketinggian. Hikaru hanya menatapnya, bayangan hitam yang tidak mempunyai rupa.
"Hikaru... aku membencimu"
Deg!
Hikaru pingsan... sebenarnya siapakah dia--? Kenapa rasanya menyakitkan-?
***