Xie Xize mengangkat sudut bibirnya yang tipis, lalu sambil sedikit menoleh ia menatap Mo Yangyang. Melalui lensa matanya itu, Mo Yangyang bisa melihat mata Xie Xize yang seperti jurang, seolah-olah kedua mata itu bisa melahap segalanya.
Tanpa sadar Mo Yangyang melangkah mundur setengah langkah. Tiba-tiba ia merasa kulit kepalanya seperti mati rasa, dan entah kenapa kaki mulai terasa sakit.
Si mesum ini...
Jika dia tahu ada benihnya di dalam perutku, maka...
Mo Yangyang saat memikirkan hal ini, seketika bulu kuduknya langsung berdiri, semua ini terlalu mengerikan baginya.
Diam-diam Mo Yangyang menelan ludah lalu ia berkata, "Itu... Paman Kelima, aku pasti akan membantumu. Aku akan pergi mencari obat untuk temanku dulu. Selamat tinggal..."
Setelah selesai bicara, Mo Yangyang langsung berlari secepat yang ia bisa untuk hidupnya dan menghilang dalam sekejap mata.
Xie Xize sedikit menyipitkan matanya, ia pun sedikit mengangkat sudut bibirnya, kemudian ia melihat asistennya yang ada di sampingnya. Dengan cepat asisten itu pun segera pergi.
Mo Yangyang tidak jadi memeriksakan diri dan langsung bergegas keluar dari rumah sakit. Kini ia tidak peduli lagi dirinya hamil atau tidak, karena baginya yang terpenting saat ini adalah lari sejauh mungkin!
Mo Yangyang menghibur dirinya sendiri, ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dirinya hanya mendaftar dan mendapat nomor di bagian ginekologi dan belum bertemu dengan dokter. Kemungkinan yang ia lakukan ini tidak akan menjadi masalah dan Xie Xize tidak akan tahu, pasti tidak akan tahu...
Setelah ini pasti akan ada keluarga Mo yang mengejar Mo Yangyang. Jika ia tidak menguatkan hatinya, ia pasti akan menyerah. Sedangkan Xie Xize si harimau itu juga sedang membuka mulut menunggunya masuk ke kandangnya. Meski hidupnya akan berakhir, namun Xie Xize tidak ingin menyerah begitu saja.
Mo Yangyang berpikir bahwa dirinya tidak bisa tinggal di kota Xia lagi, bahkan saat mati pun ia tidak ingin mati di kota ini.
-
Setengah jam kemudian, Xie Xize meninggalkan rumah sakit setelah diantar oleh Kepala Rumah Sakit keluar.
Setelah naik mobil, Xie Xize bertanya kepada Asistennya, "Di mana dia?"
Asisten itu menundukkan kepalanya dan menjawab, "Tuan... Dia segera mengetahui keberadaan saya. Dia kabur dengan cepat, saya... Saya kehilangan jejaknya... Maaf, saya tidak akan mengulanginya lagi."
Xie Xize tidak berbicara apa-apa dan juga tidak memberikan respon apa-apa, namun Asistennya malah semakin merasa tertekan.
Setelah beberapa saat kemudian, Asisten itu mendengar Xie Xize berkata, "Dari kecil hingga besar sama saja, tidak pernah bisa menurut."
Suara Xie Xize begitu lembut, namun mampu membuat bulu kuduk Asistennya itu berdiri. Asisten itu tahu bahwa Bosnya tidak sedang bicara dengannya. Dalam hati Asistennya itu sebenarnya merasa sedikit bersimpati dengan Mo Yangyang.
Kemudian Xie Xize mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak seseorang, "Bawa dia ke labku malam ini."
Asisten itu seketika langsung terkejut saat mendengar Bosnya berkata seperti itu. Ia tidak hanya bersimpati dengan Mo Yangyang, tetapi juga ingin memberinya lilin.
Satu jam kemudian, Mo Yangyang mengirim pesan teks kepada Lan Dongzhi.
Mo Yangyang: [Dongzhi, jaga dirimu baik-baik.]
Setelah itu ia mematikan ponselnya dan mengambil kartu sim yang ada di dalam ponselnya. Lalu ia mematahkannya dan memasukkannya ke dalam toilet.
Pengumuman dari speaker menyambut penumpang dan memberitahukan bahwa penumpang sampai di stasiun Jinchuan...
...Selamat datang, lima tahun kemudian...
Di dalam laboratorium yang dinding yang putih dan suasana yang dingin, Mo Yangyang terpaku di meja operasi dengan perjuangan tidak berguna.
Saat itu Xie Xize mengenakan jas berwarna putih, dengan sepasang kacamata berbingkai emas di pangkal hidungnya. Pria itu berdiri di depan Mo Yangyang melawan cahaya, ia terlihat bersih dan bebas dari debu. Ia seperti malaikat dan iblis. Bibirnya sedikit terangkat, dan terlihat sempurna tanpa celah.
Xie Xize memegang pisau bedah tajam di tangannya sembari berkata, "Jangan takut, kamu hanya patah kaki, rasanya tidak sakit."
"Bagian mana yang harus dimulai lebih dulu?"
Mo Yangyang menggelengkan kepalanya dengan kencang, "Tidak mau, aku tidak mau menjadi lumpuh. Paman Kelima, aku tidak sengaja. Aku benar-benar salah orang..."
Xie Xize tidak mendengar permohonan dari Mo Yangyang, "Mungkin kaki kanan? Kurasa boleh juga!"
Xie Xize mengangkat pisaunya dan Mo Yangyang berteriak, "Tidaaakkk..."
Teriakan Mo Yangyang terdengar begitu menderita, ia pun langsung terduduk dengan wajah pucat. Pupilnya mengerut dengan wajah penuh dengan kepanikan.
"Mama kenapa?" Suara anak kecil yang lembut memanggil Mo Yangyang yang tersadar kembali dari ketakutan.
Kemudian Mo Yangyang menoleh dengan melamun, dan penglihatannya yang semula kabur kini menjadi jelas.
Wajah bulat dengan pipi merah muda, mata hitam besar seperti anggur hitam, kakinya yang kecil. Anak itu mencoba mengangkat kepalanya, Latiao kecil menarik pakaian Mo Yangyang.
Mo Yangyang menarik napas dalam-dalam, lalu ia memeluk anak itu dan menggosokkan kepalanya ke tubuh kecil anak itu.
"Aku terkejut sekali. Syukurlah, itu hanya mimpi buruk. Aduh... Mama baru saja bermimpi tentang monster. Sekarang Mama masih sangat ketakutan. Mama butuh ciuman dari Latiao supaya Mama membaik."
Latiao mendorong wajah Mo Yangyang supaya menjauh darinya, "Haha..."
Tingkah Latio yang seperti ini terlihat sangat menggemaskan, seperti boneka salju. Apalagi dibesarkan Mo Yangyang, anak ini malah semakin gemuk. Fitur wajahnya yang tampan dan sempurna itu masih tetap populer di kalangan masyarakat.
Anak itu mendorong wajah Mo Yangyang menjauh dan melangkah mundur untuk merapikan jaket telinga kelincinya. Kemudian anak itu mengangkat kepalanya dan berkata, "Nona Han Yangyang, tolong dewasa sedikit, aku sama sekali tidak menyukai wanita yang masih kekanak-kanakan."
"Dan juga, jangan panggil aku Latiao lagi. Jika memanggilku seperti itu lagi, aku akan membuat perhitungan untukmu."
*Latiao adalah stik pedas dengan tekstur agak lembek, camilan Tiongkok yang populer.
Mo Yangyang mengubah nama keluarganya untuk menghindari Xie Xize. Sekarang ia bermarga Han.
Saat dipanggil namanya seperti ini, tiba-tiba ekspresi wajah Mo Yangyang terlihat sedih, "Latiao, saat Mama masak makan malam tadi, tangan Mama terkena panas, rasanya sakit sekali."
Mo Yangyang berbicara sambil mengulurkan tangan kirinya. Di punggung tangan yang putih seputih salju itu ada sedikit merah yang tidak terlalu mencolok.
"Kamu... Bodoh." Kata Latiao dengan wajahnya yang menggemaskan.
Kemudian anak itu berbalik untuk mengambil salep melepuh. Lalu Mo Yangyang dengan senang hati mengulurkan tangannya dan menunggu putranya datang untuk mengoleskan salep padanya.
Lima tahun yang lalu, setelah kabur dari rumah sakit, Mo Yangyang langsung berlari ke stasiun kereta api dan membeli tiket kereta tercepat untuk berangkat ke manapun tujuan keretanya. Ia bahkan tidak membawa koper atau benda apapun dan langsung naik kereta begitu saja.
Mo Yangyang tidak bisa terus tinggal di kota Xia, karena keluarga Mo mencarinya, bahkan Xie Xize juga sedang memburunya.
Mo Yangyang ingin menunggu kematian dengan tenang. Tapi siapa sangka, setelah lima tahun berlalu, ia bahkan melahirkan anak laki-laki dan dirinya masih tetap hidup. Ia harus banyak bersyukur kepada Tuhan.
Tangan Latiao yang kecil dan gemuk itu mengoleskan salep ke tangan Mo Yangyang yang merah karena terkena panas, kemudian ia bertanya, "Di mana lagi?"
Mo Yangyang memegang dadanya sembari berkata, "Hati Mama sakit, Mama perlu ciuman dari Latiao."
Kemudian Latiao pun berbalik, "Kekanak-kanakan sekali."
"Jangan begitu, beri Mama ciuman supaya Mama tidak malu."
Latiao mengabaikannya dan mengambil remote control untuk menyalakan TV. Melihat tindakan Latiao yang seperti itu kepadanya, Mo Yangyang sengaja mengerucutkan bibirnya.
Saat ini bahkan Mo Yangyang sendiri heran dengan apa yang terjadi. Setelah meninggalkan kota Xia, ia seperti kembali mendapatkan keberuntungan. Awalnya Mo Yangyang membeli tiket kereta untuk pergi ke bagian Selatan yang jauh dari kota Xia, tapi ia malah turun di kota Jinchen yang dekat dengan kota Xia.
Dengan sisa uang yang ia miliki, ia menyewa sebuah kontrakan kecil dan menunggu kematian. Tapi, saat itu perutnya semakin besar, dan anak yang ia lahirkan juga tidak mati. Kemudian, ia pergi untuk memeriksakan diri. Saat itu dokter berkata, bahwa ia tidak menderita kanker sama sekali.
Mo Yangyang merasa sangat senang. Meskipun Ayah dari anaknya adalah orang yang sangat mengerikan, tapi putranya memberikan keberuntungan bagai bintang-bintang kecil yang menyinari di malam hari.
Lima tahun telah berlalu, mereka berdua hidup di kota Jinchen dengan baik dan damai. Baik keluarga Mo ataupun Xie Xize, mereka semua tidak ada yang mendatangi Mo Yangyang.
Seperti mimpi buruk barusan, Mo Yangyang sepertinya sudah lama tidak mimpi demikian. Setelah mengingat kembali mimpi itu, sampai sekarang pun jantungnya masih berdetak lebih cepat.
Bertahun-tahun telah berlalu, tapi ketakutan Mo Yangyang terhadap Xie Xize masih mengakar dengan kuat di dalam hatinya. Harapan terbesar Mo Yangyang saat ini adalah bisa hidup dengan aman dan stabil. Ia tidak ingin siapapun mencoba mengganggu kehidupannya dan putranya!
Satu-satunya hal yang buruk adalah... Putranya terlalu pintar, anak itu mewarisi IQ dan ketampanan ayahnya. Untuk membuat putranya tidak terlihat seperti Ayahnya, Mo Yangyang memberinya makan yang banyak. Sehingga badan anak itu menjadi gemuk. Latio yang gemuk akhirnya tidak terlalu mirip dengan Xie Xize.
Saat memikirkan hal ini, Mo Yangyang tiba-tiba mendengar suara seseorang yang bicara di TV.
"Doktor Xie Xize dan timnya telah menggunakan teknologi biogenetik untuk mempelajari obat-obatan yang efektif untuk orang yang punya penyakit jantung. Grup Xuanze juga mengalami kenaikan tajam dalam harga saham. Doktor Xie sebagai orang terpilih tahun ini..."
Tatapan mata Latiao langsung tertuju pada orang yang mempesona di TV. Mo Yangyang yang melihat pria di TV itu pun tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat daripada sebelumnya, kemudian ia buru-buru berkata, "Latiao, menonton kartun Peppa saja, acara yang ini tidak asyik."
"Apa Mama tidak merasa dia sangat keren?" Tanya Latiao dengan wajahnya yang gemuk.
Kemudian Mo Yangyang bertanya dengan hati-hati, "Apakah kamu... Menyukainya?"
"Aku tidak menyukainya. Dia bukan Papaku, buat apa aku menyukainya?" Jawab Latiao sambil menggelengkan kepalanya.
Você também pode gostar
Comentário de parágrafo
O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.
Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.
Entendi