Ravi mengetuk pintu gudang dan dia tidak menyangka Daniel tidak menguncinya karena Ravi berpikir jika Daniel mengurung Raymond di gudang maka Daniel akan menguncinya. Tidak ada jawaban dari dalam hanya ada keheningan ketika dia perlahan membuka sedikit pintu untuk mendapati cahaya kuning temaram dari bola lampu yang sudah tua, cukup menyinari dirinya untuk mengetahui keberadaan Raymond. Ravi melangkah lebih masuk ke dalam membiarkan pintu tetap terbuka di belakangnya.
Pada sudut ruang yang tak diisi barang, Raymond sedang meringkuk memeluk lututnya belum mengetahui eksistensi Ravi di sekitarnya. Dia sekarang telah mengenakan salah satu kaus Daniel yang longgar di tubuh Raymond.
Ravi merasa iba dengannya, tidak bisa di pungkiri ketika Ravi melihat Raymond tanpa mengenakan baju yang melekat di badannya dia dapat melihat banyak bekas luka melintang di tubuhnya yang setengah kurus, serta tidak dapat membuat Ravi mengabaikan begitu saja.
Tidak tahu berapa usia Raymond, dia mungkin sedikit mengalami 'kekurangan' dan Ravi meringis tentang pikirannya barusan yang dia anggapnya terlalu kasar untuk Raymond. Entah mengapa tidak ada dalam pikiran Ravi untuk mengusirnya sejak awal saat dia melihat Raymond.
Ravi memilih ikut duduk di sebelah pria itu dan dapat merasakan aroma samar itu kembali di penciumannya, Ravi tidak mengatakan apapun. Ketika Raymond telah mengetahui kehadiran Ravi, dia mendongak dan menoleh, dengan cepat senyum terbit di bibirnya.
"Ravi?" panggilnya lemah dengan suara yang terdengar serak.
Ketika Ravi bersitatap dengan manik berbeda warna Raymond, Ravi terdiam detik itu juga. Mata kiri Raymond berwarna emas bersinar dalam ruangan remang-remang. Berpendar pada permukaan sebelah pipinya dengan cahaya emas yang lembut. Tatapan Raymond penuh tanya terlukis di wajahnya, saat alis tebal itu tenggelam di balik poni rambutnya yang liar.
Dia memang bukan manusia, semua tentang Raymond memang tidak manusiawi. Termasuk wajahnya yang tidak manusiawi, pipi Ravi terasa terbakar hingga dia harus mengalihkan pandangannya pada Raymond yang menatap Ravi intens. Ini aneh, dia tidak bisa menatap pria lain dengan cara seperti ini. Ravi mengusap hidungnya dan bertanya, "Kenapa kamu bisa ada di kamarku?"
Dari sudut matanya Ravi melihat jemari panjang Raymond menari-nari menggambar sebuah bentuk imajiner di lantai yang berdebu. "Saat itu Ravi meminta sebuah permohonan, aku sangat senang pada akhirnya aku bertemu Ravi setelah begitu lama menunggu dan berharap," katanya yang semakin lama suaranya memelan tidak cukup menjawab pertanyaan Ravi lebih jelas, jemari Raymond mengusap-usap pelan pergelangan tangannya yang baru Ravi sadari berwarna merah tua seperti bekas ikatan yang kencang.
"Apa yang terjadi dengan tanganmu?" tanya Ravi penasaran.
Raymond tampak malu-malu dan sebisa mungkin menutupinya dari pandangan Ravi. "Di tempatku sebelumnya. Aku tidak diinginkan, mereka menyebutku Elf yang gagal. Beberapa bulan yang lalu aku melakukan kesalahan hingga aku dikurung di penjara bawah tanah."
Tenggorokan Ravi menjadi kering setelah mendengar jawaban Raymond dan membentuk bayangan-bayangan di dalam pikirannya. "Apa? Apa kesalahanmu?"
"Aku menolak seorang gadis." Suara Raymond yang lemah membuat tangan Ravi mengepal di sisi tubuhnya.
Ravi terdiam beberapa saat tidak tahu harus menanggapi apa, hingga dia menyadari perkataan Raymond sebelumnya. "Kamu seorang elf?"
Raymond mengangguk kecil tetap menunduk melihat lantai yang seolah lebih menarik baginya. Ravi menghela napas, dia pernah membaca sekilas tentang Elf sebelumnya di sebuah buku cerita fiksi fantasi tetapi Ravi tidak pernah tahu bahwa itu adalah nyata dengan bukti seorang Raymond di sampingnya sekarang. Sekilas Raymond tampak seperti manusia biasa karena tidak memiliki telinga runcing layaknya seorang elf yang Ravi ketahui. "Lalu mengapa kamu menyebut elf yang gagal?"
"Aku tidak tahu Ravi, mungkin saja karena aku bukan seorang Elf murni. Aku setengah manusia." katanya terdengar putus asa, menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan.
"Umurmu berapa?" Ravi tahu bahwa pertanyaannya terdengar tidak sopan, tetapi ketika seseorang akan tinggal di rumahnya, jelas Ravi harus tahu.
"Baru lima puluh tahun, Ravi. Aku masih sangat muda," jawab Raymond pelan.
Ravi tersedak ludahnya sendiri, dia menyisir poni pendeknya ke belakang. "Lima puluh tahun itu tidak muda."
Kepala Raymond tersentak menghadap Ravi. "Benarkah Ravi? Mereka bilang aku masih muda, jadi mereka tidak berbicara di depan Ray."
Ravi balik menatap Raymond mencerna kata-katanya dengan baik, dia menyadari bahwa Raymond bukanlah manusia, bisa jadi usianya berbeda dengan manusia biasa. "Mungkin mereka membicarakan sebuah rahasia yang kamu tidak boleh mengetahuinya."
Raymond terdiam matanya berkedip, Ravi melihat ekspresi sedih dan kecewa melintas di wajah Raymond tanpa pria itu tutupi sama sekali.
Apa arti ekspresi itu?
Ravi mengalihkan pembicaraannya dan menyesali kata-katanya barusan. "Raymond, apakah sayapmu bisa membawamu terbang?"
Raymond bahkan belum menjawabnya tetapi Ravi di hantam oleh aroma cokelat yang pekat menerobos penciumannya, kali ini lebih kuat daripada sebelumnya dan tenggorokan Ravi menjadi tercekat. Seperti aroma itu membungkus Ravi erat-erat, Ravi bahkan harus mengingatkan dirinya untuk bernapas sekarang.
"Ravi menyebut namaku?" tanyanya antusias dengan mata berbinar dan alis tebal yang terangkat. Dia seperti tidak pernah terlihat sedih sebelumnya, seolah seseorang memutar tuas di dalam dirinya.
Ravi terperangah menatap Raymond yang tampak bersinar dalam arti lain di sebelah Ravi, dia tidak tahu bahwa kebahagian Raymond saat Ravi menyebut namanya, menciptakan rasa baru pada Ravi seperti banyak kupu-kupu terbang dari dadanya.
"Ravi?" Ravi bangun dari lamunannya, melihat Raymond memiringkan kepala menatap bingung dengan sebelah bola matanya yang bersinar.
Ravi menjilat bibirnya yang kering, dia menggeser sedikit tubuhnya jauh dari Raymond. Aroma cokelat itu masih tetap mengisi paru-paru Ravi dengan intens. "Iya. Jadi apakah sayapmu bisa membuatmu terbang?"
Senyum Raymond memudar, dia menggeleng pelan. "Tidak, ini cuma dekorasi. Hanya aku yang seperti ini. Jika aku adalah elf sepenuhnya maka aku bisa menggunakan untuk terbang tetapi, sayap ini tidak tidak cukup kuat untuk mengangkat tubuh ini."
Ravi menghirup napas dalam ketika aroma itu memudar dengan perlahan. Dia menarik keluar percakapannya saat dia tahu, Raymond tidak menyukainya. "Aku bertanya-tanya, apakah kamu datang memang untuk melindungiku?"
Raymond menggeser tubuhnya hingga menghadap Ravi. Menatap tepat ke manik Ravi tanpa berkedip. "Benar, Ravi. Bahkan tujuan itu sudah ada sebelum Ravi dilahirkan, walaupun aku datang bukan pada saat yang telah ditentukan. Namun aku senang dan sangat berterima kasih ketika Ravi meminta permohonan di saat menit terakhir sebelum aku dieksekusi," terangnya membuat Ravi kehilangan kata-kata dan menegang dalam duduknya. Dieksekusi? Apakah dia akan dieksekusi karena seorang gadis yang dia maksud barusan? Dan sekarang Ravi menyimpan seorang terpidana mati di dalam rumahnya?
Raymond meraba dadanya yang berlapis kaus, lalu melanjutkan. "Di sini adalah tanda kepemilikan yang memang sudah ada saat aku lahir. Karena aku setengah manusia, pemilikku bisa memiliki aku dan dapat melakukan apapun sesuai keinginannya padaku, tetapi aku tidak bisa memilikinya kembali."
Sinar pada mata berwarna emas Raymond memudar perlahan, hanya bola mata gelap yang dapat terlihat oleh Ravi. Dia tidak mengerti apa maksud dari 'memiliki' dan tanda itu, semua baru bagi dirinya. Namun, yang dia tahu pasti pemilik yang Raymond maksud adalah Ravi sendiri.
Raymond masih tetap menjadi orang asing, yang bahkan belum satu hari di rumahnya. Dan Ravi bertanya pada dirinya sendiri apakah perkataan Daniel memang benar. Tetapi pada akhirnya Ravi mempercayai pikirannya sendiri. Ravi mengingat dengan jelas bagaimana Raymond mengatakan bahwa dirinya adalah milik Ravi.
"Bagaimana jika aku tidak ingin memilikimu dan aku menolakmu?" tanya Ravi serius.
Raymond ternganga menatap tidak percaya, kepalanya menggeleng kecil lalu sudut bibirnya turun. Raymond mengalihkan pandangannya dari Ravi, dia berkata dengan Nada yang berat. "Aku akan mati."