Putri Jang berjalan beriringan dengan selir Yui keluar dari ruangan Ratu Ran. Putri Jang menghela nafas sejenak mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada Selir Yui tentang Pangeran Dong.
"Yang mulia bolehkah hamba tahu bagaimana kabar Pangeran Dong Hwa," ucap Putri Jang sopan.
Selir Yui menghentikan langkahnya sejenak menatap wajah Putri Jang lekat lekat.
"Dia baik, apa kau juga merindukannya Putri?" tebak selir Yui.
"Tentu saja Yang mulia meski kami memutuskan untuk tidak bersama dalam sebuah hubungan tapi kami tetaplah seorang sahabat."
"Hemm ya kau benar putraku juga berkata begitu kepadaku."
"Benarkah yang mulia?"
"Hemm, kau tahu dia sangat mencintaimu, dia sangat terpukul dan sedih ketika mengetahui kau akan menikah dengan Raja Joon, dia pergi untuk menata hatinya Jang."
"Anda sudah tahu itu yang mulia? maafkan hamba yang mulia karena telah membuat Pangeran Dong kecewa."
"Ya... Raja Won yang bercerita kepadaku setelah kepergian Putraku, awalnya aku juga marah dan kecewa tapi aku berfikir lagi jika aku pun tidak bisa melawan keputusan Dewan kerajaan yang mutlak bukan?" Putri Jang mengangguk pelan.
"Iya yang mulia anda benar baik hamba maupun Pangeran Dong, Raja Joon dan juga Ratu Ran kami semua juga merasakan perasaan yang sama tapi kami pun tidak bisa melakukan apapun untuk menolaknya," jelas Putri Jang.
"Jang, bagaimana dengan perasaanmu saat ini?" tanya Selir Yui tiba - tiba.
"Perasaan?" tanya Putri Jang memastikan.
"Hemm, apakah kau sudah mulai mencintainya?" tanya Selir Yui menatap lembut Putri Jang.
"Hamba belum tahu mengenai itu Yang Mulia, hamba belum tahu isi hati hamba yang sebenarnya," jawab Putri Jang jujur.
"Begitu rupanya, belajarlah mencintainya Jang. Meski bukan putraku tapi aku tahu Joon adalah pria yang baik, dia pantas untukmu. Kalian sangat serasi." Putri Jang tersenyum tipis mendengar ucapan Selir Yui, ia tak menyangka jika selir Yui memiliki perangai yang sama baiknya dengan Pangeran Dong.
"Hemm, terimakasih atas nasehat Yang Mulia. Kalau begitu hamba mohon diri. Hamba titip salam untuk Pangeran Dong yang mulia," ucap Putri Jang sembari membungkuk memberi salam.
"Berkunjunglah ke ruanganku jika kau kesepian Jang, kita bisa berbincang sembari menikmati secangkir teh hijau."
"Baik Yang Mulia."
Putri Jang berlalu pergi menuju ruangannya ia memanggil dayang Han untuk menemaninya.
"Bi, aku sangat lelah maukah bibi membantuku memijit tubuhku sembari berendam?" Dayang Han mengangguk dan tersenyum.
"Tentu Putri, dengan senang hati."
Putri Jang menceburkan diri ke dalam bak mandi dengan perlahan tangan dayang Han mulai terulur dan bergerak memberikan pijitan pijitan kecil kepada Putri Jang.
Putri Jang menutup mata perlahan menikmati kelembutan pijitan dayang Han sembari mengobrol kecil.
"Bibi, akhir akhir ini tubuhku mudah sekali lelah aku terkadang juga merasakan pusing dan juga hendak muntah ketika pagi."
Diam diam Dayang Han menyunggingkan sebuah senyuman ketika mendengarkan cerita Putri Jang didalam hati dayang Han berharap semoga dugaannya benar dan Putri Jang segera diberikan kebahagiaan.
Usai berendam Dayang Han membawakan Putri Jang beberapa makanan, semangkuk manisan buah dan juga secangkir teh mint. Putri Jang membelalakkan mata melihat begitu banyak makanan yang dibawa oleh dayang Han.
"Bibi mengapa banyak sekali makanannya? apakah bibi ingin makan bersamaku?" tanya Putri Jang heran.
"Putri harus makan yang banyak agar tidak mudah merasa lelah dan juga pusing dipagi hari."
"Baiklah, aku akan memakannya tapi ku mohon bantu aku untuk menghabiskannya bi," ucap Putri Jang memohon.
"Baik Putri, Silahkan Putri makan terlebih dahulu."
Usai makan makanan utama Putri Jang memakan semangkuk manisan buah hingga tandas entah mengapa kali ini ia merasa rasa manisan buah ini terasa begitu nikmat hingga membuatnya ketagihan. Dayang Han semakin yakin dengan dugaannya kala melihat Putri Jang begitu antusias memakan manisan buah. Namun ia tak mau gegabah sebelum ada bukti kuat lainnya untuk menguatkan dugaannya saat ini.
***
Putri Jang sedang duduk dikursi sembari memakan semangkuk manisan buah. Entah mengapa sejak dayang Han memberinya manisan buah tadi pagi ia menjadi menginginkannya lagi dan lagi. Ia juga lebih suka meminum teh mint dari pada teh hijau sekarang.
Sore ini seorang pelayan datang ke ruangan Putri Jang memberitahu Putri Jang jika Raja tidak bisa menemaninya malam ini. Putri Jang cukup mengerti dan memahami akan hal tersebut. Ia tidak terlalu mempermasalahkan kedatangan Raja Joon sekarang.
"Hormat hamba Yang Mulia, hamba membawa pesan dari Yang Mulia Raja untuk Putri Jang beliau berpesan untuk menyampaikan permintaan maaf beliau karena malam ini tidak bisa menemani Putri Jang karena harus menjaga Ratu Ran."
"Ahh ya, terimakasih katakan pada Raja Joon jika aku baik baik saja dan tak perlu mengkhawatirkan ku."
"Baik Yang Mulia, hamba pamit undur diri."
"Hemm," ucap Putri Jang sembari kembali menyantap manisan buah.
"Bibi kau tahu aku menjadi ketagihan manisan buah setelah kau memberikannya untukku tadi."
"Ini rasanya beda dari biasanya bi enak sekali... emmm," ucap Putri Jang sembari mengunyah manisan buah.
Dayang Han tersenyum melihat Putri Jang yang begitu antusias memakan manisan buah.
"Pelan pelan saja Putri nanti tersedak."
"Iya bi."
Malam ini Putri Jang ditemani oleh Dayang Han. Putri Jang duduk di atas ranjang bersandar dikepala ranjang sembari membaca buku sementara Dayang Han duduk di tepian ranjang sembari memijat pelan kaki Putri Jang.
"Bi berhentilah dan kembalilah keruanganmu untuk beristirahat kau sudah bekerja terlalu keras hari ini."
"Sebentar lagi Putri."
"Pergilah bi aku baik - baik saja bibi Han jangan khawatir," ucap Putri Jang membujuk Dayang Han.
"Baiklah kalau begitu hamba pamit undur diri Putri."
"Hemm... terimakasih atas kerja kerasmu hari ini bi, selamat beristirahat."
"Terimakasih putri."
Dayang Han pergi keluar dari ruangan Putri Jang berpapasan dengan Raja Joon.
"Hormat hamba yang mulia," sapa Dayang Han memberi hormat.
"Hemm, terimakasih bi bagaimana dengan Putri Jang hari ini? apakah dia baik baik saja? apakah dia sudah tidur sekarang?" tanya Raja Joon beruntut.
"Putri Jang dalam keadaan baik baik saja Yang Mulia, hari ini beliau menghabiskan waktunya bersama hamba di ruangannya. Saat ini beliau sedang membaca buku Yang Mulia,"
"Baiklah terimakasih Dayang Han kau boleh pergi, biar aku sendiri yang melihatnya."
"Baik yang mulia." Dayang Han membungkuk memberi salam lalu pergi menuju ruangannya untuk beristirahat.
Raja Joon berjalan menuju ruangan Putri Jang seperti biasa ia meminta seorang penjaga untuk tidak bersuara. Raja Joon masuk ke dalam ruangan Putri Jang diam diam kemudian menghampiri Putri Jang yang saat ini sedang membaca buku di atas ranjang.
"Yang Mulia." Putri Jang terkejut mendapati Raja Joon yang tiba - tiba berada di ruangannya.
"Sampai kapan kau akan terus membaca buku? tidurlah Jang."
"Ba - baik Yang Mulia."
"Yang Mulia?" ulang Raja Joon.
"Ma-maaf."
"Kau kenapa?"
"Emm a-aku...," ucapan Putri Jang terhenti ketika Raja Joon menariknya ke dalam pelukan.
"Aku akan menemanimu sampai kau tidur."
"Tidak perlu Yang Mulia anda bisa pergi menemani Ratu Ran karena beliau jauh membutuhkan Yang Mulia."
"Jangan membantah Jang! Diam lah aku tahu apa yang kau rasakan." Seketika Putri Jang terdiam dan hanya menunduk.
"Setelah kau tidur aku akan kembali menemaninya, tidurlah."
"Hemmm."
Dengan sangat terpaksa Putri Jang harus menutup buku yang ia baca dan berbaring di samping Raja Joon yang duduk di pinggiran ranjang untuk menemaninya.