Baixar aplicativo
14.93% Salju Di Korea / Chapter 36: Bab 36 Hati Yang Kau Pilih(5)

Capítulo 36: Bab 36 Hati Yang Kau Pilih(5)

Dengan berpakaian rapi Syifa kemudian ambil tas yang sudah dia siapkan di meja belajarnya. Tas di pinggang dan barang bawaan untuk dijual kepada temannya yang sudah memesan sebelumnya.

Dia lalui tanpa mengeluh menjalani proses hidup menuju kedewasaan. Dari halte tempat menunggu bus dia harus bersabar hati bus yang akan datang menuju kampusnya.

"Mau berangkat kuliah dik?" Tanya Ibu paruh baya berbaju korpri itu.

"Iya betul bu. Ibu perhatian sama saya." jawab Syifa.

"Sudah lama ibu perhatikan setiap mau berangkat mengajar sering kali ibu melihat kamu, ya di halte bus ini. Itu yang ditentang di tangan apa?" Tanya Ibu itu kepada Syifa.

"Ini kue bu, pesanan untuk teman kuliah saya." Jawab Syifa.

"Jadi adik ini kuliah sambil jualan?" Tanya Ibu itu kepada Syifa.

"Iya bu, cari tambahan uang saku." Jawab Syifa.

"Kamu lain dari anak-anak sebaya kamu. Kalau anak-anak yang lain sibuk main tidak punya uang minta kepada orang tuanya. kamu tidak malu bawa dagangan dan menjualnya kepada teman kuliah kamu." Kata Ibu itu.

"Ya, beginilah bu cara saya mensyukuri hidup. Masih bagus saya bisa kuliah sementara masih banyak teman-teman yang lain putus sekolah." Kata Syifa.

"Iya, mereka yang putus sekolah itu alasan ekonomi. Tetapi hanya sedikit sekali yang mau mencari solusi. Kebanyakan dari mereka hanya pasrah dengan nasib. Kalaupun toh mereka kerja hanya berpikir untuk perut saja, padahal mereka masih muda. Mestinya mereka berpikir jauh ke depan. Kemiskinan dan kebodohan yang diwariskan oleh orang tua itu harus dirubah dengan kerja keras dan pendidikan yang layak agar dikemudian hari bisa mendapatkan penghasilan yang layak pula." Terang ibu itu kepada Syifa.

"Terima kasih Bu, pencerahannya." Kata Syifa.

"Kamu kalau mau dan ada waktu datanglah ke rumah saya. Anak saya butuh bimbingan belajar. Dia sedikit terlambat belajarnya dari teman-teman sebayanya. Ini alamat dan nomer telephon saya." Kata Ibu itu kepada Syifa.

"Iya Bu, terima kasih tawarannya." Kata Syifa.

Dan mereka segera masuk bus yang telah datang dan berhenti untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Sementara Raja pagi itu masih diam membisu di ruang tengah sambil milihat siaran televisi Di sampingnya segelas susu hangat telah tersaji. Namun sepertinya Dia enggan menyentuhnya.

"Kak Raja ingin sarapan apa pagi ini?" Kata Rini kepada Raja. Raja hanya diam. Bi Inah datang menghampiri.

"Biasanya kalau pagi Nak Raja sarapan bubur atau kalau tidak nasi uduk." Kata Bi Inah memberi tahu kepada Rini.

"Terima kasih Bi, telah memberi tahu saya, maklum masih baru di sini belum banyak yang tahu kebiasaannya." Rini kembali ke dapur dan segera membuatkan sarapan seperti yang disarankan Bi Inah.

Dari ruang tengah Nyonya Indah menghampiri Rini yang sedang membuatkan sarapan untuk Raja.

"Rini, Nanti kalau Raja Sudah sarapan antar dia mandi, setelah itu antar dia diluar rumah, sebelah rumah ada taman kecil antar dia disitu biar bisa menikmati udara segar dan sinar matahari pagi." Kata Nyonya Indah kepada Rini.

"Iya Bu," Jawab Rini. Setelah selesai membuat sarapan untuk Raja, Rini menghantarkan sarapan itu kepada Raja.

"Kak Raja, Ini saya buatkan bubur untuk sarapan." Kata Rini kepada Raja.

"Taruh saja di meja, Aku lagi tidak ada nafsu makan." jawab Raja ketus.

Rini menaruh makanan itu di atas meja, kemudian duduk tidak jauh dari Raja.

"Kak Raja, mau saya suapi? buburnya keburu dingin, rasanya bisa berubah." Raja hanya diam dan menggelengkan kepala tanda menolaknya.

"Apa saya antar mandi dulu sesudah itu Kak Raja bisa sarapan." Kata Rini kepada Raja.

"Aku lagi ingin sendiri, tolong tinggalkan aku di sini." Kata Raja.

Rini beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan Raja sendiri di ruang tengah.

Sementara Bi Inah menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Nyonya Indah dan Pak Karta bersiap berangkat ke kantor.

"Sarapanya sudah saya siapkan bu?" Kata Bi Inah kepada Nyonya Indah.

"Iya Bi, sekalian Rini ajak makan bersama di sini." Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

Pagi itu semua berkumpul di meja makan kecuali Raja yang menginginkan kesendiriannya di ruang tengah.

"Bagaimana dengan Sabda Pa, ada kabar darinya?" Tanya Nyonya Indah kepada Pak Karta.

"Terakhir minggu kemarin, telephon Papa minta tambahan uang saku." Kata Pak Karta kepada Nyonya Indah.

"Apa dia boros dengan uangnya Pa?" Tanya Nyonya Indah kepada Pak Karta.

"Kalau menurut Papa masih wajarlah Ma, selama uang digunakan untuk kebutuhan kuliahnya ya, tidak apa-apa." Kata Pak Karta kepada Nyonya Indah.

"Tetapi kita harus kontrol keuangan dia Pa, Kita tidak pernah tahu kehidupan di sana. Banyak kafe, diskotik, tempat perjudian dan tempat hiburan lain yang cenderung bebas mengumbar sahwat." Kata Nyonya Indah kepada Pak Karta.

"Papa sudah mewanti-wanti sama dia untuk pandai-pandai cari teman. Selugu apapun orang jika salah bergaul bisa berakibat buruk." Kata Pak Karta kepada Nyonya Indah.

"Papa Yakin Sabda baik-baik saja di sana." tanya Nyonya Indah.

"Yakin ma, waspada itu harus, curiga dan tidak percaya kepada dia hanya akan menjadi beban buat kita dan juga beban buat dia. Sudah agak siang ma, Papa berangkat dulu, khawatir kesiaangan tiba di kantor." pamit Pak Karta.

"Iya, hati-hati Pa. Pastikan tidak ada yang tertinggal." Kata Nyonya Indah kepada Pak Karta.

"Rini, bagaimana dengan Raja pagi ini?" Tanya Nyonya indah kepada Rini.

"Saya sudah buatkan segelas susu segar pagi tadi, tetapi sampai saat ini Kak Raja enggan meminumnya. Saya buatkan bubur dengan opor ayam, tetapi sampai saat ini juga Kak Raja belum juga mau memakannya. Saya antar untuk mandi pagi, tetapi dia jawab tidak mau diantar, ingin ke kamar mandi sendiri. Tetapi saya khawatir tanganya begitu lemah memutar kursi rodanya hingga butuh waktu lebih lama sampai ke kamar mandi.

"Dan saya hanya bisa siapkan baju gantinya saja di kamar mandi. Setelah mandi ingin saya merapikan baju dan menyisir rambutnya, tetapi dia tidak mau juga. Dan ketika mau saya antar dia ke taman kecil samping rumah, dia tidak mau. Saya temani dia di sebelahnya sekedar buat teman ngobrol atau butuh sesuatu, dia tidak mau. Sampai saat ini saya hanya bisa awasi dia dari kejauhan saja." Terang Rini kepada Nyonya Indah.

"Ya, saran Ibu, kamu jangan bosan-bosan bujuk dia lakukan aktifitas untuk kesehatannya." Kata Nyonya Indah kepada Rini.

"Waktu sudah agak siang, saya harus berangkat sekarang, kalian baik-baik jaga rumah." Kata Nyonya Indah.

"Iya bu," jawab Bi Inah dan Rini hampir bersamaan.

Nyonya Indah berjalan keluar rumah setelah mengambil tas dan barang bawaannya untuk perlengkapan kerja di kantornya dan diikuti Bi Inah dari belakang untuk membukakan pintu gerbang rumah.

"Berangkat dulu ya Bi." Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah ketika keluar dari pintu gerbang rumahnya.

"Iya Bu, hati-hati di jalan." Kata Bi Inah kepada Nyonya Indah sambil menjawab salam.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C36
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login