Sepanjang perjalanan, Friska hanya diam saja. Hal itu membuat Dika jadi bingung sendiri pada wanita itu. Apakah tadi dirinya ada salah bicara atau tidak.
Akhirnya, Dika sudah sampai mengantar Friska pulang ke rumah. Saat wanita itu hendak ke luar dari mobil, tiba-tiba saja Dika langsung meraih pergelangannya. Friska jadi menoleh ke samping.
"Friska, kok kamu diam aja sih dari tadi? Aku ada salah ya sama kamu?" tanya Dika.
"Gak ada kok, Dik. Kamu gak salah apa-apa. Aku cuma lagi sakit tenggorokan aja, jadi agak malas ngomong."
"Kalau gitu, kita ke rumah sakit ya buat periksa." Dika hendak menyalakan mesin mobilnya. Namun, Friska tak ingin menuju ke sana. "Fris, aku khawatir sama kamu sekarang."
"Kenapa, Dik? Kenapa? Aku kan cuma teman biasa bagi kamu. Kok kamu sampai segininya sama aku?"
Dika langsung terdiam. Ia sadar akan perasaannya pada Friska, bahwa masih ada rasa pada wanita itu. Ia jadi dilema akan perasaan ini.
"Karena aku ...."
"Karena apa, Dik?"