Sorenya.
"Mau ikut dengan ku ke pelelangan barang antik Hajin?" Bu Mu mengajak
"Eh anda menyukai hal seperti itu bu?"
"Aku menyukainya sejak lama, namun jarang ku perlihatkan, aku mengkoleksinya di rumah, jika mau lihat datang saja"
"Emm, lebih baik tak usah bu, tapi karena ini lelang pertama ku, aku mau ikut"
"Baiklah, kalau begitu masuk mobil ku saja, tempatnya lumayan jauh, hemat lah bensin mu"
"Baiklah bu"
.
Ku kira aku yang menyetir, ternyata kami berdua duduk di belakang dan ada sopir di depan.
Ini bisa jadi masalah jika ketahuan orang rumah, bisa bisa aku di anggap selingkuh dari Wanqiu.
Tapi semoga saja tak ada yang lihat.
.
.
Tempat Pelalangan nya ada di aula hotel bintang lima di pusat kota Beijing.
Masuk di tempat lelang pun harus pakai undangan, ada Bu Mu yang bawa jadi aku bisa masuk.
Duduk di kursi VIP bersamanya.
"Hajin?" Pak Direktur (Dari CCTV)
Mendengar nama ku di panggil aku pun menoleh.
Aku agak kaget sebab kami sudah lama tak bertemu.
"Pak Direktur, eh maksud ku Pak Gu" Salam ku
"Kamu ikut lelang juga ternyata, eh eh dan bersama dengan bu Direktur cantik CGTV, katakan padaku Hajin, kamu menggunakan trik apa untuk mendekatinya" Pak Gu
"Aku hanya di ajak pak, karena ini lelang barang antik, aku mau coba lihat sekali setidaknya"
"Oh jadi bukan calon istri barumu?"
"Pak, jangan buat saya marah dengan kata kata anda"
"Tak perlu malu, sudahlah nikmati waktu bersama mu dengannya"
.
"Dia memang pria buruk, pengganggu wanita cantik adalah julukannya ketika di tempat lelang" Bu Mu
"Hah? Aku baru tau ada julukan seperti itu, kukira dia itu cuma buruk pada bawahannya saja, ternyata sifatnya asli memang buruk juga ya"
"Sangat buruk, sudahlah jangan membicarakannya, segera duduk sebab lelang akan segera di mulai"
"Baik bu"
.
.
Malam para peminat barang antik, malam ini saya akan membuka lelang untuk beberapa barang antik yang ada di belakang saya.
Sebelumnya perkenalkan saya Ji Jimin, saya akan memandu acara lelang pada malam ini, tak perlu berlama lama lagi, mari mulai dengan barang yang pertama.
Dua pelayan membawakan barang antik menuju panggung.
Barangnya adalah Guci keramik dari tahun 640 m.
"Guci keramik yang mempunyai nilai sejarah... " Jimin menjelaskan sedikit
"Mari kita mulai dari harga 50 rb yuan"
"Hah?" Aku kaget sebab harganya kok gak ngotak begitu, memang benar itu ada nilai sejarah namun nyatanya bukannya itu hanya guci untuk tempat air
"Pembukaan harga yang murah, kamu kaget ya pasti guci sebagus itu dimuali dengan nilai rendah, tapi simpan ke kagetan mu" Bu direktur bilang padaku
"Bukan seperti itu bu"
"60 rb"
"70 rb"
"100 rb"
"140 rb"
"180 rb"
"200 rb"
Penawaran terus naik dan aku tambah kaget lagi.
Bagaimana bisa guci yang dulunya dibuat dari tanah bisa dihargai lebih dari 200 rb yuan!! (Aku tak habis pikir sumpah)
"400 rb" Bu Mu Qianxue mulai ikut menawar
Tapi tawarannya langsung dua kali lipat dari yang terakhir.
"Aku merasa kecil di sini" Batin ku
Sebab ku kira dengan harta ku yang sampai 10 juta lebih sudah banyak, nyatanya orang bisa keluar uang dengan mudah di sini, kurasa disini bukan tempat ku seharusnya.
"410 rb" Pak Gu menawar
"450 rb" Bu Mu membalas
"460 rb" Pak Gu
"500 rb" Bu Mu
"510 rb" Pak Gu masih santai
"Astaga itu orang sangat membuat ku kesal" Bu Mu
Sementara di tempat duduknya Pak Gu, dia tersenyum meremehkan.
"Apa ada yang lebih tinggi dari 510 rb yuan?" Jimin selaku pemimpin lelang tanya
"550 rb" Bu Mu masih mencoba
"560 rb" Pak Gu enggan melepaskan
Kurasa ini bukan soal harga yang membuat Pak Gu menawar, tapi ini lebih untuk membuat Bu Mu merasa kesal.
"570 rb ada yang menawar?" Jimin tanya
"Tidak ada? Kalau begitu satu dua tiga"
Tok tok tok palu di ketuk pertanda lelang berakhir.
"Selamat kepada Pak Gu memenangkan lelang Guci..... "
.
Bu Mu sudah kesal.
Barang kedua masuk.
Sebuah seduh teh satu set dari Dinasti Xia, sebuah teko dan cangkir yang terbuat dari batu giok hijau pekat.
"Mari kita mulai dari harga 500 rb yuan dengan kelipatan 50 rb yuan"
"550 rb"
"600 rb"
"650 rb"
"750 rb"
"850 rb"
"950 rb"
"1,1 juta"
"1,2 juta"
Aku sudah tak kuat mendengar ini, disini memang bukan seharusnya aku berada.
Diam saja dan mendengarkan.
.
.
10 barang antik telah keluar.
Bu Mu hanya mendapatkan satu, 7 barang didapatkan Pak Gu, sisanya di miliki konglomerat lain.
Sewaktu kembali ke kantor, Bu Mu marah marah karena kelakuan Pak Gu yang menyebalkan baginya.
Aku tetap diam sampai kantor.
"Maaf ya kamu jadi kurang menikmati acara lelang tadi karena aku marah marah terus, lain kali pasti tak akan terulang"
"Em baik bu, tapi saya tak enak jika ikut lagi, disana bukan tempat ku, aku tak punya uang juga jika disana"
"Kalau begitu kamu harus segera cari uang yang banyak, percayalah padaku barang antik itu untuk investasi sangat cocok"
"Baik bu akan saya pikirkan dulu"
"Kalau begitu aku kembali dulu, kamu hati hati di jalan"
"Baik bu"
.
Jam 10 malam aku baru sampai rumah.
Yang piknik sudah pulang sejak sore tadi.
.
"Suami kenapa kamu pulang larut, apa projectnya sudah di mulai?" Wanqiu tanya
"Belum, aku pulang larut karena di ajak bu Mu ke tempat lelang barang antik, aku menemaninya sampai acara selesai"
"Bu Mu bos mu itu?"
"Iya yang itu"
"Kamu sebaiknya jaga jarak darinya, dia itu seperti lintah yang bisa nempel kapan saja, dia sudah berumur namun belum menikah, kamu harus waspada suamiku"
"Kenapa waspada, mana mungkin juga dia akan jatuh cinta padaku, aku tak setara dengannya"
"Ini bukan kesetaraan soal harta, tapi rasa menyukai dan kamu juga jaga mata mu itu, bu Mu termasuk wanita sangat cantik"
"Wanqiu apa kamu khawatir suamimu ini selingkuh?"
"Tidak, aku hanya berjaga jaga saja"
"Jangan khawatir, aku tak akan pernah selingkuh, aku sudah cukup punya istri kamu, cantik dan emm"
"Dan apa?" Wanqiu
"Kamu perlu diet sayang, badan mu melebar lagi"
"Kamu masalah kalau aku gendut?"
"Tentu saja, kamu lebih cantik ketika langsing, aku lebih suka melihat mu begitu"
"Kebanyakan maunya kamu, pasti ujung ujungnya minta jatah"
"Hehe ya kan barang bagus tak baik hanya di pandang, jika bisa di pegang kenapa tidak"
"Hiii otak mu mesum"
.
Paginya.
Aku siap siap pergi ke SMP untuk cari pemeran utama ketika masih remaja.
Siapa tau ketemu dan aku bisa menyewanya dengan bayaran murah.
.
Pergi ke SMP plosok Beijing, sebab ku pikir ada hiden gem di sana.
SMP Jujin.
Masuk sebagai wartawan.
Keamanan belum ketat jadi aku bisa masuk dengan leluasa di area sekolah, namun tidak dengan ruang kelas.
.
Amati dengan duduk di bangku taman bersama dengan penjual makanan ringan.
Yang ku cari adalah siswa, yang tingginya normal, punya wajah tampan dan suaranya tidak cempreng.
Satu jam mengamati tak ada yang bisa ku peroleh.
.
"Pak beli minum es tehnya satu" Aku haus jadi beli minum dulu
"Oke tunggu sebentar"
Harganya 6 sen.
.
Beli kue kacang dua biji harganya 10 sen.
Kembali duduk dan makan.
.
Tempat duduk ku tadi sudah di isi oleh seorang siswa.
"Oi nak apa yang kamu lakukan di sini, bukannya kelas sudah di mulai?" Aku tanya sebab 15 menit lalu bel masuk sudah bunyi
Dia diam tak menjawab sepertinya dia sedang banyak pikiran.
"Hey tatap aku, aku sedang bicara padamu" Ucap ku lagi
Dia menatap ku dengan pandangan lelah dan pipinya agak lebam.
"Kamu baik baik saja? Apa kamu korban pembulian?"
"Jangan pedulikan aku pak, jika mau duduk, anda duduk saja" Balasnya
"Ya sudah kalau tidak mau ku tanyai"
.
Aku duduk di sampingnya.
Makan kue kacang ku dan minum es teh.
Kruk kruk kruk.. Suara perut kelaparan, bukan dari ku tapi dari siswa sebelah ku.
Ku beri dia satu kue kecang ku.
"Makanlah, kamu kelaparan apa tidak sarapan?"
Dia ingin menerima namun dia malu sebab tak mungkin menerima dari orang yang tak di kenal.
"Makanlah, tangan mu gemetaran itu"
Dia langsung menyembunyikan tangannya yang gemetar.
"Terima ini nak, jangan segan jangan malu, jika kamu kesusahan maka terimalah bantuan dari orang lain"
Dia menerimanya namun agak canggung.
"Terima kasih" Balasnya dengan tulus
.
Dia memakan dengan perlahan.
"Katakan padaku kenapa kamu bolos kelas dan dari yang ku lihat kamu seperti punya banyak masalah" Aku tanya
"Anda ingin mendengar cerita ku?" Balasnya
"Katakan saja, toh aku di sini masih lama"
"Nama ku Ge Huping sebelumnya, aku bolos karena aku di kurung di kamar mandi tadi oleh teman ku... "
"Stop di situ, kamu menganggap yang mengurung mu sebagai teman? Otak mu tidak korslet?"
"Mereka teman sekelas ku"
"Stop stop stop, jangan menganggap pembuli teman, mereka itu musuh mu bukan teman mu"
"Tapi mereka sekelas dengan ku"
"Kamu ini orang ngeyel an, lanjutkan cerita mu dulu kalau begitu"
"Aku sebenarnya anak yang disiplin, berangkat sekolah jam 7 sampai sekolah, selalu membantu regu piket tiap hari, namun hari ini karena ada masalah di rumah aku datang agak terlambat, jadi aku tak sempat piket kelas, mereka langsung membawa ku ke toilet sekolah"
"Jangan cerita lagi, intinya kamu di buli kan"
"Iya"
"Kamu kenapa diam di sini dan tak pergi ke ruang guru untuk melapor?"
"Sekolah ku masih berharga tuan, pernah ada yang melapor atas tindakan mereka namun bukannya mereka yang di hukum tapi yang melaporkannya lah yang kena sanksi, dia dikeluarkan dari sekolah"
"Lah kok bisa?"
"Salah satu dari pembuli itu, ayahnya bekerja di urusan pemerintahan, katanya dia selalu memberikan donasi pada sekolah ini"
"Oh aku paham sekarang, guru guru melindungi pembuli karena masalah uang ternyata"
"Anda benar, aku lelah begini terus, namun aku masih menyangkan jika tidak sekolah aku mau jadi apa di masa depan, ibuku kerja di ladang dan sekarang tengah jatuh sakit"
"Oke ini berhubungan, apa alasan mu telat karena ibumu?"
"Jangan berkata buruk begitu tuan, aku anak yang berbakti, aku tak pernah telat dengan alasan ibuku, di rumah aku hanya merawat ibuku, terlambat ku bukan karena itu, tapi karena aku kurang pagi bangunnya" Dia menceritakan sambil menangis
"Kenapa kamu menangis sekarang coba"
"Di Rumah kami kekurangan uang, ibuku yang sakit tetap nekat bekerja dan aku di suruh tetap untuk sekolah, namun ketika di sekolah kehidupan buruk harus ku alami"
"Dimana ayah mu?"
"Dia sudah lama meninggal, hanya tinggal kami berdua"
Dia mengusap air matanya ketika melihat padaku.
"Maaf aku pria namun terus saja menangis, ini sungguh tidak sifat pria"
Usap usap dan usap.
"Tunggu sebentar!!"
"Kenapa tuan?"
Ku usap rambutnya yang berponi itu.
Usap ke kanan kiri bawah dan atas.
Dia ternyata tampan!
.
Ku tepuk pipinya pelan.
"Kamu sepertinya cocok" Ucap ku
? Dia tampak bingung
"Kamu punya masalah keuangan di rumah bukan, aku bisa membantu mu asal kamu mau membantu ku"
"Berapa yang bisa anda bantu, obat tebus ibuku 20 yuan, apa anda bisa memberikan segitu?"
"Tergantung, kinerja mu, tapi sebelumnya aku mau memberikan tes dulu padamu"
"Tes apa?"
"Acting"
?
"Kamu cobalah berakting di depan ku, jika kamu lolos tes ku kamu akan ku berikan deposit 20 yuan dulu sesuai tebus obat ibumu"
Huping semangat.
"Katakan acting seperti apa tuan"
"Kamu sudah pernah berakting sebelumnya?"
"Belum"
"Sudah ku duga"
"Coba dulu tuan, saya sangat membutuhkan 20 yuan itu!"
"Oke oke, sekarang cobalah berakting menjadi seorang penjual permen dan ada pembeli wanita muda yang datang"
Huping tak terlalu paham namun dia mencoba dengan membayangkan dulu adegan yang di harapkan seperti apa.
Seseorang penjual permen gulali dan ada anak perempuan yang ingin beli.
.
Tangan Huping bergerak seperti penjual permen yang sedang membentuk permen gulali nya.
"Halo nona cantik, seperti biasa atau mau bentuk lain?" Huping melihat ke arah kosong namun aku bisa melihat bayangan seorang wanita muda di depannya.
.
.
(Dialog kosong namun jika di bayangkan, "aku mau beli yang berbeda paman, beli yang bentuknya besar, emm gajah apa bisa?")
"Oh mau bentuk gajah itu mudah, baiklah tunggu sebentar, lihat lihat dulu boleh, siapa tau beli yang lain, tar aku beri bonus beli 2 gratis satu"
(Dialog kosong)
.
.
Aku tersenyum ketika actingnya telah selesai.
Dia anak yang berbakat walaupun perlu latihan sedikit soal suara di keras atau lembutnya.
Untuk urusan pandangan mata dan postur tubuh, ku akui dia melakukan dengan baik sama persis dengan penjual permen asli.
"Apa saya lolos tesnya tuan?"
"Panggil aku Pak Hajin mulai sekarang, kamu lolos tes dariku, sebelum aku memberikan 20 yuan padamu, katakan dulu padaku apa kamu ingin lebih dan membantu ibumu dalam hal keuangan?"
"Saya bisa mendapatkan lebih pak Hajin?" Huping kaget
"Satu bulan dan kamu akan ku beri uang 5000 yuan"
Huping melongo kaget
"5000 tapi di potong biaya latihan vokal dan acting, jadi kemungkinan yang kamu terima hanya tinggal 3000 sampai 4000 saja"
"Ini bukan penipuan kan?"
"Bukan tentu saja bukan, katakan di mana rumah mu, biar aku bilang pada ibumu secara langsung sebagai wali mu"
"Tapi sekarang masih jam sekolah"
"Kalau tidak bisa ya sudah, aku akan pergi saja"
"Ehh jangan, tunggu sebentar aku mau ambil tas ku di kelas"
"Baiklah kamu punya waktu 10 menit"
Huping langsung lari ke kelasnya.
.
Ada guru yang mengajar di dalam dan Huping langsung minta izin.
"Saya ada acara keluarga pak guru, jadi hari ini saya mau izin tak ikut pelajaran"
Guru belum memberi izin, tapi Huping sudah pergi.
.
Tepat 10 menit Huping kembali padaku.
"Sebelum pulang bisa berikan 20 yuannya pak Hajin, sekalian mampir beli obat dulu"
"Oke"
.
Mampir ke apotek (apoteknya di depan sekolah) dan beli obat, entah apa yang di belinya namun 20 yuan itu besar untuk beli obat, mungkin penyakit ibunya lumayan parah.
"Sudah pak Hajin, sekarang mari pergi ke rumah ku"
.
.
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação