Petualangan hebatku di dunia lain ... akan segera dimulai.
Setelah dipermalukan oleh putri dari raja iblis di hadapan sang raja iblis itu sendiri, aku akhirnya memutuskan untuk mengabaikan mereka.
"Ha Ha Ha! Aku tidak menyangka kehidupanmu sangat menyedihkan seperti itu."
... Gadis ini!
Kalau saja dia bukan putri raja iblis, pasti sudah kuberi pelajaran dari tadi.
Sudah, lupakanlah. Yang sudah terjadi biarlah berlalu.
Kurasa tidak akan ada gunanya juga memikirkannya, untuk sekarang kubiarkan saja.
Di dunia ini tidak ada internet, komputer, smartphone, ataupun gadget-gadget lainnya. Aku penasaran bagaimana diriku akan bertahan nantinya.
Kalau begitu...
"... Anu, raja iblis. Anda sebelumnya pernah berkata jika diriku dipanggil ke dunia ini untuk menjadi seorang pahlawan kan?"
"Iya, aku berkata seperti itu kok."
"Dan anda juga bilang jikalau anda ingin dikalahkan oleh seorang pahlawan kan?"
"Benar, aku bilang seperti itu."
"Erm, aku punya pertanyaan. Aku ini tidak punya kekuatan tersembunyi, bakat istimewa dan aku juga tidak memiliki senjata lengendaris yang bisa menghabisi seribu pasukan sekaligus kan?"
"Ya, kau benar."
"Maka dari itu, bukankah akan percuma saja jika aku akan mati dengan cepat di dunia ini?"
"Kau benar juga. Kau tidak memiliki senjata legendaris, kau juga tidak punya kekuatan tersembunyi, kau juga tidak spesial dan beban. Kehidupan petualangmu pasti akan sulit nantinya..."
Hoi. Bukankah kau sedikit melebih-melebihkan?
....
Situasinya pasti akan sulit. Tanpa kemampuan luar biasa ataupun senjata legendaris di dunia lain pasti akan sulit untuk bertahan. Mengingat jika katanya dunia ini sedang dalam kondisi krisis. Seorang pemula sepertiku pasti akan langsung mati seketika.
Aku harap aku akan diberikan atau diberkati dengan sesuatu yang berguna. Setidaknya, sebuah kompensasi.
"Kalau begitu bagaimana kalau begini?"
Apa maksudmu dengan "begitu-begini" tuan raja iblis?
"Putriku akan ikut berpetualang bersamamu."
... Eh?!
Tuan putri Rord langsung terlihat panik sesaat setelah mendengar perkataan ayahnya tersebut.
Begitu juga denganku. Aku tidak menyangka dia akan membuat putrinya sendiri untuk ikut berpetualang dengan orang yang baru ia kenal.
"... Tu--tungg-u Ayah! Kenapa malah jadi begitu?"
Tuan putri mengarahkan pandangannya padaku dengan pandangan tidak enak.
"Kau...! Apa tujuanmu yang sebenarnya?!"
Kelihatannya dia marah.
Jujur saja aku merasa sedikit bersalah karena telah menyeretnya. Tetapi...
Rasakanlah itu. Kau akan ikut berpetualang dengan orang yang telah kau tertawai di dunia yang kejam ini.
Situasinya juga sangat mendukung. Dan juga, jika kuperhatikan dari sifatnya, kurasa raja iblis ini akan berusaha untuk memenuhi permintaan seseorang yang sedang membutuhkan bantuan. Aku harus memanfaatkannya dengan baik.
"Anu... Tuan raja iblis, entah mengapa aku merasa jika itu masih belum cukup..."
"Masih belum cukup? Kalau begitu... Bagaimana jika kau kuberi izin untuk menikahi Rord nantinya?"
"A--! Kenapa malah seperti itu jadinya Ayah?!"
Eh! Yang benar saja? Apa orang ini bersungguh-sungguh?
Tidak. Aku rasa itu sudah berlebihan.
Rezeki nomplok.
Tetapi, rezeki itu tidak kemana. Kurasa aku akan menerima tawarannya ini.
Gawat. Air liurku jadi bocor nih...
"Hei Ayah! Apa kau tidak lihat air liurnya yang jorok itu sampai menetes?! Lihat...! Matanya yang jorok itu menatapku dengan tatapan mesum!"
"Oi! Oi! Oi! Tidak sopan tahu! Meskipun aku senang karena kau akan ikut denganku untuk berpetualang tetapi bukan berarti kalo aku juga akan senang karena aku bisa menikahimu ya! Camkan itu!"
"... Apa kau benar-benar tidak mau...?"
Tiba-tiba saja suara dan tatapan Rord menjadi sangat imut.
Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba bertingkah seperti itu? Apa dia tidak masalah denganku?
Tunggu. Apa dia sebenarnya...
"... Bu--bukannya aku tidak mau..."
"Tuh kan! Ayah! Kau dengar kan perkataannya!"
"Ka--kau ini! Kenapa plin-plan sih?! Padahal aku sudah mengatakannya-padahal aku sudah mengatakannya...!"
Aku mencubit pipi Rord yang lembut karena merasa geram dengannya.
"Hoi! Apa yang kau lakukan, Beban Keluarga?!"
"Ini salahmu sendiri tahu!"
Pada akhirnya kami saling mencubiti pipi satu sama lain.
"... Kalau begitu apakah izin-nya ingin dibatalkan?"
"Ya! Dibatalkan saja!"
"Tidak! Kumohin jangan dibatalkan!"
"... Yang mana satu...?"
***
Setelah bertengkar dan mencubit-cubiti pipi satu sama lain untuk waktu yang cukup lama, akhirnya kami berhenti.
Sakit sekali. Sampai jadi merah begini...
Sekejap tadi aku jadi bertingkah malu-malu kucing, apa yang sebenarnya terjadi denganku...?
Tetapi ... Tuan Putri Rord ini ... benar-benar sangat cantik, meskipun pipinya jadi chubby begitu setelah dicubit.
Tubuhnya ramping seperti seorang model, dadanya juga... Yah, meskipun masih dalam masa pertumbuhan sih. Dan rambut pirangnya yang berwarna krem itu benar-benar menawan.
Ditambah dengan dua tanduk kecil seperti banteng yang tumbuh di kedua sisi kepalanya dan ekor yang tumbuh di atas pantatnya yang berbentuk hati serta sayap yang tumbuh di antara ekornya itu, benar-benar membuatnya menjadi seorang gadis iblis idaman.
Telinganya juga panjang seperti Elf. Benar-benar perfect.
"Lihat apa kau...?!"
"... Ti--tidak. Tidak lihat apa-apa kok..."
Dia mengalihkan pandangannya setelah aku melihatnya, wajahnya juga memerah.
Apa dia Tsundere?
Tidak, mungkin itu karena aku mencubit pipinya.
Bukan hatiku saja yang cenat-cenut, tapi sepertinya bagian bawah tubuhku juga ikut-ikutan.
Tunggu. Tenanglah diriku...!
....
"Kalau begitu sudah diputuskan ya. Rord, kau akan menemani pahlawan kita untuk ikut berpetualang bersamanya."
"... Baik."
Rord menjawabnya dengan suara lemas.
Jadi sudah diputuskan ya...
Petualangan yang bertujuan untuk mengalahkan raja iblis bersama dengan putri dari raja iblis itu sendiri!
....
"... Sepertinya sekarang sudah hampir waktunya untuk melakukan itu."
"... Waktunya? Waktu untuk apa?"
"Sekarang adalah waktunya untuk melaksanakan pesta penyambutan! Penyambutan pahlawan. Masa itu saja kau tidak tahu ... Hm!"
Jangan marah-marah gitu dong neng, nanti cantiknya hilang loh.
Tunggu ... apa yang dia maksud dengan pesta penyambutan pahlawan?
Apa mungkin itu adalah pesta untuk menyambutku...?
"Benar. Seperti yang Rord katakan, ini adalah pesta untuk menyambut kedatanganmu."
Beneran nih...?!
Pesta untuk menyambut pahlawan!
Pesta yang diadakan khusus demi diriku!
***
Aku, Rord, dan raja iblis akhirnya keluar dari ruangan tahta.
Saat keluar dari ruangan itu, aku melihat seorang pria sedang menunggu kami.
Rord dan raja iblis lalu menyapanya dan aku hanya mengikuti mereka dari belakang.
"Hai Modar, lama tidak bertemu."
... Modar?
"Tuan putri. Lama tidak bertemu."
"Sedang apa kau di sini?"
Ada apa dengan nama itu? Pu He He.
Gawat. Saking lucunya aku sampai ingin tertawa terbahak-bahak.
Wajahnya terlihat tampan meskipun dia sepertinya lebih tua dariku. Aku berkata begitu bukan karena aku homo tapi karena aku mengaguminya.
Karena kelihatannya ia merupakan orang yang baik dan bertanggung jawab.
Dia memakai satu set pakaian layaknya seorang kesatria lengkap dengan pedang besar yang ia taruh di punggungnya.
Besar sekali pedangnya!
"Modar. Kau sudah kembali ya."
"Benar, yang mulia."
Kalian! Berhentilah mengatakan itu. Pu Ha Ha!
"Aku sudah kembali---..."
Pria itu melihat ke arahku.
Aku punya perasaan buruk soal ini...
"---Kau! Apakah kau sang pahlawan itu?"
"Pahlawan? Ah, benar itu adalah aku sang pahlawan."
Aku mengakuinya secara spontan.
Aku harap itu tidak akan menimbulkan situasi yang buruk.
Biasanya, jika kau bertemu dengan seorang kesatria, mereka akan iri denganmu dan kau akan langsung ditantang untuk berduel dengannya. Dan aku berharap itu tidak akan terjadi padaku.
Tetapi. Terkadang mengaku-ngaku itu enak juga ya, terasa seperti sedang dikagumi seseorang.
"Aku akhirnya dapat bertemu denganmu!"
Eh?
Dia tidak menantangku?
Apa mungkin itu dikarenakan ia berusia lebih tua daripadaku?
"A--Ah. Benarkah begitu? Terima kasih-terima kasih..."
"Aku sudah dengar! Katanya kau dipanggil ke dunia ini untuk mengalahkan raja iblis bukan?"
"Be--benar, mereka bilang seperti itu."
"Kalau begitu berjuanglah ya!"
"Te--terima kasih..."
Ini diluar dugaan.
Dia ternyata merupakan orang yang sangat baik.
Aku benar-benar tidak menduganya.
Sepertinya perbedaan usia memang menjadi alasannya.
"Kalau begitu mari kita pergi ke aula kerajaan!"
"Aula kerajaan?"
"Di situlah tempat pesta penyambutanmu akan dilaksanakan ... peka sedikit kenapa? Karena itulah kau menjadi pengurung diri. Hm!"
Gadis ini benar-benar ngeselin sekali...
***
Kami memasuki aula kerajaan.
Raja iblis sepertinya sedang ada urusan sebentar, dan kami akhirnya disuruh untuk pergi lebih dulu olehnya.
"Aku mau buang air sebentar. Kalian pergilah duluan ya!"
Ruangannya sangat luas dan megah. Tempat ini ternyata benar-benar merupakan sebuah kastil ya...
"Hei, coba kau lihat ke arah bawah sana."
"Ke bawah?"
Eh?!
Ramai sekali! Semua orang yang ada di sini datang hanya untuk menyambutku?!
Aku tidak pernah menyangka hal seperti ini akan pernah terjadi seumur hidupku.
Modar lalu berjalan mendekat padaku dan berbisik:
"Dan kau nanti harus mengatakan sesuatu seperti pidato nanti. Oh ya, berhati-hatilah dalam berpidato karena bisa saja kau akan 'Mati' jika mereka tidak suka. Berjuanglah ya anak muda!"
Setelah membisikkannya, Modar lalu menepuk punggungku dengan santainya.
Benarkah?! Aku jadi gugup. Tenanglah diriku, tenanglah. Bawa santai saja, bawa santai saja...
Ya mana bisa santai lah woi?!
Jumlah orangnya sebanyak ini loh!
Kalau kuperkirakan sepertinya ada sekitar 100 orang di ruangan ini. Tidak, sepertinya jauh lebih dari itu.
Ditambah lagi...
Orang-orang yang ada di sini kelihatannya sangat tidak normal!
Ada yang kulitnya berwarna merah, ada juga yang kulitnya berwarna biru, ada yang memiliki tanduk, sayap, badan yang sebesar kebun, dan bahkan ada yang berbentuk seperti lendir?! Apa benar jika itu adalah makhluk hidup?!
Seorang pengurung diri sepertiku sudah pasti tidak akan bisa santai kalau seperti ini...
"Hoi, kenapa badanmu bergetar seperti itu? Tenanglah sedikit, bawa santai saja, bawa santai saja."
Terima kasih atas dukungannya, tuan putri!
Aku berjalan dengan pelan ke tempat dimana semua orang akan bisa melihatku.
Badanku gemetaran, dan sepertinya aku merasa ingin pipis di celana.
Meskipun begitu, aku tetap melangkahkan kakiku ke depan!
Aku berdiri di balkon dimana semua orang bisa melihatku dengan jelas.
Sudah lama sekali sejak aku bicara di depan umum.
Kakiku masih gemetaran, tetapi aku tetap berusaha menahannya.
Tenanglah. Tersenyumlah. Tersenyumlah.
"... Na--Namaku adalah Lord! Aku adalah pahlawan yang telah dipanggil ke dunia ini untuk mengalahkan raja iblis. Aku bingung untuk mengatakan sesuatu karena kalian adalah iblis dan pasti akan tiba saatnya untuk melawan kalian juga nantinya, tetapi, aku akan berjuang! Aku akan mengalahkan raja iblis! Meskipun aku masih seorang pemula dan belum pandai bertarung, bahkan aku belum memiliki pengalaman apapun, tetapi... Mohon bantuannya...!"
Aku mengatakannya dan membungkukkan badanku.
Semua mata yang ada di ruangan ini langsung tertuju padaku.
....
"... Lo--Lord?!"
"Bagus Lord!"
"Berjuanglah saat berpetualang ya!"
"Semangat nak!"
"Meskipun aku adalah seorang iblis, tetapi kata-katamu itu lumayan juga."
"Aku tidak paham apa yang kau katakan, tetapi yes saja!"
"... Te--terima kasih, terima kasih."
Kurasa aku berhasil.
Aku lalu mundur dari balkon dan pergi menemui Rord.
"Eh. Kemana perginya Modar?"
"Barusan dia bilang kalau sedang ada urusan."
"Oh begitu. Bagaimana kata-kataku barusan?"
Rord menyilangkan tangannya, dan mengalihkan pandangannya ke samping.
"Yah biasa saja sih."
Kenapa kau malu-malu begitu Mbak Tsundere?
"Daripada itu, apa memang benar jika namamu itu adalah 'Lord'?"
"Ah, itu. Aku berbohong. Menyebutnya berbohong itu terdengar aneh sih, tetapi. Namaku yang sebenarnya adalah Lort, menggunakan huruf 'T', aku memplesetkannya menjadi 'Lord' karena menurutku itu keren. Lagipula hanya beda satu huruf, dan juga cara bacanya tidak berbeda. Apa itu masalah? Lagian, orang-orang sering salah mengartikannya dan langsung menyimpulkan seenaknya."
"... Kau. Apa kau tahu apa yang baru saja kau perbuat?"
Eh. Apa itu benar-benar masalah?
"Apa kau tidak tahu? Kalau kau tidak diperbolehkan untuk berbohong pada seorang iblis?"
"... Tidak, memangnya kenapa?"
"Kau ini... Iblis itu adalah makhluk yang sensitif, bahkan jika kau berbohong secara tidak sengaja ataupun melakukan kebohongan kecil, mereka bisa saja akan marah dan memburumu sampai mati tahu!"
Gawat! Kenapa bisa pula iblis jadi seperti itu?!
Ditambah lagi, aku mengatakannya kepada banyak orang, bisa-bisa...!
"Ka--kalau begitu, aku akan mengatakan kebenarannya pada mereka."
Saat aku ingin berjalan kembali menuju ke balkon, Rord menarik tanganku dan berkata:
"Aku sarankan jangan. Sudah kukatakan bukan, jika para iblis itu sensitif? Kau bisa saja akan dimaklumi, tetapi bisa saja malah sebaliknya."
Gawat. Benar-benar gawat!
Bagaimana bisa dunia ini sangat berbahaya seperti ini sih?! Kenapa keseimbangan dunia ini sangat tidak teratur?!
Berbohong saja bisa seperti ini, apalagi... Lagian, memangnya yang barusan itu bisa disebut sebagai sebuah kebohongan?!
"Ka--kalau begitu, aku harus bagaimana?!"
"... Untuk sekarang, mungkin kau bisa mempertahankan kebohongan itu dulu. Tetapi...----"
"--Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?"
Seseorang muncul secara tiba-tiba, membuat diriku dan Rord terkejut karena kedatangannya.
"Lord sama Lort kan ga ada bedanya?"
Buat menjawab pertanyaan itu biar tidak terlalu bingung
Lord = Lorudo
Lort = Loruto