"Nak, Ayah mohon. Ayah pengen ngomong bentar sama kamu."
Arif mendekati Dika, tapi sang anak rupanya enggan untuk dekat-dekat dengannya. Bahkan, Dika juga ingin menjauh dari sana.
"Nak, Ayah pengen minta maaf sama kamu dan juga sama ibumu. Ayah tahu akan kesalahan ini."
"Tapi, semuanya udah terlambat. Gak ada lagi maaf untuk Ayah. Aku dan Ibu udah melupakan dan mengubur Ayah dalam-dalam dalam hidup kami."
"Nak, jangan begitu. Sakit hati Ayah mendengar semua ini. Ayah ingin minta maaf tulus dengan kalian," ucap Arif yang disertai dengan tetesan air mata.
Namun, Dika tak peduli sama sekali dengan Arif. Ia bahkan berusaha untuk menjauh dari sana. Arif masih berusaha mengejarnya dengan sekuat tenaga, padahal pria itu tak kuat untuk berlari.
"Nak, tu–tunggu ...." Arif sudah kehabisan tenaga untuk mengejar Dika. Namun, ia tak mau kehilangan jejak sang anak.
Dika yang melihat sang Ayah seperti itu juga tak tega. Arif memegang dadanya sendiri dan terlihat tersengal-sengal.
"Ayah?"