Baixar aplicativo
2.87% CINTA YANG BERBEDA / Chapter 11: TERUNGKAP

Capítulo 11: TERUNGKAP

Sore itu setelah pulang dari kantor polisi, aku bersama pak kepala sekolah dan bersama para guru lain serta beberapa murid salah satunya kak Rizky ikut di lokasi yang di duga terkuburnya jenazah Bella.

Begitu garis polisi di pasang dan hanya beberapa orang saja yang diizinkan masuk dalam garis tersebut yaitu aku kak Rizky, pak kepala sekolah dan pak Karyo yang nampak sedih mendengar kebenaran berita tentang putri kesayangannya itu.

Proses penggalian tidak begitu lama, karna jenazah tidak terkubur begitu dalam.

Dari dalam galian sebelum mencapai ke jenazah Bella tim pembongkar menemukan sebuah besi balok yang diduga alat untuk memukul Bella hingga tewas.

Dan tak lama kemudian, terlihat pemandangan yang sangat mengejutkan.

Semua shock dan kaget begitupun aku, tanpa sadar kusembunyikan wajahku di bali dada kak Rizky yang sedari tadi entah sadar atau tidak ku genggam erat tangannya.

Semua terkejut melihat kondisi mayat Bella, walau sudah 7tahun berlalu tapi masih utuh seperti barusaja meninggal, yang seharusnya sudah berupa tulang belulang.

Seketika itu pecah tangisan dari pak Karyo dan memeluk jenazah putrinya.

Bekas luka-luka memar di sekujur tubuhnya serta luka lebam besar di bagian tengkuk seolah membenarkan perkataanku bahwa dia mati karna di aniaya.

Seketika itu juga jenazah di bawa kerumah sakit untuk di otopsi, dan pihak kepolisian berusaha mencari 5 tersangka melalui data yang diberikan oleh pihak sekolah.

Karna pak karno sudah meninggalkan rumahnya dan tinggal di rumah yang di sediakan pemerintah sebagai tukang kebun sekolah, maka keesokam harinya Jenazah Bella dimandikan di sekolahan kami, dan di berangkatkan kepemakaman dari sini juga.

Walau dia siswa angkatan 7tahun lalu tapi murid-murid banyak yang antusias karna kebaikan pak Karyo sebagai tukang kebun yang ramah dan sopan.

Usai pemakaman aku di panggil untuk ke kantor.

Di sana kulihat pak Karyo beberapa guru dan juga kepala sekolah.

Mereka mempersilahkan aku masuk dan mengucapakan terimakasih kepadaku. Terlebih pak Karyo dia ucapkan berkali-kali kata terimakasih padaku.

Bahkan dia memberikan benda kesayangan Bella, yaitu kalung emas berleontin berlian yang dia kenakan tadi ketika jenazahnya ditemukan.

"Rubby... Karna kamu Bella sudah ditemukan, walai dalam keadaan sudah tak bernhawa, tapi setidaknya dia sudah mendapat tempat yang layak, tolong kamu trima benda kesayangan Bella ini, kamu simpan..."

"Untuk apa pak...? Bapak yang berhak karna bapak adalah ayahnya..."

"Tidak Ruby... Ini pesan dari Bella, sebagai ucapan terimakasihnya kepadamu, terimalah demi dia jangan melihat bapak..."

Aku menoleh ke arah wali kelasku, dan pada para guru lain, mereka menganggukan kepala agar aku menerima.

Begitu aku menerima kalung itu terlihat kebahagiaan terlukis diwajah pak Karyo. Dan kini aku kembali kedalam kelas untuk kembali mengikuti pelajaran.

Ketika jam istirahat aku duduk di bawah pohon akasia sambil membaca buku.

Ketika aku tertunduk aku melihat sepasang kaki berdiri di hadapanku. Aku mendongakan kepalaku, melihat ke arahnya.

Begitu aku melihat wajahnya.

Benar dugaanku. Kak Rizky di depanku tersenyum.

"Selamat ya.. Kamu bisa mengungkap misteri di sekolahan ini selama bertahun-tahun..."

"Berkat dukungan kakak juga..."

"Tapi semua karna keberanianmu juga Ruby, karna yang terlibat hanya kamu saja..."

"Oh iya... Dari kemarin aku tidak melihat Arif... Kemana dia kak...?" tanyaku yang seketika wajah cerahnya berubah menjadi murung, muak dan bagaimana lah semacam tidak suka ketika aku sebut nama Arif.

"Dia... Dia ga masuk karna sakit..."

Jawabnya malas.

"Hah... Sakit kak?? Sakit apa dia.. Sejak kapan...?"

"Kamu panik banget kenapa sih? Kamu perhatian banget sama dia..."

Aku merasa gak enak dengannya, apa mungkin dia cemburu dengan Arif? Tapi apa alasan dia untuk cemburu? Jika memang dia suka denganku, kenapa cuma diam saja...

Sesaat suasana hening, hanya terdengar sayub-sayub suara angin yang berhembus dan suara para murid yang ngobrol di sana sini.

Tiba-tiba saja ada seekor luat bulu jatuh di rok abu-abuku yang membuat aku bertrtiak memecah kehendingan kami.

Secara reflek aku meloncat dam memeluk kak Rizky.

Aku dan dia sama-sama kaget, aku terkejut bagaimana aku bisa demikian, begitupun dia pasti kaget ketika aku tiba-tiba memeluknya.

"Ulat bulu kak... Ulat bulu aku jijik banget...." kataku mencoba menutupi rasa maluku.

Dia tersenyum dan dengan santai menyingkirkan ulat itu.

"Lihat... Ulat ini... Dia lebih kecil dari ibu jarimu..." katanya padaku sambil tersenyum geli dan senyuman yang penuh arti lainnya.

"Ruby... Aku laper nich... Ayok kekantin kita makan...!!" ajaknya dan aku dengan wajah yang masih sedikit tertunduk mengikutinya, berjalan di belakangnya.

"Ruby... Ini bukan hukuman masa ospek kamu lo... Ayo jalan disebelahku..." ajaknya.

Sejak saat itu aku menerima banyak pertanyaan dari teman-temanku juga para kakak kelasku mengenai hubunganku dengan kak Rizky dan Arif.

Tapi aku hanya diam, aku cuma berkata kalau kami bertiga hanya perteman, tapi mereka sangat teliti. Mereka menilai kalau antara Arif dan kak Rizky ada sebuah persaingan kecil.

Tapi aku mengabaykan saja. Memang aku merasakan kalau Arif sebenarnya memiliki perasaan lebih padaku, tapi mungkin karna dia menghargai Kak Rizky sebagai sudara sepupunya.

sedangkan aku menyukai kak Rizky hanya saja dia tidak mau mengatakan perasaannya, walau dia diam saja tapi aku merasa kalau dia juga suka kepadaku.

Sekitar seminggu kemudian aku mendengar dari papaku kalau pelaku pembunuhan Bella sudah di tangkap.

Tapi cuma 4 orang saja, sedangkan yang satunya yaitu Mona, dia sudah meninggal satu tahun yang lalu karna kecelakaan.

Untuk selanjutnya aku tidak begitu mendengarkannya lagi.

Kosentrasiku terbuyarkan ketika sepintas dari cendela aku melihat Bella berdiri di luar sana.

Entah bertanda apa itu, tapi sejak ditemukannya jenazah Bella dan di tangkapnya pelaku pembunuhan itu, suasana sekolah kami jadi berubah.

Aura negatif di setiap sudut terlebih lorong itu, kini sudah berubah.

Soal penghuni seperti yang ada di pohon akasia, mereka tetap ada tapi tidak menggannggu, karna memang hakikatnya kita hidup berdampingan walau berbeda alam.

Dimanapun pasti akan ada mhluk astral yang juga ikut tinggal, tapi tidak semuanya jail dan mengganggu, karna pada dasarnya hidup kita jiga berdampingan.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C11
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login