"Tapi Zhan Ge masih butuh pelatihan..." kata Wang Yibo usil. Xiao Zhan ingin berdebat lagi tapi dia justru membiarkan keningnya bertumpu di bahu Wang Yibo. Tetap berdiri mungkin bisa, tapi akalnya selalu teraduk penuh jika mereka sudah berciuman lama seperti barusan. "Bagaimana kalau tanpa pengaman malam ini?"
"Apa?"
Nafas mereka masih berisik saat itu.
Wang Yibo meremas pinggul ramping Xiao Zhan dan mengecup tengkuknya. "Gege tidak perlu khawatir akan hamil atau apa kan..."
"Hahah... Tentu saja tidak..." kata Xiao Zhan. Suara tawanya terdengar gugup. Kini gantian dia yang menenggelamkan waja di leher Wang Yibo meski mereka sudah sama-sama tenang. "Tapi kau selalu lupa diri kalau tidak memakainya..."
Gantian Wang Yibo yang tertawa. "Zhan Ge bilang tiga hari ini tidak ada jadwal. Jadi tak masalah kalau besok tidak bisa jalan—"
"Bodoh..." sela Xiao Zhan. Dengan menahan malu luar biasa. "Jadi kau sengaja kesini hari ini..."
Wang Yibo tertawa kecil ketika menggandengnya menjauh dari pintu. "Aku membatalkan tiga iklan agar bisa lebih cepat—"
"Apa?"
Wang Yibo mendorong Xiao Zhan ke ranjang dan menindihnya perlahan dengan senyuman paling cerah hari ini.
"Kenapa? Momen ulang tahun Zhan Ge lebih penting daripada 3 iklan itu—"
Xiao Zhan menahan bahu Wang Yibo. "Tapi, kan... tidak perlu seperti itu," katanya merasa bersalah. "Bukankah sudah kubilang besok saja tidak apa-apa. Maksudku, yang penting saat hari H kau ada. Aku tidak menuntutmu lebih..."
Mereka bertatapan. Saling mengikuti pergerakan bola mata yang mencerminkan wajah satu sama lain. Xiao Zhan yang khawatir dan Wang Yibo yang sama sekali tidak memikirkan itu.
"Ge..."
"Apa?"
Xiao Zhan menjawab tapi mengalihkan pandangan.
Wang Yibo tahu Xiao Zhan paling tidak suka jika menjadi penghambat pekerjaannya. Pria itu juga tidak pernah melarangnya melakukan hobi apapun meski berbahaya. Sebaliknya, selalu mendukungnya, dan hanya mengingatkan untuk selalu hati-hati. Sesekali mengomelinya jika ada salah langkah, tapi tidak benar-benar marah. Hanya saja... Xiao Zhan tetap teguh tidak ingin mengganggu perjalanan kesuksesannya meski hanya sekali.
"Terakhir kali aku hadir dalam ulang tahun Gege hanya saat syuting CQL dan bersama Shijie," katanya. "Tahun lalu... tidak dan Gege justru bersama teman-teman yang lain. Aku tidak mau terulang lagi tahun ini. Aku harus mempersiapkannya dengan baik jadi tak ada kesempatan batal lagi."
"Tapi kau... berlebihan—"
"Aku bahagia," sela Wang Yibo. "Tiga iklan bukan apa-apa jika diganti dengan bertemu Gege."
"Bocah ini...."
Wang Yibo tertawa saat Xiao Zhan lagi-lagi memukul bahunya. Seperti biasa setelah bertemu, mereka pun menyempatkan untuk bercinta dan bercerita banyak hal. Seperti prediksi Xiao Zhan juga, pagi hari dia benar-benar kesulitan bagun dan baru bisa banyak bergerak ketika sudah mulai petang. Wang Yibo mengurusnya sepanjang hari dan malam ini baru sanggup berjalan ke dinding kaca apartemen untuk menikmati pemandangan malam dan menunggu pergantian hari.
Seharian ini, Xiao Zhan tidak melihat Wang Yibo keluar dari apartemen sekali pun. Dia juga tidak melihat kekasihnya itu membawa kado, hadiah, atau semacamnya selain sebuket bunga mawar yang jatuh di lantai dan sekarang sudah menghiasi vas bunganya. Meskipun begitu, Xiao Zhan tidak kecewa sedikit pun.
Hadiah mungkin hanya berupa benda. Dan benda bisa dia beli sendiri kapan pun selagi ada kesempatan, tapi kehadiran lelaki itu adalah hal yang berbeda. Wang Yibo benar... bersama seperti ini sangat membahagiakan. Jadi dia tak perlu lagi mengunggah foto sendirian dengan semangkuk mi meski bersama banyak orang.
Waktu benar-benar terbunuh dengan cerita random hingga Wang Yibo tertarik dengan cerita sebelum kelahiran Xiao Zhan. Mau tak mau Xiao Zhan pun bercerita, meski raut wajahnya tak tahan untuk tidak salah tingkah.
"Sudah puas?"
"Belum..." kata Yibo. "Aku masih ingin tahu lebih banyak. Seperti foto-foto masa kecil Gege, kebiasaan-kebiasaan Gege dulu, baik maupun buruk—semuanya saja."
"Kau..." Xiao Zhan menahan nafas untuk sejenak. "Kau kan sudah tahu rupaku ketika kecil. Maksudku, sampai sekarang pun tersebar di internet—"
"Aku ingin lebih lagi."
"Dasar..."