Baixar aplicativo
5.28% TENTANG AKU, KAMU DAN DIA / Chapter 21: Barang Bukti

Capítulo 21: Barang Bukti

"Ada apa ini ya?"

"Saya mau minta tolong boleh Pak?"

"Minta tolong apa itu?"

"Saya liat kan rumah Bapak itu terdapat cctv di luar yang mengarah ke jalanan. Boleh saya melihat rekaman tersebut sekitar 2 hari yang lalu Pak?"

"Untuk apa ya?"

"Ceritanya panjang Pak. Pokoknya saya sedang menyelidiki kebenaran."

"Oh ya sudah, silahkan masuk." Akhirnya usaha Aqilla dan Keisya untuk meminta tolong kepada pemilik rumah itu tidak sia-sia. Pemilik rumah sekaligus cctv itu mengizinkan Aqilla dan Keisya melihat rekaman pada cctv tersebut sekitar 2 hari yang lalu.

"2 hari yang lalunya itu sekitar jam berapa de?"

"Hmmm, pagi Pak. Sekitar jam tujuh atau delapanan."

Kemudian pemilik cctv itu terus memutar rekaman cctv tersebut. Sampai pada akhirnya Aqilla melihat ada rekaman sepeda motor Dika yang melaju dengan kecepatan yang tinggi di sana.

"Eh itu kan motornya Dika Kei."

"Iya tuh."

"Saya minta tolong di perlambat Pak pemutaran rekamannya." Kemudian pemilik cctv itu pun memperlambat pemutaran rekaman cctv pada bagian tersebut.

Dan hasilnya adalah membuat Aqilla tidak percaya. Ternyata Dika itu benar tidak melakukan perbuatan tabrak lari. Karena dengan logika pun mana mungkin Dika menabrak kak Rian yang posisinya kak Rian justru berada di belakangnya. Kejadian tersebut murni karena kecelakaan yang di akibatkan dari kak Rian sendiri yang sepertinya mau mengajak Dika untuk balapan motor.

"Astagaa..." Teriak Keisya dengan suara yang sangat keras.

"Berarti kak Rian yang udah bohongin kita Qil?"

"Saya boleh minta coppyan rekaman barusan ga Pak?"

"Oh iya bisa. Kamu bawa flashdisk ga?"

"Ada Pak." Kemudian Aqilla memberikan flashdisk miliknya itu supaya rekaman cctv yang dia lihat barusan bisa di coppy dan di pindahkan ke flashdisk miliknya.

"Ini, sudah ya."

"Makasih banyak ya Pak. Saya sangat berterima kasih sekali. Saya ga tahu harus berterima kasih dengan apa selain hanya ucapan banyak-banyak terima kasih untuk Bapak."

"Iya, sama-sama. Saya juga ikhlas kok membantunya." Wajar saja dia ikhlas membantunya, karena rumahnya saja sangat besar dan bagus. Sepertinya pemilik rumah itu adalah orang penting. Cctv di rumahnya juga terdapat sangat banyak sekali cctv. Jika Aqilla berterima kasih dengan memberikan sesuatu belum tentu dia akan menerimanya. Karena sepertinya semua yang akan Aqilla kasih pasti sudah di miliki olehnya.

"Kalau gitu saya dan teman saya pamit dulu ya Pak. Sekali lagi terima kasih. Permisi."

"Iya iya. Marih." Aqilla dan Keisya pun keluar pergi meninggalkan rumah tersebut.

"Sekarang kita langsung ke kantor polisi atau gimana Qil?"

"Sebaiknya kita ke rumah orangtuanya Dika dulu. Supaya nanti ada orang dewasa yang menemani kita untuk memberi bukti ini. Kalau kita berdua doang takutnya kita ga di percaya Kei."

"Iya si benar. Yaudah mau sekarang aja langsung ke rumah Dika?"

"Iya, ayo."

Aqilla dan Keisya memilih untuk ke rumah orangtua Dika dahulu untuk melaporkan dan memperlihatkan apa yang tadi mereka berdua lihat di dalam rekaman cctv tadi. Kali ini Aqilla dan Keisya pergi ke rumah Dika menggunakan sepeda motor milik Keisya. Sehingga mereka semua dapat sampai di rumah Dika dengan cepat. Karena Aqilla dan Keisya pun di pesan oleh orangtua merwka supaya tidak pulang terlalu larut malam.

*****

"Astaghfirullah. Ternyata anak saya di fitnah," ucap sang Ibu dari Dika setelah melihat rekaman cctv yang Aqilla tunjukkan.

Kebetulan di rumah Dika sekarang juga sedang ada Ayah Dika. Sehingga tanpa berla-lama Aqilla dan Keisya langsung memperlihatkan rekaman cctv tersebut. Supaya kasus Dika dan kak Rian juga segera cepat selesai.

"Ini ga bisa di biarin. Kita harus bawa bukti ini ke kantor polisi supaya anak saya bisa di bebaskan dari penjara secepatnya." Kali ini yang angkat bicara adalah Ayah dari Dika. Sepertinya beliau sangat marah dengan tuduhan yang di berikan kepada anaknya itu.

"Iya Om. Tapi sekarang udah sore. Sepertinya akan di tahan pelacakan tersebut. Lebih baik besok pagi saja supaya bisa langsung di proses."

"Iya, kamu benar. Saya ga terima anak saya di fitnah seperti ini. Lihat saja si Rian Rian itu. Akan saya tuntut balik karena telah mencemarkan nama baik anak dan keluarga saya."

"Jangan Om. Lebih baik kejahatan jangan di balas dengan kejahatan juga. Apa bedanya kita dengan mereka kalau seperti itu." Namun ucapan Aqilla tidak di balas dengan Ayah Dika. Ayah Dika hanya terdiam sambil berpikir.

"Kita lihat saja besok."

"Pertimbangkan lagi Om. Oh iya Om, Tante. Kayanya aku sama Keisya mau pamit pulang dulu ya. Udah mau malam juga. Ga boleh pulang malam-malam soalnya, hehe."

"Yahh, kok buru-buru banget. Makan dulu sini yu." Ajak Ibu Dika.

"Ga usah Tante, makasih. Besok kita ketemu di kantor polisi aja gimana Om, Tante?"

"Iya boleh."

"Yaudah kalau gitu saya dan Keisya pamit dulu ya."

"Iya Aqilla, Keisya. Sekali lagi saya berterima kasih banget ya sama kalian berdua. Tadinya saya mau melacaknya juga, tetapi kondisi istri saya masih lemah sekali untuk di tinggalkan atau ikut dengan saya. Intinya saya sangat berterima kasih dengan kalian berdua. Kalian berdua kalau butuh apa-apa bilang aja sama kita."

"Ga usah gitu Om. Kami berdua bantu Dika itu ikhlas kok. Kan Dika itu juga teman kita. Yaudah ya Om, Tante, kita pamit dulu. Assalamualaikum."

"Iya, hati-hati ya. Waalaikumsallam."

Tepat pada pukul 6 lewat 15 menit sore Aqilla dan Keisya pulang ke rumahnya masing-masing. Kebetulan rumah Aqilla dan Keisya tidak terlalu jauh sehingga Keisya bisa mengantarkan Aqilla terlebih dahulu ke rumahnya.

"Mampir Kei."

"Iya, makasih. Langsung balik aja. Bye Qil..."

"Okedeh... Bye..."

Keisya pun pamit kepada Aqilla untuk pulang juga ke rumahnya. Karena Keisya pun mendapatkan pesan dari kedua orangtuanya jika dirinya tidak pulang terlalu malam. Apa lagi besok adalah hari sekolah. Mereka harus bersekolah dan tidak boleh bolos.

*****

"De... De.... Bangun. Kamu sekolah kan?" Panggil kak Anindira kepada Aqilla.

Kali ini tumben sekali Aqilla bangun dengan cepat. Hanya dengan sekali panggilan dia langsung benar-benar terbangun dari tidurnya tanpa mengangkat tangan, berbalik badan dan menutup tubuhnya dengan selimut kembali.

Aqilla langsung terbangun dari tidurnya dan segera bersiap-siap untuk mandi. Di meja makan pun Aqilla sudah di tunggu oleh kak Anindira untuk sarapan bersama. Sebenarnya Aqilla ingat jika hari ini adalah hari persidangan Dika. Dia ingin sekali datang ke sana. Kemudian karena Aqilla bingung untuk datang atau tidak. Akhirnya Aqilla meminta saran kepada kakaknya tersebut.

"Jadi gimana menurut kakak? Boleh ga aku izin ga sekolah dulu buat datang ke persidangan Dika dan kak Rian?"

Belum sempat kak Anindira menjawab pertanyaan adiknya tersebut, tiba-tiba ada panggilan masuk yang ternyata itu adalah panggilan dari Ibunya.

"Iya hallo Ibu kenapa? Apa?"

"Kenapa kak?"

-TBC-


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C21
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login