Baixar aplicativo
3.14% Putri Lycan / Chapter 10: Teman Sekamar

Capítulo 10: Teman Sekamar

Langkah demi langkah terus Caroline lalui dengan Jennifer yang terus bercerita banyak hal. Dari mulai sejarah asrama ini di bangun dan banyak lagi. Tapi sejak tadi juga Caroline tidak begitu mendengarkannya, dia hanya berpikir untuk segera berbaring di tempat tidurnya.

Walau dia dengar dari Jennifer bahwa dia akan berbagi kamar dengan Omega lain tapi Caroline tidak peduli. Lorong demi lorong mereka lewati sampai mereka melihat sebuah pintu yang membuat Jennifer menghentikan langkahnya.

Jennifer terlihat berbeda dan entah kenapa Caroline menjadi tidak nyaman akan tatapan menilai dari Jennifer. Jennifer bergerak mendekat dan langsung mencengkram dagu Caroline. Tangan kanannya menyentuh tepat di samping mata Caroline. Manik berwarna biru terang itu terlihat kebingungan sampai Jennifer membisikkan sebuah kalimat.

Kalimat yang Caroline tidak paham namun dia yakin bahwa apa yang di katakan Jennifer adalah hal yang penting. Caroline mundur membuat Jennifer menepuk bahu Caroline sebelum meninggalkan Caroline begitu saja.

"Oh.. Itu kamarmu, selamat istirahat" ucap Jennifer sedikit berteriak karena posisi Caroline dan Jennifer yang cukup jauh.

Caroline hanya terdiam di tempatnya, tubuhnya seperti membeku. Dia jelas merasakan sesuatu yang berbeda dari Jennifer, itu bukan seperti Jennifer yang baru saja menceritakan berbagai hal membosankan.

Caroline menyadari ada hal yang Jennifer coba sembunyikan dan menurutnya hal itu ada hubungannya dengan dirinya. Caroline masih belum sadar bahkan dia langsung terjatuh dengan manik yang terlihat gelisah. Kenapa Jennifer hanya mengatakan hal ambigu yang dia tidak paham.

Seharusnya dia mengatakan apa yang adanya dan dia tidak akan mungkin terkejut sampai seperti ini. Caroline jelas mendengar suara langkah kaki yang mendekat, tapi Caroline terlalu bingung harus melakukan apa. Maniknya menatap perban di telapak tangannya, maniknya mulai menutup dengan sebuah perasaan buruk.

Pasukan oksigennya mulai menipis dan Caroline sudah tidak kuat menahan maniknya. Sampai akhirnya dia menyerah. Apa hidupnya memang seburuk ini, kenapa dia bisa terlahir berbeda dari yang lain. Kenapa..??

"Kau baik-baik saja" suara itu mampu membuat Caroline sadar.

Caroline terkejut dengan nafas yang memburu, entah kenapa dia merasakan sesuatu yang berat. Sesuatu yang mampu membunuhnya tapi dia tidak begitu ingat, dengan tubuh lemah orang itu membawanya masuk ke dalam kamarnya.

Apakah wanita itu adalah teman sekamarnya, jika benar sepertinya dia harus berterima kasih nanti. Tubuhnya di baringkan di ranjang kosong yang begitu dingin tapi selimut yang di berikan wanita itu mampu mengusir hawa dingin itu.

"Terima kasih" ucap Caroline dengan nada suara yang begitu pelan bahkan wanita itu hampir tidak bisa mendengar ucapan Caroline.

"Sudahlah jangan pikirkan hal itu" sahut wanita itu tersenyum membuat Caroline ikut tersenyum.

Caroline mulai menutup maniknya dengan sebuah perasaan tenang, dia masih bisa merasakan wanita itu yang duduk di sebelahnya. Dan akhirnya Caroline tertidur dengan nyaman. Wanita itu hanya bisa terdiam di tempatnya menatap Caroline yang terlihat begitu tenang.

Cukup lama wanita itu menunggu dan dia hanya diam menatap wajah Caroline yang begitu cantik. Wanita itu menghela nafas panjang dan langsung merubah raut wajahnya, raut wajah bersahabat miliknya tadi berubah seperti seseorang yang muak akan kehidupan ini.

"Kau jangan berharap terlalu banyak padaku" ucap wanita itu mulai berdiri menatap sedu pada Caroline "aku tidak sama sepertimu" lanjut wanita itu berbalik dan langsung menghilang bagai sebuah debu.

Pintu kamar terbuka memperlihatkan seorang gadis muda dengan rambut pirang panjang dan manik hitam gelap. Gadis itu terkejut melihat Caroline yang tertidur dengan tenang "apa dia wanita yang di katakan Jennifer" gumam gadis itu langsung mendekati Caroline yang tidak terganggu dalam tidurnya.

"Cukup cantik tapi bagaimana bisa dia tidur dengan pakaian kotor seperti itu"

Gadis itu tertawa merasa bahwa Jennifer sudah salah memilih teman sekamarnya. Bagaimana mungkin dia sekamar dengan gadis buruk seperti Caroline, dia bahkan mendengar soal sikap Caroline yang urakan. Dia yakin pasti Caroline akan bersikap buruk dengannya.

Dengan senyuman nakal gadis itu langsung menarik selimut Caroline membuat Caroline terbangun dalam tidurnya. Caroline terkejut menatap gadis berambut pirang yang tertawa jahat padanya.

"Hei.. Apa kau tidak tau yang namanya mandi" ucap gadis itu membuat Caroline melihat pakaiannya yang memang kotor.

"Kau menjijikkan" lanjut gadis itu memalingkan wajahnya tapi hal itu membuat Caroline terkejut.

Kalimat itu sama persis seperti yang di ucapkan ayahnya selama ini dan Caroline tau bahwa dia memang menjijikkan. Memang siapa yang bisa di salahkan bahwa dia itu cacat. Memang siapa, apakah dirinya harus di salahkan atas hal yang dia tidak tau penyebabnya.

"Aku tau kalau aku menjijikkan, tapi kau tidak berhak mengatakan hal itu!!" ucap Caroline membuat gadis itu terkejut.

Apakah dia salah bicara, entah kenapa dia merasa bahwa dia memang salah bicara. Tapi apa pedulinya dia langsung menarik dan menyuruh Caroline masuk ke kamar mandi. Caroline tentu memberontak tapi gadis itu tidak peduli.

"Kau itu kenapa, aku menyuruhmu mandi. Dan kenapa juga kau menggunakan selimutku, ah.. Aku harus mencuci selimutku lagi karena kau!" gadis itu kesal, bagaimanapun dia baru kemarin mencuci selimutnya tapi karena Caroline dia harus mencuci selimutnya lagi.

Dan Caroline sadar tapi bukan berarti dia akan minta maaf, perlakuan gadis itu sudah cukup membuatnya kesal. Apalagi ucapan gadis itu yang tidak ada sopan-sopannya sama sekali. Jelas sekali bahwa Caroline lebih tua dari gadis muda yang terus menggerutu akan nasib selimutnya.

Apalagi dia tidak percaya bahwa harus satu kamar dengan gadis cerewet seperti ini, dia pikir dia akan satu kamar dengan gadis yang menolong tadi. Ngomong-ngomong di mana gadis itu ya...

"Diam kau gadis bodoh!!" teriak Caroline dengan raut wajah datar menatap gadis berambut pirang itu yang terkejut.

"Kau sangat menjengkelkan. Oke aku minta maaf soal selimutmu tapi aku tidak ada waktu untuk mendengarkan ocehan tidak pentingmu itu" ucap Caroline lagi dan langsung masuk ke kamar mandi meninggalkan gadis muda itu sendiri.

"Yak..!!, Dasar gadis kotor kau pikir aku mau melakukan hal ini jika bukan karena kau yang mulai!!"

Terlihat jelas gadis berambut pirang itu yang kesal, bahkan dia sampai marah-marah dengan selimut yang dia lempar asal "ah.. Dasar menyebalkan!!" ucapnya sebelum menidurkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

Cukup lama menunggu sampai Caroline muncul dengan keadaan yang bersih. Gadis itu melempar selimut miliknya ke wajah Caroline membuat Caroline mengeram kesal.

"Apa lagi..??" tanya Caroline mencoba bersabar menghadapi teman sekamarnya.

"Kau harus cuci selimutku itu dan aku mau kau keluar dari kamarku"


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C10
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login