Ketika adiknya memamerkan hasil gambarnya sepulang dari Taman Kanak-Kanak tempat dia sekolah, Jeanna memujinya dengan tulus. Itu bukan gambar yang sempurna, tapi Jeanna bisa melihat kesempurnaan di sana. Ada gambar orang tua mereka yang menggandeng tangan Jeanna dan adiknya.
Namun, detik berikutnya, gambar itu robek dengan sendirinya, hingga menjadi sobekan kecil yang diterbangkan angin, meninggalkan Jeanna sendiri dalam kegelapan itu. Jeanna terduduk lemas dan terjebak dalam kegelapan itu. Seluruh tubuhnya terasa dingin.
Jeanna pikir, dia akan tenggelam di sana selamanya, hingga dia mendengar suara-suara yang dikenalnya dari kejauhan,
"Kau tidak bisa menggambar, kan? Apa yang sedang kau gambar ini?"
"Apa kau tidak bisa melihat? Ini pohon, ini danau, ini matahari …"
"Matahari tidak tampak seperti itu."
"Niko mengajariku seperti ini. Dia diajari di sekolah seperti ini."
"Apa kau bodoh? Kau dan bocah itu ditipu."