Baixar aplicativo
45.67% The Fleeing Chaos Demon / Chapter 130: Dunia berjalan menurut Naskah

Capítulo 130: Dunia berjalan menurut Naskah

Setelah duel dengan akhir yang tragis itu, para penonton pulang dengan takut-takut saat masing-masing dari mereka berusaha melindungi harta tubuhnya sendiri.

Para pria yang sudah menikah melirik istri mereka dengan gugup, berharap adegan brutal yang ditunjukkan Sera sebelumnya tidak memengaruhi pikiran para wanita yang menontonnya.

Beberapa bahkan sudah terpengaruh karena teriakan seorang suami dapat terdengar di salah satu rumah tangga Celestial ini. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, saat salah satu memulai, yang lain mengikuti.

Akibatnya, bukan hanya satu rumah tangga, banyak pasangan berkeluarga yang menderita di bawah kaki istri mereka.

Yang sempat mengagumi 'Zora' sebelumnya menjadi takut padanya, terutama bagi para lelaki. Tidak ada yang berani memprovokasi 'Zora' sejak saat itu dan mulai memanggilnya dengan nama baru.

Wanita Iblis Pemecah Persik.

Saat para pria takut padanya, para wanita mengaguminya. Mereka bahkan mulai membuat patung 'Zora' di mana-mana, yang posisinya disejajarkan dengan para pejuang hebat yang telah terukir dalam sejarah mereka.

Sementara itu, korban yang paling sakit kepala adalah tiruannya sendiri, Zora. Dia ingin menangisi reputasinya saat ini, dan berharap waktu dapat diputar kembali. Tapi meskipun dia cukup menderita karenanya, kekagumannya terhadap Sera lebih besar dari rasa derita yang dia alami saat ini.

Dia harus menyembunyikan sosoknya mulai sekarang, jika tidak semua orang akan takut padanya, setidaknya sampai kelompok Asheel pergi dari tempat ini.

...

Di rumah Flora.

Sera duduk menyilangkan kakinya di sofa merah dengan tangannya memegang cangkir wine. Jari-jarinya menjepit cangkir dan perlahan memutarnya, hingga mengaduk cairan ungu dan membentuk pusaran.

Di depannya adalah Asheel yang berlutut tepat di depan kakinya. Asheel sangat takut saat ini, hingga merasakan benda yang berada di selangkangannya kesemutan.

Kepalanya tidak berani mendongak dan terus menyentuh lantai. Keringat dingin membuat punggungnya basah.

Merlin dan Ophis duduk di seberang dan hanya menatap mereka berdua dengan tatapan tanpa ekspresi. Flora dan Zora menampilkan beberapa ekspresi rumit di wajah mereka.

Sera dengan acuh tak acuh menggoyang-goyangkan kakinya hingga ujung jarinya menyentuh rambut kepala Asheel, lalu memolesnya dengan keras.

Tapi Asheel tetap tidak bergerak.

Melihat hal itu, Sera menghela napas, "Untuk apa kau bersujud, Asheel?"

Walaupun sikapnya terlihat tenang saat ini, tapi Sera sebenarnya cukup marah pada Asheel. Apakah bocah ini menganggap rasa cintanya kurang hingga dia mulai takut padanya?

Tidak mungkin dia juga akan menginjak permatanya, kan?

Ya, tidak mungkin...

Mungkin...

Sera tiba-tiba menunjukkan seringai di wajahnya yang membuat semua orang takut.

"Aku bersalah!" Asheel berteriak dengan putus asa saat dia merasa kedinginan sekali lagi. "Aku mengakui jika aku melakukan perbuatan yang bisa membuatmu mempertanyakan kepercayaanmu padaku!"

Sera mendengus, "Aku sudah tahu semua itu, untuk apa kamu mengungkitnya lagi?"

"Aku tidak tahu, perasaan bersalah ini muncul begitu saja! Aku merasa akan menyesalinya jika aku belum mendengar kamu memaafkanku!"

Hisssss....!

Adegan brutal itu benar-benar bisa membuat bocah keras kepala ini sadar, ya?

Semua orang memiliki pemikiran yang sama saat itu.

Zora dengan takjub memandang Sera. Melihat bocah sombong itu merendahkan diri sendiri benar-benar membuka matanya. Sementara di sebelahnya, Flora hanya mengeluarkan senyum abadi yang penuh kepalsuan.

Ophis dan Merlin masih sama, menatap Asheel dan Sera dengan tatapan tanpa ekspresi. Ophis mulai bosan dan memakan kue yang disediakan Flora sebelumnya.

Setelah menatap Asheel untuk beberapa saat, Sera membuka mulutnya lagi: "Lalu, kau ingin aku melakukan apa?"

Mendengar pertanyaannya membuat Asheel terdiam, dia belum memikirkan sampai sejauh itu. Karena itu, dia mendongak dan menatap Sera, lalu memiringkan kepalanya dengan tidak yakin.

"Umm, memaafkanku...?"

Sera masih memiliki tatapan tenang sebelum mulutnya tersenyum, "Kalau begitu, aku memaafkan atas semua perbuatanmu yang dapat melukai perasaanku."

"...." Asheel tanpa berkata apa-apa lalu bangkit dan melangkah menuju Sera, kemudian bersandar di tubuhnya.

Sera menangkap tubuh Asheel dan memeluknya dari belakang, lalu mulai memainkan rambutnya.

"Eh, itu saja?" Merlin tertegun dengan pertunjukan ini.

Asheel hanya meliriknya sebelum berkata dengan sinis, "Untuk apa kau kecewa? Apa kau ingin melihatku mempermalukan diriku sendiri?"

Merlin buru-buru menggelengkan kepalanya, "Ehh, tidak...! Hanya saja, bukankah kamu merasa bersalah?"

"Aku memang merasa bersalah pada Sera, tapi Sera telah memaafkanku. Jadi bukankah sudah selesai masalahnya?" Asheel berkata seolah-olah itu bukan masalahnya sejak awal.

"....Kau sungguh seorang bajingan..!"

Asheel mengabaikannya dan malah melihat ke atap. Setelah beberapa saat dalam keheningan, dia bergumam: "Latar belakang dunia ini sudah sedikit berubah dari naskah aslinya, ya...?"

Sera yang masih menguyel-uyel Asheel dari belakang menjadi sedikit tenang. "Kau benar, dari pengamatanku, ada yang sedikit berubah akibat terpengaruh oleh kekuatanmu."

"Apa yang berubah?" Merlin sudah melupakan kekesalan sebelumnya dan bertanya dengan penasaran.

"Latar belakang dunia ini," kata Asheel sederhana.

"Aku tidak mengerti..."

"Tidak seperti yang kau tahu, sebenarnya masa depan dunia ini telah ditulis dalam bentuk naskah. Hanya saja, tidak semuanya telah ditulis di atasnya. Tentu saja ada beberapa detail kecil yang tidak terlalu berguna untuk dicatat, kan?

"Itulah yang berubah. Melalui Catatan Akashic, aturan dunia mengisi kekosongan itu dengan sesuatu yang lain. Seperti, bagaimana Kuil Langit ini tercipta?

"Sebenarnya, tidak ada informasi seperti itu dalam naskahnya. Dalam kenyataan saat ini, Kuil Langit diciptakan oleh Oshiro-sama sebagai tempat pengasingannya, yang kemudian pengungsi dari Klan Dewi berlindung di tempat ini hingga mereka menciptakan keturunan mereka sendiri yang disebut Celestial. Hal itupun menjadi efek kupu-kupu, tapi tidak akan terlalu memengaruhi ceritanya.

Dalam jalan cerita yang asli, Dark Knight apalah itu seharusnya menyerang Kuil Langit pada akhir masa perang, tapi perang bahkan belum mencapai puncaknya tapi mereka telah kalah terlebih dahulu. Dan setelah itu, seharusnya Oshiro-sama lah yang melindungi tempat ini dari serangan Indura."

Asheel menjelaskan panjang lebar dan menjadi haus. Karena itu, dia minum jus yang telah disediakan oleh Flora sebelumnya.

Flrora benar-benar seperti pelayan sungguhan saat ini.

Merlin merupakan orang yang paling serius mendengarkan, dan dia mengangguk dari waktu ke waktu.

Alasan Asheel bisa mengetahui semua informasi itu karena dia telah membaca Catatan Akashic. Sebelumnya dia memutuskan untuk tidak membuka informasi lebih jauh, tapi karena terlalu khawatir pada Merlin, dia akhirnya menggertakkan gigi untuk membacanya.

Zora yang tidak tahan lagi untuk bertanya, akhirnya mengatakannya: "Apakah dunia ini benar-benar ditulis dalam bentuk cerita? Itu sangat menakutkan hanya karena memikirkannya..."

"Kau dan Flora seharusnya tidak pernah ada sejak awal. Karena itu, jangan terlalu memikirkannya." Asheel hanya melambaikan tangannya setelah itu.

"Apa yang terjadi jika aku melakukan tindakan di luar naskah?" Merlin akhirnya bertanya.

"Jika kamu tidak merubah jalan ceritanya, maka tidak apa-apa. Jika kamu melakukannya, maka seluruh dunia akan mengejarmu dan akan memaksamu bertanggung jawab untuk mengembalikan plotnya. Dunia ini tidak memiliki sebuah kehendak, oleh karena itu aturan yang ditetapkan dimensi ini tidak pandang bulu. Di situlah hukum kausalitas bekerja, atau yang sering disebut dengan hukum sebab dan akibat.

"Hukum kausalitas memastikan kehidupan menjalankan tugas yang diberikan dunia kepadanya. Itu adalah alasan yang sama mengapa seorang Pahlawan muncul selama masa penuh gejolak. Satu orang lahir untuk menyelamatkan dunia, sementara yang lain lahir untuk hidup dan mati untuk memberikan sang Pahlawan motivasi untuk menyelamatkannya.

"Di mata Administrator (Dewa yang mengatur Abyss), dunia menyerupai mesin yang sangat canggih, jika satu komponen rusak maka yang lainnya berantakan. Untuk mencegah hal seperti itu, hukum kausalitas hadir, dan ada harga yang mahal demi menghancurkan aturannya."

Kecuali contoh tentang Pahlawan yang disebutkan Asheel, Merlin sebagian memahaminya. Konsep Pahlawan belum muncul pada masa ini, dan karena itu Merlin masih merasa asing tentangnya. Selain itu, apa yang baru saja dijelaskan Asheel hanya berlaku pada Low Abyss, karena Alam di atasnya tidak ada aturan semacam itu.

"Jadi, aku harus tetap mengikuti arus plotnya. Jika aku akan menjadi antagonis, maka aku harus bersikap jahat? Betapa membosankan..." Merlin bergumam sambil menggosok dagunya. Dia lalu menatap serius ke Asheel, "Apakah kamu bisa melakukan sesuatu tentang itu?"

Asheel mengangguk, "Bisa."

Zora langsung berkata, "Kalau begitu, bukankah kamu harus melakukannya? Dengan begitu, orang-orang yang seharusnya memiliki nasib buruk setidaknya akan bisa terlindungi..."

Asheel menjadi cemberut setelah mendengar perkataannya. "Aku tidak ingin melakukannya!"

"Ehh, kenapa...?" Zora masih bersikeras.

"Tidak ingin, ya tidak ingin!"

Sera tersenyum saat melihat tingkah lakunya, "Asheel, kau bersikap kekanak-kanakan."

Asheel menggerutu di pelukannya dan memalingkan muka, tenggelam lebih dalam ke dadanya.

Setelah beberapa saat menyesuaikan diri, dia berkata: "Jangan khawatir tentang nasibmu, Merlin. Kau berada dalam perlindunganku. Yah, selama kamu tidak membahayakan dimensi ini, semuanya akan baik-baik saja. Aturan dimensi tidak akan peduli dengan apa yang kau lakukan atau ciptakan selama tidak menganggu jalannya cerita. Setidaknya untuk dirimu saat ini, kamu belum bisa lepas dari takdir itu."

"Aku harus sekuat apa untuk bisa bebas dari kekangan itu?" Merlin bertanya dengan matanya menunjukkan haus akan jawaban.

"Emm, mungkin sekuat Ophis? Tidak, tidak, bahkan jika itu Ophis, dia masih akan dikejar oleh aturan dunia." Asheel berkata sambil berpikir di sela-sela kalimat. "Walaupun Ophis-chan sudah tidak terikat oleh dunia lagi, tapi setidaknya sebagai Makhluk Trascend, dia masih bisa mengubah takdir seseorang. Namun seperti yang kukatakan sebelumnya, Ophis-chan masih akan terus dikejar jika ikut campur terlalu banyak."

Ophis yang namanya disebut hanya meliriknya sebelum melanjutkan makan kuenya. Tapi setelah mengunyah beberapa kali, dia berkata: "Aku tidak peduli dengan semua itu asalkan bisa merebut ketidakterbatasan dunia ini dan mencari ketenangan abadi. Setidaknya tidak ada Baka-red disini."

"Terserah kamu," Asheel mengangkat bahu.

Sebenarnya dia hanya menakut-nakuti Merlin agar dia memiliki motivasi untuk menjadi lebih kuat. Bahkan jika Asheel tidak mengatakannya, Merlin akan terus mencari kekuatan karena hasrat akan pengetahuan dunia dalam dirinya sangat besar.

Asheel lalu berkata dengan serius sekali lagi: "Pokoknya, jangan terlalu banyak dipikirkan. Sebenarnya, dengan semua yang telah terjadi sebelumnya telah benar-benar mengubah jalan cerita utamanya, setidaknya sedikit. Aku yakin jika aturan dunia pasti akan berbuat sesuatu, entitas itu hanya peduli pada hasil akhirnya."

"Artinya, bahkan jika latar belakang ceritanya banyak yang berubah, semuanya masih baik-baik saja." Merlin menyimpulkan.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C130
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login