Baixar aplicativo
35.71% Everyday life of Black Fox [Indonesia] / Chapter 10: Debut

Capítulo 10: Debut

-----Takemi's Medical Clinic-----

"Dia sudah tidak apa apa, aku sudah memberikan obat untuknya, kau bisa langsung membawanya pulang"

Ucap Takemi sambil mengelus Morgana.

"Terima Kasih..."

Kazune merasa malu menghadapi Takemi saat ini,

'Kupikir mereka lari dariku karena mereka takut padaku, ternyata itu karena aku setengah telanjang...'

mengingat bagaimana dia lupa memakai bajunya kembali setelah mencoba Assassin's Suit lalu lari kesana kemari menanyai orang orang dijalan lokasi dokter hewan terdekat, Kazune ingin mati rasanya,

'Hari pertama, didunia lain dan aku sudah debut sebagai orang mesum...'

Takemi melihat wajah Kazune yang memerah sambil berusaha menutupi badannya merasa ingin tertawa.

Kemarin malam Takemi tidak bisa tidur karena mendapatkan pernyataan cinta dari pemuda yang diselamatkannya, dia yang tidak tahu bagaimana harus menanggapinya mulai panik lalu mengambil pisau bedah dan mengancam akan memotong *naga* milik pemuda itu.

setelah itu Takemi berusaha menenangkan dirinya dengan cara mempelajari data hasil uji coba obat miliknya yang membuatnya tidak bisa tidur hingga pukul 3 pagi.

Lalu saat dia masih tidur, dia dibangunkan oleh ketukan dipintu kliniknya, begitu dia membuka pintu, pemuda yang kemarin diselamatkan olehnya berada disana dalam kondisi setengah telanjang,

"Takemi-san tolong selamatkan Morgana"

mendengar itu Takemi mengurungkan niatnya untuk mengambil pisau bedah, melihat seekor kucing ditangannya, dia membiarkan pemuda itu masuk.

mengetahui kalau pemuda itu tak sadar akan keadaannya yang setengah telanjang, Takemi tertawa, membuat pemuda itu memerah seperti tomat.

"Takemi-san... apakah kau ada pakaian yang bisa kupakai? berdiri didepan perempuan dengan keadaan seperti ini membuatku tidak nyaman..."

Takemi tertawa kecil lalu berkata,

"Kazune-kun, aku pikir, terlalu cepat untukmu memanggil nama depanku."

Kazune menundukkan kepalanya, menghela napas,

'Takemi-san... memanggilmu dengan nama belakangmu itu sedikit sulit untukku...'

mengingat nama belakang Takemi yang pengucapannya seperti kata kotoran dibahasa yang dulu dua gunakan membuat Kazune kasihan pada Takemi.

Dilihat dengan tatapan sedih oleh Kazune membuat Takemi bingung kenapa dia sedih seperti itu saat harus memanggilnya menggunakan nama belakang,

"Baiklah kau boleh memanggilku Takemi lagipula aku sudah melihat tubuhmu jadi kukira kita sudah cukup dekat untuk dapat saling memanggil nama depan."

"Tapi aku belum melihat tubuhmu jadi kau tidak boleh memanggilku menggunakan nama depan..."

mendengar gumaman Kazune, pulpen ditangan Takemi patah, dia tersenyum sambil memandang Kazune,

"Apakah kau mengucapkan sesuatu, Kazune-kun."

dihadapkan oleh senyuman dingin dan mata Takemi yang tanpa emosi, Kazune hanya bisa menutup mulutnya.

"Nyaa~"

melihat Morgana dibawah kakinya, Kazune lalu menggendongnya.

"Sepertinya tenggorokannya sudah tidak apa apa, dia bisa bersuara seperti biasa."

Takemi mengangguk melihat Morgana.

"Takemi-san.... apakah kau bisa memberiku pakaian, aku akan membayarnya bila perlu..."

Takemi lalu melihat Kazune sambil mengamati tubuhnya, melihat Takemi memandangi tubuhnya dengan serius, Kazune merasa dia harus memanggil polisi.

"Kau bisa duduk disofa itu sebentar, aku akan mengambilkannya untukmu"

Menunjuk sofa hitam yang ada didekat pintu masuk, Takemi lalu meninggalkan Kazune.

'Akhirnya aku bisa duduk juga...'

Karena malu dan salah tingkah karena dilihat oleh Takemi, Kazune tidak duduk dari sejak dia datang kemari sampai sekarang,

memanjangkan kakinya, Kazune lalu menutup matanya karena lelah harus lari kesana kemari hingga dia sampai sini.

*tok* *tok*

membuka matanya, Kazune lalu dengan setengah sadar membuka pintu.

"Jadi, benar itu kau."

mengedipkan matanya beberapa kali, Kazune mengingat dimana dia berada,

'Aku lupa kalau aku berada di klinik Takemi'

kepalanya masih setengah sadar, lalu tiba tiba pipinya ditampar,

"Sepertinya kau tertangkap basah sekarang."

mengusap pipinya yang memerah, Kazune sadar kalau dia baru saja ditampar,

"Niijima Sae."

melihat perempuan yang diusirnya pagi ini, Kazune merasa sedikit bersalah namun itu digantikan wajah marah saat menyadari kalau yang menamparnya tadi adalah Sae,

"Apa maksudmu menamparku?"

Kazune menatap tajam kearah Sae, tanpa sadar mengeluarkan auranya yang seperti hewan buas.

Dojima yang terkejut melihat Sae menampar Kazune tersadar saat merasakan aura Kazune,

'Anak ini...'

"Himura Kazune."

Sae menatap Kazune balik, wajahnya datar, tapi tanpa sadar tangannya mulai berkeringat saat merasakan aura yang dikeluarkan Kazune,

'Rasanya seperti ditatap oleh harimau'

Sae mencoba terlihat tenang tapi Dojima tahu keadaannya tidak baik saat melihat kaki Sae yang gemetar walau hanya sesaat,

"Hei-"

"Kazune-kun, apa kau suka memperlihatkan badanmu ke orang lain? aku tahu dengan tubuhmu yang bagus itu, kau merasa sangat bangga dan ingin menunjukkannya ke setiap orang tapi tidak semua orang merasa nyaman melihat tubuhmu, kau tau?"

mendengar suara Takemi, Kazune lalu melihat kebawah dan disana hanya terlihat boxer hitam, wajah Kazune memerah, dengan cepat mengambil selimut yang ada ditempat tidur klinik untuk menutupi tubuhnya, Kazune lalu bertanya pada Takemi dengan nada marah,

"Takemi-san!!! kenapa kau tidak membangunkanku???"

"Hoo~ beginikah kau membalasku saat aku membiarkanmu tidur karena kau terlihat kelelahan?"

Kazune terdiam mendengar perkataan Takemi, melihat sofa tempat dia tertidur, dia melihat pakaian pria terlipat rapi dimeja kopi didepannya, berpikir sejenak, Kazune lalu menatap ke arah Takemi,

"Terima kasih..."

membisikkan itu saat lewat didekat Takemi, Kazune lalu mengambil pakaian tersebut dari meja lalu pergi ke ruangan Takemi untuk mengenakannya.

"Padahal dia bisa ganti baju dikamar mandi..."

melihat Kazune yang sudah masuk dalam ruangannya, Takemi hanya bisa menggelengkan kepalanya,

'Benar benar anak yang manis.'

"Tae Takemi-san, benar?"

Sae yang daritadi hanya diam saja dengan Dojima memutuskan untuk membuka pembicaraan.

"Ya, itu aku."

melihat pakaian dan juga sikap mereka, Takemi mengerutkan dahinya, dia tak suka ada polisi atau hal hal yang berkaitan dengan mereka datang ke kliniknya.

"Aku mendengar beberapa rumor tentangmu."

Melihat sikap Sae, Takemi menyesal membantunya lolos dari Kazune,

'Seharusnya aku biarkan saja Kazune mengurus wanita ini'

melihat keadaan makin panas Dojima memutuskan untuk mendinginkan suasana,

"Maafkan kami jika menganggumu, Tae-san, kami hanya mendapat laporan tentang orang mesum yang berkeliaran disekitar sini jadi kami memutuskan untuk memeriksanya."

mendengar perkataan Dojima, Takemi menganggukan kepalanya,

"Jika yang kau maksud adalah laki laki setengah telanjang sambil membawa kucing, itu adalah Kazune."

"Kucing?"

Dojima sedikit bingung, Sae juga mulai mengerutkan dahinya, melihat reaksi mereka Takemi dapat menyimpulkan kalau orang yang mereka cari bukanlah Kazune,

"Jika yang kalian cari bukanlah orang dengan kucing, kalian mungkin harus mencari ditempat lain, karena Kazune-kun bukanlah orang yang kalian cari."

Saat Takemi hendak menutup pintu, Sae menahannya menggunakan tangannya,

"Kupikir kita harus menunggu sampai Kazune keluar dan menjelaskan kenapa dia berada disini dalam keadaan seperti itu, bukankah begitu, Tae-san."

Takemi mendengus dan membuka kembali pintunya,

"Kuharap setelah ini kalian cepat pergi."

Sae mengangguk sedangkan Dojima yang melihat Sae menjadi aneh sejak pagi hanya bisa mendesah,

'Aku ingin cepat pulang...'

Kazune keluar dengan mengenakan lengan panjang hitam dan juga celana panjang cargo hitam, melihat Sae masih disini, Kazune lalu kembali menatapnya dengan tajam,

"Niijima Sae, kupikir urusan kita sudah berakhir. kenapa kau ada disini?"

"itu karena ada orang mesum disini."

Jawab Sae dengan dingin, Dojima mulai mengusap kepalanya lalu mengatakan,

"Kazune-kun, aku ingin bertanya padamu, boleh?"

Kazune melihat Dojima lalu mengangguk,

"Kazune-kun, kenapa kau berkeliaran dengan keadaan hampir tanpa busana?"

"Aku memberi makan Morgana, lalu karena sepertinya ada sesuatu dimakanan itu, Morgana menjadi kesakitan,, saat itu aku hanya mengenakan boxerku, karena panik aku langsung menggendong Morgana keluar untuk mencari dokter hewan."

"Jadi begitu ya..."

mendengar alasan Kazune, Dojima mulai berpikir dia berada ditempat yang salah, namun Sae tiba tiba bertanya pada Kazune,

"Lalu kenapa kau menghajar sekelompok berandalan kemarin malam?"

Kazune lalu memandang ke arah Sae,

"Kau tahu Niijima Sae, saat ini aku benar benar ingin mengikatmu lalu melemparmu ke sungai. tidak bisakah kau bicara saat aku dan

Dojima-san selesai?"

"Pfft..."

Takemi menutup mulutnya dengan tangan lalu berbalik, berusaha menahan tawa.

"Kau!!!"

Sae melihat Kazune seakan ingin memakannya, Dojima lalu pura pura batuk lalu melihat Sae,

"Niijima, kita tidak akan selesai jika kau seperti ini terus."

Sae tak bisa berkata apa apa setelah mendengar perkataan Dojima, dia hanya bisa duduk dikursinya sambil meremas pegangannya berharap itu adalah wajah Kazune.

"jadi ini semua terjadi hanya karena kucingmu, benar?"

Kazune lalu mengangguk, Dojima menghela napas lalu melihat serius ke arah Kazune,

"Kazune-kun, aku mendengar dari Sae bahwa berandalan yang kami tangkap kemarin ada hubungannya denganmu, apa itu benar?"

"Benar."

"Apa hubunganmu dengan mereka?"

"Aku menghajar mereka dua kali sampai membuat mereka trauma. Niijima Sae-san sepertinya ingin menangkapku karena itu membuatku harus mengusirnya dari cafe pagi ini."

'ini balasanku untuk tamparanmu'

Bibir Dojima berkedut mendengar penjelasan Kazune sedangkan Takemi masih berbalik membelakangi mereka tapi mereka bisa melihat bagaimana badannya gemetar menahan tawa.

"Aku akan menunggu dimobil."

meninggalkan kalimat itu Sae berjalan pergi, Dojima hanya bisa mengusap keningnya melihat itu,

"Kenapa kau menghajar mereka?"

"Karena Morgana."

Jawab Kazune singkat, Dojima melihat kucing yang ada dipangkuan Kazune sedikit takut sedangkan Takemi mulai melihat Morgana dengan wajah tertarik,

"Kazune-kun, bisa kau berikan kucing ini padaku?"

Kazune memiringkan kepalanya mendengar pertanyaan Takemi,

"Kenapa?"

"Aku ingin meneliti tubuhnya."

Dojima balik memandang Takemi dengan wajah aneh, memutuskan untuk segera menyelesaikan ini lalu pulang, Dojima lalu bertanya lagi pada Kazune,

"Bisakah kau jelaskan detilnya?"

"Mereka menanam Morgana ditanah lalu melemparinya dengan batu, aku menghajar mereka dan menyelamatkan Morgana, mereka ingin balas dendam dengan menghancurkan cafe milik waliku, aku menghajar mereka lagi untuk mencegah mereka melakukannya."

selesai menjelaskan, Kazune lalu bertanya pada Takemi,

"Takemi-san, berapa biaya pengobatan Morgana?"

"Kau tak perlu membayar~ kau membuatku melihat sesuatu yang menarik hari ini~"

Dojima lalu berdiri dan berpamitan pada mereka berdua,

"Sepertinya semua ini hanya salah paham. Kazune-kun, tolong maafkan sikap Sae."

setelah itu Dojima meninggalkan klinik.

"Na, Kazune-kun, aku penasaran apa yang terjadi pada tubuhmu."

"Apa maksudmu, Takemi-san?"

"Lukamu, itu sembuh terlalu cepat, aku bahkan tidak melihat bekas sama sekali."

Takemi menatap tajam ke arah Kazune,

"Takemi-san, aku juga ingin bertanya sesuatu padamu."

"Hmmm?"

Takemi tidak menyangka Kazune akan balik bertanya padanya tapi karena penasaran dia berkata,

"Tentu, aku penasaran apa yang ingin kau tanyakan padaku."

berpikir Kazune ingin mengulur waktu untuk menjawab pertanyaanya, Takemi makin ingin tahu apa yang berusaha disembunyikan olehnya.

Kazune lalu mulai berjalan kearahnya, namun sepertinya karena sibuk memikirkan apa yang sebenarnya disembunyikan Kazune, Takemi tidak menyadarinya.

"Takemi-san, saat pertama kali kita bertemu, apa kau memberikan obat padaku?"

"tentu saja, kau terluka waktu itu jadi kau harus kuobati, bukan?"

"aku tahu itu. maksudku, apakah kau memberikan obat yang seharusnya tidak perlu kau berikan untukku?"

Takemi mulai panik karena baru sadar, Kazune makin dekat dengannya,

"Kazune-kun, apakah ada sesuatu yang salah pada tubuhmu sejak malam itu?"

tanpa sadar Kazune sudah memojokkan Takemi ditembok, menyadari dia tidak bisa menghindar kebelakang, saat Takemi ingin melarikan diri kesamping, kedua tangan Kazune tiba tiba menampar tembok dan mengurungnya didalam.

"Malam itu, aku melihat Takemi-san bagaikan wanita paling cantik didunia, itu hampir membuatku menyerangmu."

Mendengar itu, wajah Takemi memerah,

"Ya, aku memberimu obat yang belum aku uji malam itu, sepertinya efek samping yang kau dapat adalah menjadi terangsang."

jawab Takemi berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang,

'Kupikir aku tidak tertarik pada yang lebih muda...'

"Takemi-san, sebagai imbalan menguji obatmu boleh aku minta sesuatu?"

Wajah Takemi makin merah, dia mulai tidak bisa berpikir dan tanpa sadar mengangguk,

"sebagai imbalanku aku ingin...."

Kazune mendekatkan wajahnya ke wajah Takemi, Takemi mulai pasrah dan menutup matanya.

"jangan menanyakan soal lukaku yang tiba tiba sembuh, ok?"

Takemi membuka matanya lalu bertanya,

"Kenapa?"

"Aku tidak suka berbohong, atau lebih tepatnya, aku payah dalam berbohong, aku juga tidak cukup pintar untuk membuat alasan yang bisa kau percaya, jadi lebih baik aku terus terang padamu Takemi-san.

aku belum percaya padamu jadi aku tidak bisa mempercayakan rahasiaku padamu."

mendengar jawaban Kazune, Takemi hanya bisa memdesah kecewa, tiba tiba Kazune mencubit pipi Takemi,

"Apa yang kau lakukan, Kazune-kun?"

Takemi melihat Kazune dengan tatapan marah.

"Kau tadi berharap aku menciummu,kan?"

Kazune tersenyum nakal pada Takemi, Takemi tertegun, memanfaatkan momen saat Takemi masih mematung, Kazune dengan cepat mengambil Morgana lalu lari keluar dari klinik.

"KAZUUNEEEEE!!!"

mendengar teriakan Takemi, Kazune lari sambil tertawa.


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
Xionsama23 Xionsama23

Enjoy the chaps~ uwu)/ciao~

Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C10
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login