Shopia baru saja keluar dari ruang guru dengan tergopoh-gopoh membawa Torso untuk alat peraga pelajaran biologi nanti. Sebenarnya torso itu tidak berat, tetapi tangan Shopia penuh dengan buku-buku yang sekalian disuruh bawa oleh Buk Irma, guru Biologi kelas dua. Sekarang Shopia dengan susah payah membawa semua barang-barang itu dengan tangannya. Padahal tadi Shopia sudah mengatakan kepada Buk Irma, kalau ia akan memanggil Ketua kelas untuk membantunya, tetapi Guru itu memerintahkan harus dibawa semuanya sekalian sekarang juga.
"Shopia, Tunggu" suara seseorang dari arah belakangnya menghentikan langkah Shopia. ia menoleh, seketika jantungnya berdegup kencang, anak baru itu memanggilnya dan ia tahu nama Shopia, ada apa? batin Shopia. Adi mendekat kearah Shopia, sebenarnya ia sudah memperhatikan Gadis itu sejak ia keluar dari ruang Guru tadi, tapi ia menunggu sekitar sepi dulu, baru memberanikan diri mendekati Shopia. Adi mengambil Torso wanita yang dipegang oleh Shopia.
"Aku bawain yang ini" Ujarnya tanpa menunggu persetujuan Shopia sekarang alat peraga itu sudah dipegang oleh Adi
" Eh...Tidak Apa, biar Pia aja" Shopia berusaha mengambil kembali torso itu, tapi adi sudah membalikan badan, sehingga Shopia tidak dapat menggapainya.
"Ayo.. keburu telat" Adi mulai melangkah menuju kelas mereka, sementara Shopia masih tertegun dengan kejadian barusan, tersadar ia pun mulai melangkah mengikuti Adi.
Disepanjang koridor sekolah Adi dan Shopia hanya berjalan tanpa ada percakapan. Shopia berjalan di belakang Adi berjarak 2 langkah. Sementara Adi ingin berjalan beriringan dengan teman sekelasnya itu. Adi memperlambat langkahnya agar Shopia bisa jalan beriringan dengannya, tetapi gadis itu malah ikut memperlambat juga langkahnya dan mempertahankan posisinya di belakang Adi. Shopia merasa malu dan canggung dengan Adi. Semenjak dua bulan Anak itu menjadi teman sekelas Shopia, ia sama sekali belum berkenalan ataupun berbicara dengan Adi. Shopia tidak tahan dengan debaran jantungnya yang tidak karuan jika ada Adi disekitarnya. Bagaimana ia bisa berbicara dengan Adi, kalau keadaannya demikian. Tetapi kalau mencuri- curi pandang kepada Adi secara diam- diam adalah kegiatan yang sering dilakukan Shopia akhir- akhir ini
Wajahnya yang tampan, lesung pipinya yang muncul di pipi pemuda itu ketika ia tersenyum, membuat Shopia tidak dapat mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Apalagi kalau Adi bermain basket, ketika jam olah raga, benar- benar membuat Shopia terpaku kepada pemuda itu. Seperti sekarang saja Shopia sudah terpana hanya dengan melihat punggung teman sekelasnya itu.
Adi menghentikan langkahnya ia menunggu Shopia agar seiringan dengannya, tapi Shopia malah ikut berhenti. Adi mundur dua langkah untuk bisa berdiri disamping Shopia. Shopia akan melangkahkan kakinya untuk mundur juga, tetapi tangganya di tahan oleh Adi
"Kemana?" Adi bertanya kepada Shopia, Shopia hanya mengeleng
"Ayo nanti telat" Shopia dengan canggung mulai berjalan. Adi hanya tersenyum saja melihat tingkah canggung Shopia. Dengan mudahnya pemuda itu mengejar langkah Shopia dan sekarang mereka berjalan beriringan menuju kelas.
"Nanti pinjam catatan Biologi Shopia ya" Adi memecah suasana hening dan canggung diantara mereka
" Ya boleh" Jawab Shopia singkat, lalu keduanya kembali berjalan dalam diam sampai tiba di dalam kelas. Keduanya meletakan barang yang mereka bawa diatas meja guru, tidak berapa lama setelahnya masuk Buk Irma Guru Biologi mereka, dan kelas pun dimulai.
"Shopia" Sapa Adi kepada Shopia dan duduk di bangku Dina yang kebetulan sedang pergi keluar
"ee Iya" Jawab Shopia sedikit canggung menoleh kepada Adi yang sekarang disampingnya
"e iya, ini" Shopia menyodorkan Buku catatan Biologinya, Adi katanya tadi mau meminjam buku itu.
"Boleh aku minta nomor telepon Shopia? Nanti kalo ada yang gak ngerti aku bisa tanya Shopia lewat telepon" Ujar Adi sambil mengambil buku catatan Shopia. Shopia menganguk lalu gadis itu mencatat nomor telepon rumahnya di sebuah kertas kecil, lalu memberikannya kepada Adi. Adi menerima kertas itu dan tersenyum lalu berterima kasih dan kembali ke tempat duduknya.
Shopia berusaha keras menahan debaran jantungnya yang tidak karuan, ia takut jikalau Adi mengetahui kalau ia sangat grogi jika berbicara dengan pemuda itu. Padahal Shopia adalah gadis yang ceria tidak pendiam, tetapi ketika ada Adi disekitarnya Shopia seolah- olah berubah menjadi kepribadian yang berbeda. Dina sahabatnya juga terheran- heran dengan Shopia. Akhir - akhir ini Shopia menjadi berbeda, candaan dan gurauan Dina ditanggapi dengan kalem oleh Shopia, biasanya ia akan membalas Dina, dan selalu berkahir berkejaran dengan Sahabatnya itu. Ketika ditanya oleh Dina, Shopia malah tidak merasa ada yang berubah dari dirinya.
"Kan Pia, Beda deh" Ujar Dina yang baru saja duduk di bangkunya
"ee.. Apa? apa yang Beda Na? Shopia heran, Dina Baru datang langsung berbicara tentang perbedaan, apa yang beda?
" Ya Pia lah, biasanya kan cengengesan, sekarang diam- diam aja " Sekarang Dina menatap kearah kawannya itu
" Masak Pia harus cengengesan terus, ntar dikira miring sama orang" Shopia memberikan gesture jari dimiringkan di jidatnya, lalu ia terkekeh kepada sahabatnya itu.
" Malahan kalau Pia diam- diam aja dikira miring sama orang" jawab Dina lalu mereka tertawa - tawa bersama seperti biasanya. Ada seseorang yang tidak berhenti memperhatikan Shopia sedari tadi, ia tersenyum melihat keceriaan gadis manis itu. Gadis yang membuat pandangannya tidak berpaling, wajah dan senyumannya yang manis, dan tingkah lakunya yang mengemaskan dan sedikit canggung, membuat ia semakin menarik perhatian seseorang itu yang adalah Adi.
Malam ini suasana cerah, banyak bintang bertaburan di langit, Shopia sedang bersantai di halaman belakang rumahnya bersama Abang dan Ayahnya bersenandung dengan iringan gitar dari Abangnya Arya, sedangkan Ibu sedang di dapur mengambilkan ubi rebus untuk cemilan mereka malam ini. Mereka memang biasa bersantai ketika malam cerah, dan halaman belakang rumah adalah tempat favorit seluruh keluarga untuk bersantai, apalagi sekarang malam minggu, Ayah Ibu dan anak- anak libur besok, jadi malam ini banyak waktu untuk bersantai.
kring.. kring.... kring. Telepon di ruang keluarga berbunyi, ibu yang akan menuju halaman belakang berubah arah ke tempat telpon dan mengangkat telpon tersebut.
"Pia.. Pia.. Shopia, ada telepon" Ibu memanggil Shopia dari ruang keluarga
" Yaa Buu" Jawab Shopia langsung menuju tempat telepon
" Temen Pia katanya" ujar ibu menyerahkan ganggang telepon pada anak bungsunya
" Makasih Bu" Shopia meletakan ganggang telepon ditelinga nya. Ibu pun berlalu menuju halaman belakang
"Halo" Shopia menyapa orang yang menelponnya
" Halo Pia, ini Adi" Suara di seberang menjawab Shopia. Seketika jantung Shopia berdebar kencang.
" iya, ada apa?" Shopia berusaha mengatur suaranya agar terdengar biasa
" Ada pelajaran Biologi yang aku kurang ngerti, mau tanya sama Pia" ujar Adi, Tentu Adi bertanya tentang pelajaran, memang Shopia berharap apa? pikir Shopia dalam hati
"Yang mana tu, Biar Pia bantu" Jawab Shopia
" Mungkin tidak cukup melalui telepon. Kalau besok Shopia bisa gak? Sekalian temani aku beli buku ke toko buku, Bisa kan Shopia?" Jelas Adi panjang lebar. Lagi - lagi jantung Shopia tidak karuan, tetapi ia juga merasa senang, karena akan bertemu Adi lagi besok. Shopia menjawab bisa kepada Adi, dan mereka Janjian di toko buku besok jam 9 pagi. Shopia kembali ke halaman belakang ketempat keluarganya berkumpul. Sepanjang malam senyuman tidak pernah pudar dari wajah manis Shopia.
Bersambung