Jam 7 malam.
"Selamat makan" ucap Rin chan (itadakimasu)
Kami ber empat makan bersama, dengan lauk kare sapi dengan sayuran di dalamnya.
"Haruka kun apa boleh ibu manfaatkan halaman di samping rumah itu sebagian untuk berkebun buah buahan ataupun sayuran, sayang lahan seluas itu hanya di isi rumput" ucap Ibu padaku
"Isi saja, bu sebenarnya mau ku isi kandang reptil tapi Saki menolak" balas ku
"Hey, aku menolak reptilnya bukan kandangnya" ucap Saki
"Ya itu sama saja" balas ku
"Sudah jangan bertengkar, malu dengan Rin chan, lagipula kena harus pilih reptil, hewan lainnya seperti ayam atau unggas lain kan bisa" saran ibu
"Nah benar itu, malah langsung kelihatan hasilnya, lagipula reptil kan berbahaya kan ibu" Saki minta dukungan ibu
(Reptil di bayangan ibu hanya ular)
"Betul sekali, reptil itu berbahaya" ucap ibu
Aku mengalah saja, serta ku izinkan ibu jika ingin berkebun di halaman samping.
Jam 7.20 selesai makan.
"Saki chan aku ke supermarket sebentar ya, aku mau beli sesuatu" ucap ku
"Sesuatu yang bagaimana?" tanya Saki sambil main ponselnya
"Ya sesuatu seperti yang panjang berwarna coklat" ucap ku
"Oh maksudnya kit kat?" tanya Saki
"Nah itu" balas ku
"Ya sudah sana, tawarkan apa ibu mau titip sesuatu atau tidak"
"Baik akan ku tawarkan nanti"
Aku menawarkan namun ibu tidak titip barang, Rin chan pun juga tidak menitip sesuatu.
.
Perjalanan selama 3 menit, aku naik motor sebabnya.
Di Minimarket.
Entah kenapa canggung rasanya jika ke supermarket hanya beli kit kat, akhirnya ku pikir saja minimarket.
Ku jalan jalan menyusuri setiap rak, sekalian cuci mata sebabnya.
"Ah ketemu juga, kitkatnya" ucap ku lalu membeli hanya dua bungkus
Lalu membeli snack yang sekiranya orang rumah suka.
247599 (Warning dewasa)
(Anggep tokohnya itu, girl : Akane Nanao, pelatihnya gak tau siapa cuma liat sekilas sebabnya, anggep aja pelatihnya Kitaki)
Ku lihat seorang wanita sma, seragam dari SMA Karasuno, ku lihat juga di bedge kelasnya ada tanda XI, artinya ia kelas dua, namun ia pakai masker.
"Permisi beli itu juga, yang warna merah" ucapnya sambil menunjuk condom di belakang kasir
Kasir mengambilkannya, ia sudah terbiasa akan remaja nakal, jadi tidak ada teguran untuknya.
Setelah membayar iya pun pergi.
"Ini paman belanjaan ku" ucap ku
.
"Totalnya 1305 yen"
Ku bayarkan lalu keluar minimarket.
Ku lihat siswi tadi di jemput oleh seseorang yang sangat ku kenal, sebab aku pernah ikut rapat bersama dengan para pelatih dan guru pembimbing olahraga.
"Kitaki sensei?" ucap ku
"Tunggu sebentar (Chotto mate kudasai) dilf?" pikir ku langsung ke situ, sebab Kitaki sensei itu jomblo
"Aduh sayang sekali oppai besar kok malah menikmati dengan yang tua tua, sialan sialan!" pikir ku
Tapi aku langsung kepikiran kasusnya Serizawa, tidak mungkin wanita cantik akan langsung tertarik pada seseorang yang lebih tua apalagi gurunya, atau entah siapapun itu saat masih sma, sebab cowok sma harusnya lebih bening bening, urusan panjang p nya aku tidak tau.
Ku coba sembunyi sembunyi, sambil melihat.
"Wesaahhh baru buka pintu mobil sudah grepe pantat" ucap ku sambil merekam kejadianya
Kitaki sensei menggrepe grepe sok sok melihat ke segala arah, padahal sebenarnya pikirannya hanya fokus pada apa yang iya pegang.
"Sensei lakukan di tempat lain" ucap Nanao
"Baik baik Akane chan sepertinya kamu sudah tidak sabar ya" balas Kitaki
Di dalam mobil.
"Wanjing malah di tontonkan oppainya" ucap ku walaupun kacanya hitam, ia masih agak kelihatan sedikit
"Selamatkan Haruka kun, kamu sudah punya dosa karena melihat barang yang bukan hak mu, risiko yang timbul mungkin akan ada hal buruk yang menimpa sekitar mu" ucap peri baik
"Jangan, dia itu lonte, tidak pantas kamu selamatkan" ucap peri baik
"Selonte lontenya wanita, dia itu tetap manusia, dasar kamu iblis, tuhan tidak menciptakan umatnya untuk hal baik, jika ia jatuh ke jalan buruk itulah karena kamu!" hina peri baik ke peri jahat
"Hey, jangan salahkan aku, inilah tugas ku, jika kamu tidak suka ya resign aja dari pendampingnya Haruka"
"Sudah jangan bertengkar, aku akan menyelamatkannya, mataku sudah ternoda juga" ucap ku karena jujur saja aku takut beneran jika hal buruk menimpa sekitar ku seperti kecelakaan ataupun yang lain
.
Ku naik motor mengikuti mobil Kitaki sensei hingga di samping sungai.
"Gila tua muda mau main outdoor" pikir ku
Sebelum mereka turun mobil aku langsung mengendap ngendap di belakang mobilnya, untuk motor ku ku parkirkan di belakang mobil, karena gelap jadi tak kelihatan.
"Akane ayo turun, kita buat video di sini" ucap senseinya
Akane menolak namun ia di paksa oleh Kitaki sensei.
Aku yang mendengar langsung mengelus dadaku, sungguh prihatin dengan kelakuan sensei bejad ini, dengan ini aku bisa beranggapan inilah yang di sebut rape plus dilf.
Ku buka langsung pintu mobil kanan dimana sensei di situ.
"Woy apa apan bung!" teriak sensei kaget namun belum sadar itu aku
Langsung ku tarik tanganya hingga ia keluar mobil.
Senpai tadi berteriak karena kaget dengan tindakan ku.
"Senpai Nanao?" tanya ku
"Haruka kun" ucap Nanao
"Tutupi dadamu tolong, itu terlalu terbuka kurasa" ucap ku
Dia langsung menutupinya.
Aku berbaik melihat sensei yang sudah bisa berdiri.
"Oh Haruka, si penyelamat kemalaman, beraninya kamu mengganggu kesenangan ku, hari ini aku akan membunuh mu agar kamu tutup mulut" teriaknya
"Oh sensei mengajak ku bertarung, sini maju" ucap ku sambil memasang posisi ala peninju
"Oh kamu berani rupanya, aku dulu mantan pemain tinju asal kamu tau huh!" teriaknya langsung melakukan uppercut padaku
"Sial aku salah pilih lawan dan kurang kawan"
Bughh
Aku terkena tepat di dagu, aku terlempar sampai jatuh.
"Astaga, gigiku sampai patah" ucap ku karena kurasa aku menelan sesuatu
"Gila gila kepala ku pusing" ucap ku mencoba berdiri namun kesusahan
"Lihat, kamu tidak lebih dari remaja normal yang akan mati malam ini, kuharap ibumu pelacur itu tidak akan menangis mu" ucapnya
Aku langsung fokus kerena emosi ku meluap, setelah mendengar ibuku di katakan pelacur.
Aku langsung berlari padanya.
Hook kanan Kitaki sensei arahkan pada dagu kanan ku lagi.
Aku menunduk di timing yang tepat, ku tendang kaki keringnya dengan keras.
Krakkk
Suara tulang keringnya patah.
Kitaki sensei kesakitan.
Aku berjalan mendekatinya.
"Sensei tindakan bejad mu ku maklumi karena kamu jomblo akut, namun urusan mengatai ibuku lacur adalah suatu kata kematian untuk mu" teriak ku sambil mengeluarkan emosi ku
"Haruka Haruka tolong jangan bunuh sensei sensei sadar, sensei akan menyerahkan diri ke polisi sekarang"
"Oh tidak semudah itu ferguso(Keadaan genting Haruka masih sempat saja melawak) kejahatan mu sudah melampaui batasnya, kuharap kamu bisa melihat matahari esok, itupun jika bisa" ucap ku padanya lalu menendang kepalanya hingga tulang tempurungnya pecah
"Aaaaa!" teriak Nanao senpai
"Jangan teriak senpai" ucap ku padanya
"Kamu membunuh Kitaki sensei?" teriaknya
"Bukan, dia hanya pingsan" balas ku lalu berjalan mendekatinya
"Kamu mau apa jangan mendekat" ucap Nanao
"Aku hanya ingin istirahat oke, tolong jaga aku jika aku pingsan, tolong juga kamu teleponkan polisi, kepala ku masih pusing ini"
Nanao senpai langsung mengambil ponselnya.
"Cepat di telepon atau dia keburu bangun" ucap ku
"Aku belum bisa" ucapnya
"Kenapa belum bisa, cepat telepon polisi, kamu jangan mau di manfaatkan olehnya hanya kerena video, ingatlah kamu punya orang tua yang harus kamu banggakan, punya keluarga yang mencintai mu, punya keluarga juga yang sedang menunggu kamu di rumah, urusan video biar di urus kepolisian, mereka itu handal dalam kejahatan offline dan online, jika video mu online tersebar katakan padaku, akan ku turunkan semua pangkat polisi di sini" ucap ku meyakinkannya
"Kamu yakin Haruka kun, video ku akan aman" tanyanya
"Demi tuhan, video mu aman, kamu itu hanya di bodohi oleh Kitaki sensei, sebenarnya ia memvideo kamu hanya untuk kesenangannya saja, jika sudah bosen dengan mu ia akan membuang mu lalu menguplod videonya agar ia masih dapet untung, kamu yang susah makin susah, dia yang senang makin senang, maka dari itu lebih baik du hentikan mulai sekarang.
"Umm, Baik, terima kasih" ucapnya
Ia duduk di samping ku.
"Jaga jarak tolong, aku sudah menikah" ucap ku
"Maaf jika terlalu dekat" ucapnya lalu agak menjauh
Kami berdua menunggu sambil mengobrol.
"Sebelumnya bolehkah kamu jujur padaku" ucap ku padanya
"Tentu saja, namun tolong jangan katakan hal ini pada siapapun"
"Tenang saja aku itu bukan bocah gabut yang suka mengmbar rahasia orang"
.
"Kalian sudah melakukan sejak kapan?" tanya ku
"Sejak, pelatihan intensif baseball"
"Kapan itu?" tanya ku lagi
"Tanggal 17 juni" balasnya
"Kamu di ancam olehnya?"
"Umm, dia mengancam ku dengan video, aku di jebak olehnya dan aku terlalu takut bertindak karena itu menyangkut masa depan ku, lagipula aku juga sedang mencintai seseorang waktu itu, sehingga pilihan ku hanya satu, yaitu mengikuti perintah sensei, aku tak ingin dia tau"
"Huhh, susah juga ya jadi kamu, kamu wanita tegar bisa bertahan, bahkan sampai sini pun kamu tidak menangis, aku tau itu berat untuk mu, namun jika ada kejadian serupa, lebih baik gunakan otak mu daripada perasaan mu, jadilah wanita pintar dan jual mahal, jika di ancam balas dengan ancaman, gunakan pisau dapur atau kejut listrik, kamu jangan mau di perlukan sebagai pemuas nafsunya saja, dengarkan aku, jika kamu melakukan pembunuhan pada pelaku, aku yakin kamu akan tetap menang di peradilan"
Aku berhenti sejenak.
"Bukannya aku menwajibkan di bunuh, namun buatlah pelaku merasakan hal sepadan yang ia lakukan kepada dirimu, dia merusak sekolah mu, merusak klub mu, merusak masa depan mu, tapi yang paling tidak bisa di tolerir tentu saja ia merusak tubuhmu, tanpa tubuhmu itu, semuanya tidak akan bisa kamu lakukan, jadi tolong jadilah wanita pintar dan pintar pintar memilih pergaulan, wanita itu bukan hanya pemuas nafsu, melainkan makhluk yang perlu di sayang dan di hargai"
Nanao senpai menangis setelah mendengar perkataan ku.
"Kamu tidak hamil bukan?" tanya ku
Ia menggelang namun masih menyembunyikan tangisnya dalam pelukan lutut.
Aku yang melihat sebenarnya sangat kasihan akan nasibnya.
"Haruka jangan peluk dia, ingat istri di rumah" ucap peri jahat
"Woy itu peran ku!" teriak peri baik
"Aku baru tanda tangan kontrak jadi peri baik tadi" ucap peri jahat
"Kalian diam lah" ucap ku
Aku menepuk punggungnya perlahan, aku tidak berani mengulangi hal yang membahayakan pernikahanku.
.
Polisi datang langsung meringkus Kitaki sensei yang belum sadar.
Karena Nanao senpai masih menangis, aku suruh polisi kembali tanpa saksi, mereka sudah kenal aku jadi mereka lebih percaya padaku daripada korban.
"Nanao senpai, mari ku antar pulang, ini sudah jam 8 malam, aku masih harus pulang ke rumah" ucap ku menyadarkannya dari kesedihannya
"Biarkan aku sendirian dulu Haruka kun, aku masih bersalah akan tindakan ku, aku terlalu malu untuk melihat muka kedua orang tua ku"
"Kamu tolong lihat aku" teriak ku padanya
Ia melihat ku.
"Lihat kiri kanan mu" ucap ku
Ia melihat kiri kanan.
"Gelap bukan?" tanya ku
Dia mengangguk.
"Mau ku tinggalkan sendirian, dengan risiko kamu bertemu laki laki jahat lagi dan memerperkosa mu?" tanya ku
Dia langsung menggeleng.
"Maka dari itu ayo ku antar, mau ya" ucap ku sekali lagi
"Baik" ucapnya
Ku boncengkan dia dengan motor ku, urusan mobil Kitaki sensei ku tinggalkan, paling besok di angkut oleh polisi lalu lintas.
"Rumah mu ada di mana?" tanya ku
"Di Osaki"
"Iya aku tau Osaki, tapi Osaki itu luas"
"SMA Karasuno ke timur, sekitar 1 km, lalu belok kiri, rumah ku di samping rumah mu" ucapnya
"Heh, kamu bercanda?" tanya ku
"Aku serius, rumah ku di sana, aku jarang keluar rumah, tapi aku pernah melihat mu jalan jalan pagi melalui kaca jendela ku"
"Waduh, aku antar kamu, namun hanya di gang ya, jangan sampai kamu berkunjung ke rumah ku atas nama bantuan ku padamu, jika mau berkunjung jadilah tetangga yang ingin menyapa tetangga lain, kamu paham kan"
"Baik aku paham"
"Baguslah"
.
Jam 8.40 aku tiba di depan rumahnya.
"Terima kasih atas bantuannya Haruka kun"
"Sama sama, aku langsung kembali"
"Baiklah silahkan, tapi sebelumnya apa kamu yakin tidak mau merawat luka mu dulu?" tanyanya
"Tidak usah" balas ku
.
Di rumah.
Lampu sudah di matikan.
Di kamar.
"Haruka kun, kamu dari mana saja" ucap Saki sambil mainan ponsel
"Bisa kamu bantu aku?" ucap ku
"Bantu apa?" tanya Saki tapi masih melihat ponselnya
"Lihat muka ku" ucap ku, Saki lalu mematikan layar ponselnya dan melihat ku
"Kamu habis berkelahi?" tanya Saki
"Bukan, tapi jatuh"
"Jatuh dari motor?"
"Bukan, tapi jatuh saat berjalan, tak sengaja daguku membentur trotoar dan ini sakit sekali" ucap ku
"Hmmm segera ganti bajumu, biar ku ambi kotak p3k dulu"
"Baik" balas ku, Saki keluar lalu aku ganti pakaian.
.
"Gigimu aman Haruka kun?" tanya Saki
"Saat ku cek masih aman, namun besok akan ku periksakan di dokter gigi, aduh duh duh pelan pelan Saki" ucap ku
"Maaf maaf, tapi ini parah loh sampai hitam begini, biar ku beri salep ya biar besok tidak bengkak"
"Ya tolong oleskan sekalian" ucap ku
"Siap sayang"
.
Saki mengoleskan salep dengan lembut, untung saja tulang ku keras, sehingga walaupun aku mendapatkan pukulan tadi, rahang bawah ku masih aman.
"Apa masih ada yang luka Haruka kun?" tanya Saki
"Tidak ada" balas ku
"Ya sudah kita langsung tidur saja" ajak Saki
"Ehhh, mana bisa, aku belum belajar materi ujain besok" balas ku
"Kamu belajarnya, jam 3 pagi saja, kamu tidak akan fokus jika sekaligus menahan rasa sakit, jadi lebih baik tidur, nanti jam 3 akan ku bangunkan" ucap Saki
"Hmmm baiklah, namun janji loh ya di bangunkan" ucap ku
"Iya iya aku janji"
Ku kecup kening istriku, lalu tidur bersama, ku peluk ia sambil terkadang ku sentuh sentuh pantatnya.
.
Kamis 16 Juli, pukul 3 dini hari.
Saki membangunkan ku seperti yang ia janjikan, aku bangun ia langsung kembali tidur.
"Sayang, aku tidak kamu temani?" tanya ku
"Tidak, aku sudah belajar kemarin malam" balasnya sambil memjamkan mata
"Huh, ini menyesatkan" pikirku
Aku belajar materi seni rupa dan sejarah, selama 30 menit materi selesai ku pelajari ulang, lalu ku lanjutkan latihan soal selama 30 menit.
Jam 4 dini hari aku kembali tidur.
"Haruka kun sudah selesai belajarnya?" tanya Saki
"Sudah, ayo tidur lagi"
"Umm" ucap Saki
.
Ku buka kemeja tidur Saki, lalu ku lihat dua bukit yang tertekan karena Saki tidurnya miring.
"Dingin Haruka kun, segera benarkan" ucap Saki
"Sebentar saja" ucap ku
"Hmm terserah kamu saja, tapi lakukan di dalam selimut"
"Baik Saki sayangku"
.
Jam 5.30 pagi
Saki bangun duluan dan menbenarkan kancing baju tidurnya.
"Dasar Haruka mesum" ucap Saki pelan sambil geleng geleng kepala
Ia lantas langsung ke kamar mandi untuk mandi, sebab dadanya berbau khas mulut ku, tentu saja Saki bisa tahan, namun jika ibunya mencium bau itu, bisa bisa Saki malu sendiri di buatnya.
.
"Ibu, masak telur dan oseng sayur saja, kare juga masih bukan" ucap Saki
"Baiklah, kamu mau yang telur atau yang oseng?" tanya ibu
"Yang oseng saja, Haruka tidak terlalu suka makanan yang pedas, jadi akan ku atur pedasnya, ibu tidak masalah bukan?"
"Tidak apa, yang penting enak" ucap ibu
"Tentu saja enak, kan yang masak chef Saki Shinomiya hohoho"
Saki mulai memasak.
Rin chan turun dari lantai dua sambil memegang boneka beruangnya.
"Rin chan kenapa bangun?" tanya ibu sambil menggulung telur di teflon khusus telur gulung
"Rin chan, mau minun haus"
"Oh, ambil sendiri di galon ya, jangan minum air dingin dari kulkas, bisa bisa perut mu sakit nanti" ucap ibu lagi
"Baik ibu" balas Rin chan lalu mengambil gelas di raknya.
.
"Rin chan tidak tidur lagi?" tanya ibu karena melihat Rin chan malah duduk di meja makan
"Tidak, Rin chan sudah tidak mengantuk" jawabannya
Ibu dan Saki membiarkannya.
Jam 6 pagi, Saki kembali ke kamar dan membangunkan ku.
"Sudah tidak hitam dan hanya sedikit bengkak" ucap Saki saat melihat bekas luka ku
.
Jam 6.30 kami sarapan bersama.
Jam 7 pagi, berangkat ke restoran.
Di sekolah.
Seperti biasanya, sebelum ujian grub laki kami tidak pernah belajar, cukup mengandalkan ingatan belajar semalam, urusan tidak tau saat tes tinggal di logika.
Ku lihat pula, hanya kelas ku saja yang berani seperti ini, kelas 1 lain tidak putra ataupun putri mereka fokus belajar.
"Los dol yang penting tidak remidi" ucap ku saat di grub pkk kemarin malam
.
Jam 8 saat ujian, kami grub pkk mengerjakan ujian dengan muka muka normal seperti pelajaran olahraga.
Jam 10.20 aku mendahului yang lain, selanjutnya di susul Saki, Hiyori,..., terkahir Ayumu di jam 10.30 (terakhir yang tidak belajar tadi, bukan terkahir se kelas)
.
Kami grub pkk berdiskusi tentang soal tadi, rata rata jawaban kami sama, sehingga tidak ada yang di khawatirkan.
.
Jam 9.30 kami mengerjakan tes ke dua hari ini.
Karena tes ke dua sejarah, waktu pengerjaan lebih lama, sebab logika menyebar agar jawaban di temukan, seperti peristiwa apa yang terjadi di taun sekian, karena tidak tau jawaban pastinya, dibacalah jawaban yang ada dulu, sampai ketemu jawaban yang pas.
Jam 11.10 aku keluar duluan lagi, kedua Tadano,..., terakhir Hiyori di jam 11,17.
Yang sudah keluar langsung pulang, Hiyori langsung ke toko ku lagi. Aku dan Saki berjalan bersama menuju restoran.
"So Ez testnya" ucap ku
"Itu mudah karena kamu belajar, coba saja jika pagi tadi tidak ku bangunkan" balas Saki
"Ya jika tidak kamu bangunkan berarti aku punya satu hal untuk mengancam kamu karena telah berbohong kan" ucap ku dengan sombong
"Pufff" Saki memanyunkan bibir
"Kamu curang!" teriak Saki
"Ya tidak, kan demi keuntungan jadi itu bukan curang" balas ku dengan tenang
"Humm" ucap Saki tidak senang
"Sudah jangan ngambek begitu, ayo kita makan siang saja, Rin chan hari ini di titipkan kita lagi?" tanya ku sambil mengacak acak rambutnya
"Tidak, Haruka kun hentikan" ucap Saki sambil mencoba menyingkirkan tangan ku
"Iya iya, mau makan di mana kalau begitu, aku yang traktir" ucap ku
"Oh benar juga, kamu belum memberiku uang bulanan Haruka kun" ucap Saki
"Nanti saja, tinggal sebut mintamu berapa" ucap ku
"Wow sepertinya kamu baru gajian saja Haruka kun" ucap Saki sambil memeluk lengan ku
"Gajian apanya, noh uang ku baru saja ku belikan saham, apa kamu lupa" ucap ku
"Lalu kenapa terlihat dermawan sekali, sok sok bilang tinggal sebut berapa huu" ucap Saki
"Paling kamu mintanya berapa sih, jika 100 rb yen ya ada ada saja" ucap ku
"Kamu tidak bercanda hanya tinggal 100 rb yen?" tanya Saki kaget lalu melepaskan pelukannya
"Kenapa memangnya?" tanya ku
"Jika memang habis, ambil saja uang ku yang masih 3 triliun itu" ucap Saki
"Hahaha tenanglah, aku ini gampang cari uang, lagian itu uang mu bukan, aku bilang 100 rb tadi bermaksud seberapa banyak traktir ku nanti" ucap ku
Kami masuk ke dalam mobil.
"Ohh, ku kira uang mu sudah habis Haruka kun" ucap Saki sambil mengenakan sabuk pengaman
"Tidak, uang ku masih banyak, tapi jikalau uang ku tinggal sedikit apa kamu masih setia padaku?" tanya ku mencoba memancing kepekaanya
"Tentu saja masih setia, susah bahagia bersama (Wong jowo omong 'Susah seneng bareng'), jika kamu kesusahan dalam hal keuangan kan masih ada tabungan kita bersama dan aku punya pekerjaan juga, jikalau kita jadi streamer pun uang masih ada beberapa yang masuk bukan, kamu ada saat aku susah dan aku akan selalu ada jika kamu susah" ucap Saki tanpa malu malu
"Aw, kamu membesarkan perasaan ku Saki chan" ucap ku
"Perasaan yang bagaimana?" tanya Saki
"Perasaan cinta ku kepada mu tentunya" balas ku
"Kamu bisa saja, ayo jalankan, aku sudah kelaparan ingin makan siang" ucap Saki
"Makan di mana?" tanya ku sambil menjalankan mobil
"Di restoran sushi saja, nanti kamu makan tempura atau udang goreng" ucap Saki
"Oke"
Perjalanan selama 12 menit, jalan ke restoran melewati gang rumah kami, tepatnya tempat golf lurus terus kira kira 900 m.
.
Di restoran Sushi
Kami menunggu pelayanan mengantarkan kami ke meja kosong.
"Untuk dua orang?" tanya pelayanan
"Berikan untuk 4 orang" ucap ku
"Baik" balas pelayan tadi
.
Di tempat duduk kami.
Saki menyukai tempat ini, sebab penyajian sushinya yang unik, yaitu harga dari warna piring, sushinya di antar oleh mesin putar, bayarnya juga secara online, tapi yang terpenting sushinya enak katanya.
Aku memesan onigiri, udang tempura, dan tuna bakar, sementara Saki pesan sushi dengan toping ikan mentah itu dan sashimi, minumnya air jeruk nipis, untuk menghilang rasa amis di mulut.
Pesanan Saki datang lewat meja berputar, sementara pesanan ku datang di antarkan oleh pelayan khusus yang udang tempura dan tuna goreng.
Ku lihat istri ku makan dengan lahap sushinya, sebanyak 2 piring.
Sepiring ada dua buah sushi.
Aku yang melihatnya saja jadi eneg sebenarnya.
"Kamu mau Haruka kun?" tanya Saki sambil mengangkat sashiminya
"Tidak, aku tidak doyan, aku hanya heran saja melihat mu makan dengan lahap" balas ku
"Kenapa heran, ini itu enak, basah dan umaminya sangat kuat" ucap Saki
Umami : bisa di katakan micin atau penyedap atau penguat rasa pokoknya.
"Hmm aku kepikiran makan yang mentah saja membuat ku mual" ucap ku
"Hahaha, setengah orang Jepang sih kamu" ucapnya
"Ya bukan begitu, dulu aku juga bisa makan sushi asal kamu tau"
"Oh benarkah? Lalu kenapa sekarang tidak suka?"
"Ya dulu selepas makan, aku langsung di bawa ke dokter, sebab sushi yang ku makan ikannya mengandung bakteri, akhirnya sekarang malah tidak doyan walaupun ikannya sudah bersih sekalipun"
"Ohh jadi sebab itu kamu tidak suka" ucap Saki baru paham kenapa
"Ya begitulah" balas ku
Next....