Baixar aplicativo
50.91% Re Life In Anime World / Chapter 138: 138.) Minimum

Capítulo 138: 138.) Minimum

Jam 10 malam

"Hey Haruka kun mau tidur jam berapa kita, jangan di masukin terus" ucap Saki

"Sebentar lagi, baru juga mulai 30 menit yang lalu"

"Itu sudah lama, ayo tidur sekarang, agar besok tetap fit" ucap Saki

"Tunggu sebentar lagi, belum puas aku ini"

"Ihhh buruan, aku sudah lelah"

.

Jam 11 Malam kegiatan baru selesai.

Saki sudah tidak bertenaga.

"Mau langsung tidur?" tanya ku

"Iya langsung tidur saja, aku sudah tidak ada tenaga untuk bergerak"

"Baiklah, sini ku peluk"

"Umm"

.

Selasa 25 Agustus, pukul 6 pagi.

"Ayo Saki chan kita sepeda santai" ajak ku sekaligus membangunkannya

"Kamu sendirian saja atau ajak Rin chan, aku mau masak sarapan dengan ibu"

"Ya sudah sendirian saja" ucap ku

"Sana sana, hati hati di jalan ya"

"Iya iya" balas ku

.

Saat sepeda santai, entah kenapa aku ingin bermain sepeda, bersepeda ke taman, ataupun ke tempat lainnya.

30 menit berlalu.

Aku istirahat sebentar di dekat vending mechine.

"Baik pesan jus jeruk" ucap ku lalu memasukan uang 500 yen

Ku pencet tombol jus jeruk, satu kaleng langsung turun.

Kring!!

Kembalian juga ikut turun.

Ku duduk sambil minum.

.

Pandangan ku teralihkan oleh sesuatu yang sangat menarik.

Ku datangi belakang mesin minuman itu.

Ku jongkok.

"Halo kawan kecil" ucap ku pada manusia mini

"Jangan takut aku tau dirimu" ucap ku padanya karena mencoba bersembunyi

"Nama mu siapa?" tanya ku

"Nishikujou Akira" balasnya

"Astaga dari manga Minimum" pikir ku

"Mau minum?" tanya ku

"Jangan harap ya aku minum dari bekas mu!"

"Hahaha sesuai dengan aslinya ia judes saat bicara" ucap ku dalam hati

"Boleh ku pegang tubuh mu?" tanya ku

"Tidak"

"Jika boleh nanti ku belikan minum terserah padamu"

"Baik deal"

Ku pegang tubuhnya, ku rasakan dada kecilnya.

"Hey hey pegang apa kamu, itu juga bagian dari wanita loh!"

"Sebentar aku mau merasakan apa kamu punya jantung"

"Tapi Ahhh tangan mu menggesek gesek di sana!"

"Maaf tahan sebentar ya" ucap ku

.

"Hmm tidak ada detak jantung, sepertinya ia baru keluar dari game" pikir ku

"Baiklah sudah, sekarang kamu mau minum apa?" tanya ku sambil memperlihatkan mesin minuman kaleng

"Yang jus mangga"

"Oke akan ku belikan"

.

Ku beli lalu ku ambilkan sedotan, kalengnya ku taruh di kursi sementara Akira ku taruh di atas kaleng.

"Kamu tinggal di sini sejak kapan?" tanya ku

"Sejak kemarin"

"Asal mu dari mana?"

"Entahlah, aku sebenarnya berasal dari kota Tumsik tapi sepertinya di sini tidak ada nama kota seperti itu"

"Adanya Tomsik, itupun di Rusia" balas ku

"Maka dari itu mungkin saja kota asal ku tidak ada"

"Kamu bisa loh Haruka memberikan kehidupan padanya dengan biji kacang tadi" ucap peri baik

"Benarkah?" tanya ku

"Yap benar" balas peri baik

"Tapi untuk apa aku menolongnya, ia belum tentu berguna untuk ku"

"Ya aku hanya memberi tau khasiat biji bisa bekerja untuknya" kata peri baik

"Oke oke"

Ku telepon Saki.

"Halo Saki chan, apa kamu perlu asisten rumah tangga?" tanya ku

"Tidak terlalu, namun jika ada aku juga tidak menolak"

"Baiklah akan ku berikan satu mau tidak?" tanya ku

"Baik, kapan datangnya?"

"Sebentar, nanti akan ku infokan lebih lanjut"

"Ok, kamu segera pulang, jam 6.45 sarapan telah siap"

"Oke"

.

"Hey Akira mau ku jadikan manusia seutuhnya?" tanya ku

"Jika bisa tentu saja aku mau"

"Tapi kamu harus memberikan hidup mu untuk melayani keluarga ku, entah kamu punya anak silsilah keluarga mu akan tetap melayani keluarga ku, tenang semua itu akan ku gaji juga"

"Boleh sekolah juga?"

"Tentu saja boleh"

"Baiklah ku terima persyaratan mu, tapi bagaimana cara mu mengubah ku jadi manusia?" tanya Akira

"Nanti di rumah ku, aku perlu kontrak dulu agak perjanjian kita mengikat bukan hanya omongan tapi secara hukum"

"Baik aku paham, sekarang dimana rumah mu?"

"Kamu masuk kantung ku saja sini"

"Baiklah tapi kamu tidak berbohong kan?"

"Tidak 100% aku jujur padamu"

"Oke aku ikut"

.

Aku kembali ke rumah membawa manusia kerdil itu.

Di depan rumah.

"Kamu tunggu sebentar di sini, biar ku ambilkan pakaian"

"Oke" balasnya sambil duduk di bangku taman

.

Ku bawa baju dan celana ku, lalu kembali.

"Ikut dengan ku ke kamar mandi belakang" ucap ku padanya

"Baiklah"

Di kamar mandi belakang.

"Kamu masuk, lalu makan ini (kacang tadi), ingat habiskan dan jangan jijik, semoga berhasil" ucap ku

"Ini beneran hanya makan kacang?"

"Iya beneran"

.

5 menit ku tunggu di luar.

"Wahhh ini berhasil lihat diriku" ucap Akira membuka pintu sambil telanjang

Ku tutup pintunya langsung.

"Pakai pakaian yang ku berikan Akira, jangan tunjukkan tubuh telanjang mu, aku sudah berkeluarga"

"Oh begitu rupanya, maaf maaf aku akan mengenakan pakaian sekarang"

.

5 menit kemudian ia keluar dari kamar mandi.

"Baiklah mari masuk ke dalam rumah, ikuti aku"

"Baik Haruka sama"

"Hmm panggilan sama boleh juga" pikir ku

.

Di dalam rumah.

"Ini asisten barunya?" tanya Saki

"Yap ia bahkan berjanji akan melayani keluarga kita sampai keturunannya lahir" ucap ku

"Siapa nama mu?" tanya Saki ke Akira

"Nishikujou Akira nyonya"

"Mana barang bawaan mu?"

"Aku tidak punya, pakaian saja aku baru di berikan Haruka sama"

Saki menarik mu menjauh darinya.

"Kamu yakin merekrutnya?" tanya Saki

"Yap ia sepertinya orang yang tepat janji, mumpung ia tak punya keluarga dan tak punya tempat tinggal, biar ia kerja di sini" balas ku

"Tapi ia cantik loh"

"Memangnya kenapa? Kamu takut aku di rebut?" tanya ku

"Iya lah kamu serigala begitu"

"Aduh kok sakit ya di katain istri sendiri"

"Makanya jangan jadi serigala, ia akan ku terima asal kamu dilarang ada kontak fisik denganya"

"Hey kok berat begitu syaratnya"

"Tuh baru ku berikan syarat kamu sudah tidak terima"

"Baiklah baik ku terima syarat mu sayang" balas ku

"Oke"

Kami kembali ke Akira.

"Kamu ku terima sebagai asisten rumah tangga, tapi kamu di larang melakukan kontak fisik dengan suami ku Haruka ini paham?"

"Paham nyonya, apa tugas ku pertama?" tanya Akira

"Tugas mu makan saja dulu bersama kami, mari, nanti setelah sarapan kamu urus rumah, mulai dari mencuci piring, menyapu, intinya membersihkan rumah, urusan taman di halaman urus 1 kali seminggu saja, untuk kamar kamu akan ku antarkan nanti, nama ku Saki, di sini ada ibuku Namanya Nihara, lalu ada anak kecil adik ku namanya Rinko, panggilannya Rin chan"

"Baik saya paham Saki sama" ucap Akira sopan

"Tidak perlu terlalu sopan, panggil saja dengan san yang penting itu perilaku mu bukan hanya manis di mulut" ucap Saki

"Baik Saki san saya paham" ucap Akira

.

Jam 6 50 kami sarapan bersama.

"Ini asisten barunya Saki chan?" tanya ibu di meja makan

"Iya ibu, namanya Akira, tidak masalah kan ia ikut makan bersama kita?"

"Tentu saja boleh, Akira chan berapa umur mu?" tanya ibu

"17 tahun, Nihara sama"

"Oh sudah kelas 3 SMA harusnya ya, kamu akan menginap di sini kan?" tanya ibu

"Benar Nihara sama, saya akan tinggal di sini"

"Urusan sekolah mu?"

"Sekolah bisa saya pikirkan nanti, yang terpenting ada kerja dulu"

"Eh tidak boleh, kamu sebentar lagi lulus SMA, harus sekolah apa pun yang terjadi" ucap ibu

"Tapi saya masih belum ada biayanya juga"

"Haruka kun kamu bisa urus sekolahnya Akira bukan?" tanya ibu

"Bisa ku atur ibu" ucap ku

"Tuh dengar Akira chan, sekolah dulu buat pintar dirimu minimal sampai lulus SMA agar tidak menyesal di hari tuanya paham"

"Saya paham Nihara sama"

"Kakak nama ku Rinko Yoshida salam kenal" ucap Rin

"Salam kenal Rinko chan, aku Akira Nishikujou" balasnya

.

Selesai makan Akira langsung membantu ibu dan Saki membereskan piring, sekalian tanya tanya tugasnya.

Sementara Rin chan sedang belajar bersama ku.

"Kamu sudah belajar banyak, apa tidak kebanyakan ini untuk pelajar tk Rin chan?" tanya ku

"Tidak, kak Saki kata kakak malah belajar lebih seperti belajar bahasa saat kecil" ucap Rin chan

"Itu beda cerita sayang, kakak dulu berusaha keras karena kewajiban"

"Maka aku juga akan menjadikan belajar ku kewajiban juga"

"Hadeh, baiklah sekarang kakak tanya 23 - 3 berapa?"

"20" jawab Rin chan cepat

"3 kali 5"

"15, kakak berikan pertanyaan yang lebih susah, yang jawabannya sampai ratusan atau ribuan"

"Kamu sudah sampai sana?" tanya ku kaget

"Yap aku suka berhitung, aku ingin membantu ibu dengan pekerjaannya"

"Hmm baiklah, 15 kali 15"

"225, kakak yang susah, perkalian 5 itu berpola semuanya"

"Astaga nih bocah sudah tau seperti diriku saat kecil"

"Baiklah akan kakak berikan pertanyaannya 1 triliun nolnya berapa?"

"Emmm angka triliun itu setelah berapa?"

"Setelah miliar"

"Miliar itu sebelumnya apa?"

"Juta" balas ku

"Jika seribu nolnya 3, juta 6, miliar 9, maka triliun 12"

"Astaga bisa kepikiran kek gitu nih bocah" ucap ku dalam hati

"Baiklah mungkin matematika sudah ok, kamu bisa kanji?" tanya ku

"Hanya beberapa sampai kanji kelas 6 sd"

"Itu sudah banyak Rin chan, sudah jangan belajar lagi, bisa bisa kamu di kucilkan saat tk nanti"

"Eh kenapa bukannya tambah pintar tambah di sukai guru?"

"Sekolah itu jangan sampai di sukai guru sayang, tapi di sukai banyak teman yang benar, salah satu caranya adalah membaur, belajar boleh namun jangan terlalu banyak ok, gunakan waktu mu belajar lainnya, kamu sudah bisa main violin?" ucap ku

"Belum ibu kata, sampai aku kelas 1 sd, ibu tidak akan mengikutkan ku di les violin"

"Kamu tidak tertekan kan, kamu bisa bahagia kan?" tanya ku memastikan

"Tentu saja aku bahagia, tinggal bersama kakak, bersama ibu, belajar hanya saat waktu tertentu, dan aku bisa makan enak di sini"

"Huh syukurlah, mari kakak ajarkan main piano saja"

"Tidak bisa, jariku masih terlalu kecil untuk menekan tuts dewasa"

"Tidak masalah, nanti akan ku ajarkan mengakalinya, mari ikut kakak"

"Baiklah kalau begitu"

.

Piano ada di ruang tamu.

"Judulnya married life, dengarkan ya"

"Baik kak Haruka"

Ku mulai permainan ku.

Ting. ting. ting. Ting...

"Kakak hanya bermain di nada natural?" tanya Rin

"Yap, bermain di nada natural itu dasar jika sudah mahir bisa tambah di bass, lalu kana naik satu oktaf" ucap ku sambil mempraktekan

"Wahhh kakak hebat aku mau coba di nada dasar dulu"

"Baik ini coba saja, mainkan angka di atas bukan di bawahnya ya, di bawah bass sebabnya"

"Lalu yang satu oktaf naik?"

"Ya ikuti, yang penting jangan ada bass dulu, kamu bisa kan menaikan nada?"

"Bisa, boleh ku tekan yang tuts hitam?"

"Lakukan sebisa mu, tuts hitam itu sebenarnya naik 1/2 sama dengan tut di kanannya"

"Iya aku paham kalau itu, ku coba ya"

"Silahkan Rin chan"

.

Rin chan baru mencoba satu kali percobaan langsung bisa.

"Wow kamu jenius piano masa?" ucap ku

"Kakak berlebihan, aku hanya bisa saja, ini bagaimana ditambah dengan bass"

"Mari bermain bersama saja kamu pegang nada utama kakak pegang nada rendahnya"

"Baiklah"

.

Kami duet dengan bagus, walaupun terkadang Rin chan masih sedikit miss temponya.

"Kakak kamu terlalu cepat" ucap Rin chan

"Kamu yang terlalu lambat Rin chan, ada bagian cepat contohnya saat reff ini, saat hanya nada utama juga cepat" ucap ku

"Tapi kakak tadi lambat"

"Em tadi kan contoh, sekarang sudah praktek"

"Ow begitu toh rupanya"

.

Jam 8 pagi.

Akira mulai melakukan tugasnya sebagai asisten rumah tangan, yaitu dengan membersihkan debu dengan alat penyedot debu.

"Hey Akira kamu belanja kebutuhan mu sana, ini uang untuk mu" ucap Saki

"Tapi aku kan baru kerja sekarang"

"Tidak masalah, kamu beli pakaian untuk kamu ganti, untuk pakaian maid biar Haruka urus nanti" ucap Saki lagi

"Eh aku?" tanya ku

"Yap kamu belikan" ucap Saki

"Baiklah nanti akan ku pilihkan dan ku belikan" balas ku

.

Sebelum Akira keluar.

"Kamu bisa naik mobil atau sepeda motor?" tanya Saki

"Tidak Saki san, aku mau belanja di supermarket saja, dekat bukan dari sini"

"Ya dekat sih, tinggal ikuti jalan keluar komplek, belok kiri 100 meter" ucap Saki

"Baik akan saya ingat, saya pamit dulu"

"Baiklah, jangan terlambat pulangnya ya, jam 11 nanti kita mulai masak"

"Bahan makanan sudah ada?" tanya Akira

"Sudah, kami biasanya beli bahan makanan cuma saat sore saja kok, jadi kamu cukup beli pakaian mu, jika ada barang yang ingin di beli, beli saja dengan uang yang ku berikan"

Note : Saki memberi 100 rb yen.

.

Akira keluar dengan pintu samping, Saki kembali masuk.

"Haruka kun, geser duduknya" ucap Saki

Aku menggeser duduk ku di sofa, Saki membenarkan posisi duduk.

"Akira sudah pergi belanja?" tanya ku

"Sudah, kamu sebenarnya menemukannya dimana sih, ia tak punya kartu pengenal loh bagaimana jika ia di ciduk pemerintah kependudukan Jepang?"

"Ya tinggal di buatkan, aku sudah tanya ke Suki san katanya mau di uruskan sekalian, satu minggu jadinya"

"Oh jika begitu ya sudah, kamu akan mengaji Akira berpaa?" tanya Saki

"Paling 500 rb yen, nantinya ia akan jadi asisten mu bukan hanya di rumah, termasuk di sekolah jadi ia akan mengikuti kamu" ucap ku

"Eh tidak tidak, hanya asisten rumah tangga saja titik"

"Baiklah jika tidak mau biar jadi asisten ku saja"

"Mau ku tinju?" tawar Saki

"Ya makanya terima saja, lagian apa susahnya, aku yang gaji dia juga"

"Tapi aku tidak butuh"

"Butuh butuh, anggap dia sebagai kakak mu, yang selalu sedia membantu kamu"

"Baiklah jika seperti itu, hey Haruka kun, ayo nanti kita mampir ke Wagnaria untuk makan malamnya, kita sudah jarang makan di sana juga kan?" tanya Saki

"Boleh saja, kamu bilang ibu mobilnya di pakai boleh tidak"

"Boleh lah pastinya, ibukan juga ikut kita"

"Oke kalau begitu" ucap ku

.

Ring!!

Ku lihat di layar ponsel ada Raiki.

"Hallo bro ada apa pagi pagi menelepon?" tanya ku

"Begini Haruka, bisa kamu bantu aku?" ucap Raiki

"Bantu apa?"

"Pacar mu selingkuh?" tanya ku

"Iya sepertinya, sepertinya aku di tikung oleh kakak kelas, tubuhnya besar aku tak bisa melawan"

"Sekarang dimana pacar mu?"

"Ia di rumah, katanya ia di lecehkan ketika kami berdua kencan"

"Tidak kamu pukul kakak kelas itu?"

"Sudah, tapi aku malah ganti di pukul"

"Hmm, minta bantuan ke klub basket, mereka bisa membantu mu, aku saat ini belum bisa, itupun jika kamu mau"

"Boleh minta nomor teman mu yang klub basket?" tanya Raiki

"Tentu saja boleh, namun sebagai imbalan berikan mereka makan oke"

"Tenang saja, jika makan bisa ku urus"

Ku kirimkan nomor Chiaki padanya, nomornya Momoharu dan Csnya.

.

"Hey Saki chan, sudah hafal kamu dengan lagunya?" tanya ku

"Belum lah, bahasa spanyol sangat sulit, sebab aku juga tidak tau cara baca tulisannya"

"Tetap berjuang, nanti pasti bisa, kamu menonton rekaman dariku juga kan?"

"Iya"

.

Masih duduk di sofa ruang tamu.

"Saki"

"Apa?"

"Kamu pakai tank top begitu apa tidak malu?" tanya ku

"Malu dengan siapa, ini pakaian terbaik ku jika di rumah asal kamu tau"

"Ya aku tau, tapi saat kamu jongkok puting mu bisa kelihatan loh"

"Tidak masalah, lagian yang lihat dengan teliti paling hanya dirimu"

"Eh tidak tidak, aku tidak melihat dengan teliti, hanya sekilas melihat yang warnanya pink pink"

"Sama saja kamu melihatnya kan, lagian aku bingung kenapa laki laki menyukai oppai wanita, padahal ia juga punya kan?"

"Jangan bingung, oppai wanita itu ada benda terbaik untuk di pegang, lembut, kenyal, jika sudah punya anak keluar susu lagi" balas ku

"Yeh sepertinya pendapat mu paling melenceng"

"Hey tentu saja tidak, laki laki itu sama, sama sama penyuka oppai"

"Hmm sebenarnya oppai kan hanya lemak, dagingnya saja tidak ada" ucap Saki sambil meremas oppainya

"Boleh ikut ku remas?"

"Eits tidak boleh, jatah mu sudah semalam ingat!" kata Saki

"Minta lagi sedikit" ucap ku memohon

"Tidak ada, sudah aku mau ke kamar ganti baju dulu"

"Mau kemana?" tanya ku

"Ke kamar ganti baju"

"Maksudku mau kemana kok ganti baju"

"Oh, aku mau buat video iklan lagi, iklan bedak"

"Oh ya sudah sana, tapi sebelum itu bisa buatkan aku es coklat?"

"Tunggu sebentar akan ku buatkan"

"Terima kasih istriku"

"Sama sama suami ku"

.

Jam 10.

"Misi sukses otw makan makan" ketik Raiki pada ku

"Jangan di biarkan sepuasnya, berikan saja tiap orang 2000 yen bro"

"Baik Haruka kun"

.

Jam 11 siang.

Akira baru kembali, setelah belanja lamanya.

"Kamu beli apa saja, lama banget?" tanya ku

"Beli pakian, ponsel dan sepatu" balas Akira

"Ya sudah sana masuk ke kamar mu, buruan ikut ke dapur"

"Baik Haruka sama" balasnya

.

Jam 12 kami makan siang bersama.

"Rin chan sudah bisa menggunakan sumpit?" tanya ku

"Sudah dong, lihat ini" ucap Rin chan mempraktekkan

"Eh eh eh jatuh telurnya" ucap Rin

Akira langsung membersihkan telur yang jatuh di atas meja itu dengan tisu.

"Jangan di angkat tinggi tinggi makannya, lihat kak Akira harus membersihkannya jadinya" ucap Saki

"Maafkan aku Akira san"

"Tidak masalah Rin chan, mau telur lainnya lagi" balas Akira

Note : ibu bekerja di kantor saat ini jadi tidak ikut makan siang.

"Boleh satu" balas Rin

.

"Haruka kun kapan kamu akan mendaftarkan Akira sekolah?" tanya Saki

"Paling tanggal 1 September, saat kartu identitasnya jadi" balas ku

"Oh begitu rupanya, oke oke"

"Terima kasih Haruka sama, Saki sama, atas bantuan kalian hidup ku mulai tertata kembali"

"Tentu Akira san, kami mempekerjakan mu juga menganggap mu sebagai bagian keluarga, jadi jangan sampai mengkhianati kepercayaan kami padamu"

"Tentu Saki sama"

.

Jam 1 Siang.

"Saki aku pergi dulu mau ke restoran"

"Mau apa?" tanya Saki

"Mau cek kondisi, mau ikut?"

"Tidak, aku mau menghafal dulu liriknya"

"Baiklah jika begitu"

"Kak aku mau ikut" ucap Rin

"Ayo ikut kalau begitu, tapi pake motor ya"

"Tidak masalah" balas Rin

.

Ku kenakan helm pada kepala Rin.

"Sudah nyaman?"

"Sudah"

Ku naikan ia ke atas motor.

"Pegangan Rin chan" ucap ku

"Oke"

Bremmm

Perjalanan di mulai.

.

Perjalanan selama 10 menit.

"Parkir di mana kak, parkiran sudah penuh"

"Ada di depan, yang khusus kendaraan roda dua" balas ku

.

Ku parkiran lalu ku ajak Rin masuk ke dalam lewat pintu belakang.

"Siang Haruka san, Rin chan" sapa pegawai ku

"Siang Ooyama kun, Kyouko ada?" tanya ku

"Ada di ruangannya"

"Terima kasih" balas ku

"Terima kasih kakak Ooyama" ucap Rin

.

Masuk di ruang manager, Kyouko langsung menggendong Rin chan.

"Uwaa permata kecil ku" ucapnya sambil menciumi pipinya Rin

"Kyouko san tidak ada masalah dengan restoran?" tanya ku

"Ada, soal persiapan musim gugur, bagusnya kita ke menu asia atau eropa?"

"Kamu diskusikan dengan Saki saja itu, aku tanya soal pendapatan dan kondisinya saja"

"Jika hal itu, ku rasa aman tidak ada yang perlu di khawatirkan, oh benar juga tanggal 27 nanti akan ada murid Totsuki yang akan magang di sini sebagai koki" ucap Kyouko

"Siapa namanya?"

"Hisako Arato, Souma Yukihira, dan siapa ya, nama depannya Yoshino"

"Oh aku tau mereka, tapi kenapa bisa langsung tiga?" tanya ku

"Sebenarnya Totsuki minta 6 slot malahan, namun ku tolak dengan alasan disini tidak menerima koki amatiran, jadi mereka bawa 3 koki saja"

"Ya sudah jika begitu, Rin chan mau makan sesuatu?" tanya ku

"Ice cream mochi" ucapnya

"Biar aku yang berikan kamu duduk di sini saja" ucap Kyouko

"Baiklah"

.

Ku cek penjualan di komputer,total penjualan bersih adalah 124 juta yen.

Sangat banyak, tapi ya sesuai dengan kondisi di sini, pegawai saja ada puluhan jadi uanh harus sangat lancar.

.

Kyouko kembali dengan Rin chan yang memegang ice cream mochi.

"Duduk di sana sayang" ucap Kyouko

"Baik Kyouko san"

.

"Bagimana hasilnya memuaskan atau tidak?" tanya Kyouko

"Sangat memuaskan, terima kasih ya atas kerja keras mu"

"Jadi bonus lagi?"

"Iya iya nanti akan ku berikan"

"Yoshaa" ucap Kyouko

.

Jam 2 siang aku kembali ke rumah bersama Rin chan.

"Kak mampir dulu ke penjual permen yuk" ajak Rin

"Tokonya yang mana?" tanya ku

"Yang di dekat TK ku"

"Ok kita mampir ke sana"

.

Jam 2.15 kami sampai.

"Wah jadi keinget masa lalu, kamu mau pilih yang mana Rin chan?" tanya ku

"Mau lolipop apel"

"Hanya itu?"

"Yap hanya itu"

"Baiklah harganya 200 yen, mana uang mu" tanya ku

"Eh kakak tidak yang membelikan?"

"Eh eh kamu yang mengajak ke sini kakak yang bayar?"

"Oh benar juga, ini uangnya kalau begitu" Rin chan menyerahkan uang 500 yen padaku

Ku berikan lolipopnya.

"Terima kasih" balas Rin

"Sama sama"

.

Ku ambil pocky seharga 300 yen.

"Ini nyonya uangnya, lolipop dengan ini 500 yen ya" sambil ku serahkan uang Rin

"Iya"

.

"Kakak mana kembalianku?" tanya Rin

"Ku gunakan beli pocky ini, tidak apa kan?" tanya ku balik

"Baiklah tidak apa, tapi lain kali aku yang di jajakan ya"

"Iya iya"

.

Kami kembali ke rumah.

"Hey kak Haruka, kenapa nama mu seperti perempuan?" tanya Rin

"Emm entahlah, ibuku yang memberikan, sebenarnya Haruka itu bisa nama laki laki dan nama perempuan, tapi karena kebanyakan perempuan, orang mengira nama Haruka itu untuk perempuan, seperti namamu juga Rinko, Rin perempuan ditambah ko jadi laki laki"

"Eh tidak tidak, Rinko itu artinya orang yang penyayang dan baik hati, jadi cocok untuk perempuan"

"Apa iya"

"Iya, ibu yang kata"

"Baik baik kakak tak komentar jika itu kata ibu"

"Hey kak, kenapa menikah dengan kak Saki?"

"Ya karena suka"

"Oh begitu rupanya, kakak suka apanya dari kak Saki?"

"Banyak hal, suaranya, cantiknya, sifatnya dan lain lain"

"Kata ibu menyukai tidak harus memiliki maksudnya apa?"

"Ya jika kamu ingin sesuatu tapi sebenarnya sesuatu itu tidak baik untuk kamu, contohnya kamu ingin memelihara ular, tapi karena ular itu menggigit jadi lebih baik jangan di pelihara"

"Kakak salah, aku tidak suka ular sebenarnya"

"Hanya perumpamaan sayang, sudah pegangan dulu sebentar lagi sampai"

"Oke"

.

Jam 2.30 kami sampai di rumah.

"Kamu masuk duluan, ini lolipop mu"

"Oke, terima kasih"

"Terima kasih untuk apa?"

"Mengajak ku jalan jalan"

.

Di dalam rumah.

"Saki sudah hafal?" tanya ku pada Saki yang masih menghafal di ruang tamu

"Belum bisa ajarkan bagaimana pengucapan mulutnya?"

"Bisa, sebentar aku mau ganti baju"

"Oke"

.

Setelah berganti pakaian ku ajarkan pengucapan lagu Lilium, sebab ya Saki tidak bisa baca tiap huruf, ia belajar dari rekaman ku saja.

Next..


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C138
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login