"Sebel, sebel, sebeeeelll...!!!" gerutu Chika sambil menghentakkan kedua kakinya. Dia benar-benar sangat kesal banget dengan Alex tadi.
"Ada apa sih, Chik? Dari tadi ngomel gak jelas gitu?" tanya Imelda, teman masa kecilnya, sudah jadi sahabat baik.
"Kesal sama muka papan tembok!" celetuk Chika.
Imelda mengernyit, tidak paham dengan celetuknya Chika. "Memang siapa sih muka papan tembok?" tanyanya penasaran.
"Iihh...!!! Kamu juga sama! Jangan bikin aku tambah bete gini, kenapa sih, Mel?" tuding Chika malah merebut botol minuman miliknya.
"Eh ... ya, kamu juga, kalau aku tanya, jawab yang jelas dong. Mana aku paham julukan panggilan tadi? Pasti dong otak aku travelling terus," cicit Imelda kembali merebut botol minuman dari tangan Chika.
"Itu loh, Mel. Alex, Alexis Viando Sanjaya, jangan kamu gak kenal nama itu?" Chika menyebutkan nama lengkapnya.
Imelda yang tadi menyeruput minuman dengan santai, dia pun melebarkan dua matanya. Siapa yang tidak kenal Alexis Viando Sanjaya, orang bisnis mana lagi yang tidak kenal dengannya. Pria angkuh, mulut pedas, bahkan sikap acuh tak acuh.
Apalagi Ibu Negara sendiri bisa masuk ke rumah sakit beberapa kali karena sikap pria itu. Ibu Marika, wanita paling terhormat sepanjang masa hidupnya. Orang-orang yang mengenal pun sangat menghormatinya. Hanya putranya sendiri paling susah di atur. Dengan mulut laknat dan pedas itu pula yang selalu bikin orang-orang sikap sabar.
"Ya, aku pasti kenal dong, gak mungkin aku gak kenal dia. Dia sosok manusia paling ibliiisss banget, bukan? Apalagi dengan mulutnya itu, iihh ... kalau aku ingat lagi itu orang, pengin banget cabai caplang ku masukin ke mulutnya," cemooh Imelda.
Imelda saja bisa kesal sama Alex, bagaimana dengan Chika?
"Tapi aku suka sama dia, walau sikapnya ibliis banget, tetap saja aku suka. Beda dari pria yang selama ini aku temui pada omongan besar dan buaya banget. Cumaaannn ...." Chika kembali sedih setelah perkataan Alex tadi di lift.
"Cuman apa?" Imelda makin penasaran sama kelanjutan Chika.
"Menurut kamu, emang aku cupu banget, ya?" Chika bertanya pada Imelda.
Imelda memperhatikan dari atas hingga ke bawah, tidak ada yang aneh penampilan sahabatnya ini. Apalagi style baju di pakai oleh Chika termasuk modern banget. Jarang ada orang bisa pakai style baju super keren seperti Chika.
"Gak ada, memang kenapa?" jawab Imelda jujur. Chika mendengus sangat berat.
"Dia katai aku, cupu. Terus culun? Padahal aku mengubah semua penampilan seperti wanita pada umumnya, masih saja dia katai aku cupu, culun, manja, bla bla bla...." ucap Chika merasa frustrasi banget.
Imelda paham sekarang. "Sabar, bisa jadi dia lagi gak mood. Kamu tau sekarang dia super sibuk urus ini itu. Aku yakin, dia cuma sekadar cuek, aslinya dia peduli kok sama kamu, cuma gengsinya saja sok kebangetan," ujar Imelda menghibur Chika. Chika senyum pada Imelda. Untung saja ada sahabat baiknya bisa dia andalkan. Kalau tidak, mungkin Chika akan mengalami mood berkepanjangan.
****
"Bagaimana keadaan ibu kamu? Maaf saya tidak bisa datang membesuk, apalagi pekerjaan tidak bisa di tinggal begitu saja," ucap Hantari setelah pembahasan tentang bisnis kerja sama dengan perusahaan Adalix Corp.
Alex hanya beri senyuman pada pria tua di hadapannya. Bukan soal basa-basi lagi apa dipertanyakan. Alberto yang melihat tatapan putra majikannya pun merasa bagaimana setelah menjelaskan segala sistem kerjasama. Hantari sangat antusias untuk menjodohkan putrinya dengannya.
"Ibu sihir itu baik-baik saja, bahkan dia tidak sehat sekali. Anda tidak perlu mengkhawatirkan dirinya. Wanita tua seperti dia tidak perlu di besuk juga, dia tetap sehat bugar, dia hanya cari perhatian agar ada orang mau mendengar ocehan ceramah tuanya," balas Alex dengan kalimat tidak seharusnya diucap. Tapi bagi Hantari hal sudah biasa dengan kalimat dari putra teman bisnisnya.
Ya, Hantari sangat kenal sekali siapa Marika Himawari Sanjaya, bahkan Hantari dulu juga sangat menyukai beliau, itu di masa lalu, Marika adalah sosok wanita yang super power, kejam, dan mulut laknat seperti Alex. Selalu mengeluarkan kata-kata menusuk jantung. Tapi bagi Hantari wajar saja.
"Hahaha .... sungguh, kamu sangat mirip sekali dengan ibumu, tidak ada beda jauh darinya," tawa Hantari bahkan dia bisa mengingat semua memori kebersamaan dengan Marika di masa mudanya.
Alex mengangkat satu alisnya, mungkin lucu untuk pria tua satu ini. Alex sangat tau bagaimana watak sifat pria tua ini, Hantari Rejeki Kusuma pemilik perusahaan PT. Murnia Anjani Rejeki. Pastinya orang bisnis besar seperti Hantari banyak sekali teman bisnis seperti ibunya Alex.
Isu belakangan ini Alex dengar bahwa ibunya dengan Hantari adalah satu teman masa kuliah, bahkan pria tua ini sempat mengaku dia sangat menyukai ibunya di masa muda itu. Sayangnya ibunya Alex tidak suka dengan sikap angkuh dimiliki oleh Hantari, ambisius nya terlalu tinggi. Malahan ibunya Alex jatuh cinta pada seorang pria dengan keluarga biasa-biasa saja.
Semua berubah, bahkan hingga saat ini rencana dari Hantari untuk datang dan mengajak kerja sama dengan mereka bukan soal bisnis kerja. Melainkan mempererat kekeluargaan yaitu menjadi tameng putri kesayangannya sendiri, Chika Hantari Kusuma.
"Namanya dia ibu kandungku, wajar kalau sifat saya mirip dengannya, terkecuali saya bukan siapa-siapa, baru itu terlihat aneh bukan? Untuk permasalahan ini kita anggap selesai, selama proyek dan pengelolaan bisnis produk bumbu sajian makanan masih kerja sama. Bukan berarti Anda sudah lega," ucap Alex mengakhiri percakapan mereka selama dua jam lebih.
Hantari mengernyit dan terdiam setelah mendengar pengucapan terakhirnya. "Maksud kamu?"
"Saya datang ke sini untuk melunasi utang yang tertunda beberapa minggu yang lalu, kita hanya sebatas bisnis kerja, bukan pererat persaudaraan. Saya pikir Anda tidak dalam pura-pura bodoh, Pak Hantari Rejeki Kusuma. Apa Anda tidak sadar selama percakapan dua jam penuh ini, Anda selalu membahas soal ibu sihir itu? Tujuan Anda pasti bukan soal kerjasama saja, bukan?" terang Alex memperjelas kepada Hantari.
Hantari terdiam tanpa ada satu kata bisa dia ucap. Hantari telak untuk menyadari semuanya. Hantari mengira Alex tidak sadar atas percakapan dua jam penuh ini. Tentu, percakapan yang tidak pantas untuk dibahas. Hantari sangat tau bagaimana sifat Alex. Pura-pura tidak ingat soal kejadian tempo hari, atau memang sengaja dia pura-pura tidak tau sama sekali. Benar-benar batas diluar perkiraan oleh Hantari saat ini.
"Jangan karena saya menerima tawaran kerja sama dengan Anda. Anda bisa lega, maaf Pak Hantari. Bisnis kerja tetaplah bisnis kerja, jangan pernah sekali memasuki bisnis kerja ke dalam bisnis kekeluargaan. Jika Anda ingin usaha bisnis Anda sukses, perbaikilah semua kinerja dan sikap Anda yang suka mencampur urusan pribadi ke bisnis kerja, baiklah sampai di sini dulu percakapan kita. Mungkin saya terlalu banyak menegur segala kesalahan Anda, saya permisi," lanjut Alex kemudian, setelah itu Alberto membuka pintu untuk putra majikannya.
Hantari mematung setelah apa dia dengar dari semua kalimat dikeluarkan oleh Alex barusan. Alberto hendak pamit namun melihat wajah Hantari sulit ditebak, mau tak mau Alberto mengurungkan niatnya itu.
Alex mengeluarkan hapenya, setelah itu melihat jam di sana. Sudah hampir pukul lima Sore. Sudah selesai pekerjaan dia bertemu dengan klien bisnisnya.
Sementara di rumah petak itu, seorang wanita tengah duduk di depan rumah sambil menikmati sepotong kue beras pulut. Dengan semangat dan santai menikmati hingga habis. Kemudian dia pengin sesuatu yang sangat susah dicari. Akhir-akhir ini Fira semakin aneh, bahkan menginginkan sesuatu diluar perkiraannya sendiri.
"Sayang, sudah hampir magrib, mandi dulu," tegur Ervan dia baru saja selesai mandi. Lalu dia mendatangi istrinya sedang duduk santai sambil mengunyah lemang di piring tersebut.
"Iya, Sayang, sebentar lagi, ya," jawab Fira, tetapi seorang wanita paruh baya itu tiba-tiba muncul di belakang Ervan.
"Kalau suami suruh mandi, ya, mandi. Ngapain lagi menunggu? Wanita yang lagi hamil paling pantang banget mandi magrib-magrib apalagi tanpa kastamata pun bisa datang menjamaah kamu?!" ucap Renata.
Fira cuma diam setelah mendapat teguran pahit dari ibu mertuanya. Entah kenapa ibu mertuanya sangat suka berpikiran hal negatif yang tidak ada menjadi ada. Ervan yang dengar ibunya mengomeli istrinya dengan cepat dia mengangkat piring dan bawa Fira masuk ke rumah.