"Kamu kuliah saja, biar ibu yang menjaga ayah mu."
Bersamaan dengan tirai jendela yang sengaja di buka membuat cahaya matahari memasuki ruangan, disaat itu juga Nada mulai menggeliat dari tidurnya dan merenggangkan kedua otot tangan.
"Eughh…" Nada menggeliat kantuk, ia kini menguap dan mengusap kedua mata.
Tentu saja sinar mentari mampu membuat kedua bola mata milik Nada merasa silau, ia menghembuskan napas karena memang jam tidurnya yang berantakan. Bahkan memungkinan ia baru saja tertidur sekitar satu jam, ia tidak yakin juga dengan perdugaan durasi tersebut.
Menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, dan saat tidak melihat orang yang ia cari, Nada menghela napas lagi. Ia mencari Alex, namun ia lupa jika tepat pada pukul 3 pagi tadi laki-laki tersebut pamit pulang karena belum memberikan kabar apapun pada ibunya dan juga ponselnya mati —tidak membawa charger—.
Menolehkan kepala ke arah Bela yang kini sudah menatapnya setelah terlihat wanita tersebut menaruh tas di atas meja, ia menatap ibu tirinya dengan sorot mata yang tidak meyakinkan. Dan pada akhirnya, ia memutuskan untuk menggelengkan kepala.
"Tidak perlu, aku disini saja. Aku bisa meminta temanku untuk video call dan aku menyimak pembahasan dosen di ponsel," Nada membalas ucapan Bela. Ia tentu saja tidak membiarkan Bela mengurus Mike di rumah sakit, tidak ingin kehilangan banyak hal lagi di hidupnya.
Bela menaikkan sebelah alis, setelah itu memutar kedua bola matanya. "Memangnya kamu membawa persiapan kuliah kesini? Pasti kamu hanya membawa diri dan juga ponsel baru mu itu." ucapnya.
Entah kenapa, Bela seperti menerapkan kata seperti anti perdamaian dengan Nada. Ia tidak bisa menjadi ibu yang baik, sungguh. Mungkin di dalam sepanjang sejarah hidup Nada, Bela adalah sosok yang buruk bagi perempuan remaja yang kini sedang menempuh dunia kuliah.
"Nanti Alex akan kesini, membawakan perlengkapan kuliah serta baju-baju ku. Aku juga yakin ibu tidak membawakannya untukku." Nada mengulas senyuman masam, ia sudah bisa menebak jika Bela tidak peduli dengannya.
Bela mengernyitkan kening, setelah itu sedikit mengaduh karena apa yang dikatakan oleh Nada adalah sebuah kebenaran. Ia hanya membawa diri dan membawa keperluannya, juga keperluan Mike secukupnya. Ia… ia lupa membawa barang-barang milik Nada.
Bukannya Nada berani untuk melawan seorang wanita yang saat ini sudah menjadi ibunya, tentu saja bukan seperti itu. Tapi, siapa yang sangka kalau pikirannya selalu menjerumus ke arah yang negatif setelah apa yang terjadi sesuai dengan penglihatannya.
"Aku akan menunggu Alex kembali, tidak peduli dengan apa yang kamu katakan. Maaf, mungkin memang terdengar tidak sopan, namun mau bagaimana lagi?"
Bela menatap Nada dengan durasi waktu yang cukup lama, mungkin sekitar 2 menit lamanya. Setelah itu, ia memutuskan untuk berpaling dan tidak menjawab perkataan Nada yang menurutnya memang tidak perlu di tanggapi.
"Terserah." Ucap Bela pada akhirnya sambil masuk ke toilet dan entahlah apa yang akan dilakukannya.
Nada baru saja ingin bertanya mengenai Bela yang kemana saja sejak beberapa jam yang lalu, namun hal itu ternyata harus di urungkan karena ibu tirinya ternyata seolah sadar dan meninggalkannya.
Ting
Ting
Terdengar denting pesan dari ponsel miliknya, tentu saja ia langsung meraih benda elektronik berbentuk persegi panjang. Kedua alisnya berkerut, merasa bingung karena Alex mengiriminya pesan.
| ruang pesan |
Alex
Hei, aku membawakan kamu sarapan dan beberapa vitamin agar kamu kembali pulih.
Alex
Oh ya, ibu ku ingin kesana untuk menjenguk. Nanti sekalian aku antar kepada mu. Nanti aku ingin bercerita kepada mu, sungguh ini adalah hal yang benar-benar serius dan harus di bahas.
Membaca beberapa deret pesan yang dikirimkan oleh Alex untuknya dan terkesan sangat genting, Nada pun penasaran dengan teman laki-lakinya itu.
Nada
Apa? Ada apa? Kenapa, huh? Kenapa tidak menceritakannya sekarang?
Alex
Tidak begitu, bodoh. Aku harus membereskan peralatan kuliah ku.
Nada
Ini terlalu pagi, memangnya jam berapa kamu kuliah?
Alex
Tepat jam 8 pagi aku sudah harus di kampus, nanti sekitar jam 6 aku akan datang untuk mu.
Alex memang agak kasar, bahkan kalimatnya terlalu santai. Tapi tenang saja, itu sama sekali tidak mengganggu Nada atau bahkan membuatnya sakit hati, tentu saja tidak. Tapi yang Nada ketahui saat ini, Alex lah yang memang paling mengerti dengan kondisi yang saat ini ia alami. Setidaknya, Nada masih memiliki support system, bukan?
Nada
Oke, aku akan menunggu mu. Terimakasih banyak, dan maaf sudah merepotkan kamu.
Alex
Merepotkan? Kamu kan memang selalu merepotkan hahaha, santai saja, aku tidak merasa keberatan dengan hal-hal yang berkaitan dengan mu.
Tersentuh? Tentu saja. Nada kehilangan seorang kekasih, dan tiba-tiba Alex datang dengan semua rasa yang memberikannya kehangatan secara keseluruhan.
Nada tersenyum dalam diam, namun setelahnya ia menyadari dengan apa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan yang besar. Karena ia tidak akan lagi membuka hati untuk banyak orang, ia tentu saja tidak ingin menambahkan list kematian pada buku harian 'mereka' karena sebagaimana mestinya, pasti orang yang Nada sayang akan selalu di ambil dari sisinya satu persatu.
Nada
Iya, selagi tidak memberatkan mu, tolong lakukan. Nanti jika kamu berada dalam kesulitan, aku akan gantian menolong mu dengan kemampuan yang ku miliki —emoticon senyum tulus—
Alex
Tentu, sampai jumpa nanti ya. Jangan bertindak bodoh atau mengambil kesimpulan yang ceroboh, ingay itu.
Nada
Iya, kamu sangat bawel seakan-akan aku adalah anak kecil yang sangat sulit untuk di bimbing.
Alex
Haha, aku hanya mengingatkan mu, kau tau?
Nada
Baiklah, sampai jumpa. Ku pikir, aku akan mengamati ibu tiri ku.
| ruang pesan selesai |
Nada segera menggeletakkan ponselnya di atas meja yang tepat berada di sampingnya. Ia sengaja karena terburu-buru menyudahi percakapan dengan Alex di ruang obrolan, bahkan ia dapat mendengar beberapa denting ponsel kembali terdengar, ia sangat tau kalau laki-laki itu akan kepo —alias memiliki rasa pengetahuan yang sangat tinggi—.
Menatap cukup lama ke arah pintu toilet yang beberapa menit lalu menjadi tempat pilihan Bela untuk berkunjung, ia juga menghadirkan banyak pikiran negatif.
"Tapi, bagaimana jika pendapat ku ternyata salah? Bagaimana jika ibu ku secara seratus persen tidak terlibat apapun?" Nada bergumam, tentu hanya gumaman kecil yang kemungkinan hanya di ketahui oleh dirinya sendiri.
Mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Ini bukanlah film horror yang biasa tertampil di televisi, iya kan? Ini lebih dari sekedar itu, ia merasa mentalnya juga mulai di acak-acak secara brutal.
Ia hanya ingin membuktikan, apakah yang ia rasakan selama ini adalah sebuah kebenaran yang nyata? Apakah pikirannya yang sudah mulai negatif dan menganggap Bela adalah pelaku dari segala masalah yang terkesan horror beberapa minggu ini? Astaga, Nada merasakan banyak kejanggalan.
…
Next chapter